webnovel

Berita Bahagia?

" Iya, sayang!" jawab Monica dengan sedih.

" Apa kamu tidak bahagia karena akan memiliki baby?" tanya Monica.

" Aku sangat bahagia, Mom! Aku pasti bahagia!" jawab Reva memeluk Monica.

Walau nantinya aku akan membesarkan anak ini sendiri! batin Reva.

" Kamu harus menjaganya dengan baik, sayang! Mom sudah tidak sabar ingin menimang cucu!" kata Monica senang.

" Reva!" sapa Joe yang masuk ke dalam kamar inap Reva.

" Dad!" balas Reva.

" Vee kemana?" tanya Monica.

" Dia pergi, katanya ada urusan!" jawab Joe.

" Bagaimana keadaan calon ibu kita?" tanya Joe senang.

" Baik, Dad! Semoga kami berdua sehat sampai lahiran nanti!" kata Reva senang.

" Iya, sayang! Apa kamu akan memberitahu papamu?" tanya Joe.

" Keluar semua! Aku ingin bicara dengan putriku!" ucap Valen yang tiba-tiba datang dihadapan mereka.

" Papa!"

" Valen!"

Mereka bertiga terkejut melihat pria paro baya yang berdiri dengan memasang wajah penuh amarah tersebut.

" Kami keluar dulu, sayang! Kalo pria itu tidak menerima cucunya, aku pasti akan merawat kalian berdua!" kata Monica yang menyindir Valen. Valen hanya daiam menatap lurus pada Reva, Reva hanya tersenyum pada Monica dan melihat wajah Valen dengan pasrah. Monica berjalan dengan Joe di belakangnya.

" Dia putriku juga!" kata Monica kesal.

" Ayo, sayang!" ajak Joe sebelum terjadi perang dunia.

" Apa kamu sadar dengan keadaanmu?" tanya Valen datar setelah Monica dan Joe menutup pintu. Valen berjalan mendekati putrinya.

" Maafin, Reva, Pa!" kata Reva dengan mata yang telah berkaca-kaca.

" Sayang! Apa yang harus papa lakukan agar kamu bisa bahagia?" tanya Valen frustasi.

" Percuma papa menjadi orang kaya dan ditakuti oleh penjahat, tapi membuat putrinya bahagia saja papa nggak bisa!" ucap Valen memeluk Reva. Reva menangis di dada papanya, dia sangat menyesal telah membuat kecewa papanya.

" Papa salah! Papa adalah papa yang terhebat buat Reva! Reva yang tidak bisa menjaga kehormatan keluarga kita!" kata Reva disela tangisnya.

" Sayang! Kamu harus menikah dengan Andra!" kata Valen tegas.

" Tidak, Pa!" kata Reva keras sambil melepaskan pelukannya.

" Tapi, sayang..."

" Pa! Andra tidak akan percaya jika ini adalah anak dia!" kata Reva.

" Apa maksudmu? Tes DNA bisa membuktikannya!" kata Valen.

" Dan kami hidup dengan rasa benci? Tidak! Saat ini yang ada dipikirannya adalah Reva sudah kotor dan dia jijik dengan Reva!" kata Reva.

" Dasar brengsek! Dia pikir dia siapa berani mengatakan hal seperti itu pada kamu!" kata Valen mengepalkan tangannya hingga memutih.

" Dia hanya kecewa pada Reva, pa!" kata Reva membela Andra.

" Cukup! Jangan lagi kamu bela pria brengsek seperti dia!" kata Valen marah. Reva diam, dia tahu papanya saat ini sedang marah dan dia tidak mau terjadi sesuatu pada Andra jika memancing kemarahan papanya.

" Apa kamu masih akan tinggal disini?" tanya Valen dengan pelan, emosinya sedikit mereda.

" Tidak, Pa! Aku ingin tinggal dengan Tante Saras!" kata Reva.

" Apa papa boleh bicara pada mamamu?" tanya Valen.

" Reva yang akan bicara, Pa! Karena bagaimanapun ini adalah hidup Reva!" kata Reva lagi.

Saras adalah salah satu sahabat Tata saat SMA dulu. Saat ini Saras tinggal di Negara N dikota NZ, sebuah kota dengan banyak pegunungan dan ladang yang luas. Saras menikah dan dibawa suaminya kesana untuk meneruskan usaha mertuanya yaitu sebagai petani anggur.

Wina sangat menikmati kampus barunya, dia enjoy dengan apa yang dia lakukan saat ini. Leo dengan setia selalu menemani dirinya jika ada sesuatu yang tidak dia mengerti di kota itu.

" Enak?" tanya Leo saat mereka sedang makan pizza.

" Enak sekali!" jawab Wina dengan wajah senang.

" Ini adalah pizza paling enak di kota ini!" kata Leo membanggakan makanan dari Italia itu.

" Leo! Boleh gue nanya?" tanya Wina.

" Boleh!" jawab Leo sambil mengunyah.

" Apa lo nggak punya pacar?" tanya Wina.

" Uhuk! Uhuk!" Leo tersedak saat Wina menanyakan hal itu.

" Pelan-pelan, bro!" ucap Wina memberikan minuman pada Leo.

" Sudahlah! Nggak usah dijawab!" kata Wina. Aku cinta sama kamu, Wina! Tapi aku takut mengatakannya! batin Leo menatap gadis yang ada di hadapannya itu.

" Kita pulang, yuk! Gue capek!" kata Wina beberapa jam kemudian setelah mereka selesai makan.

" Iya! Sudah malam juga!" jawab Leo. Jam sudah menunjukkan angka 10 malam, Leo dan Wina akhirnya pulang bersama.

" Thanks ya!" kata Wina pada Leo saat Leo mengantar Wina sampai di depan apartementnya.

" Ok! Sampai jumpa besok!" kata Leo.

" Ok! Sorry nggak bisa suruh lo masuk! Udah malam!" kata Wina.

" Iya, nggak apa-apa!" jawab Leo.

" Ok! Bye!" kata Wina membuka kunci pintu apartementnya lalu masuk. Leo berjalan ke araha lift dan masuk ke dalamnya.

Wina meletakkan tasnya dan melepaskan pakaiannya, lalu dia membersihkan tubuhnya. Setelah memakai kaos oblong tanpa bra dan dalaman, Wina membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

" Ohhhh! Enak sekali!" ucap Wina merasakan ranjangnya yang nyaman. Wina tinggal di lantai 10, disana hanya ada 4 kamar apartement saja. Sementara Leo tinggal bersama dengan orang tuanya karena dia dilahirkan dan dibesarkan disini.

" Ahhh!" desahan keluar dari bibir Wina.

" Ssshhhhh!" kembali bibir Wina mendesis akibat rasa nikmat yang dirasakannya. Wina merasakan ada yang meremas dada dan menusuk daerah intimnya.

" Yes, baby! I miss your voice!" suara berat seorang pria terdengar lembut di telinga Wina.

" Ohhhh!" kembali bibir Wina mendesah, lalu perlahan Wina membuka matanya, dia terkejut saat melihat wajah yang selama ini ingin dihindarinya.

" Rev...van?!" ucap Wina.

" Apa kabar sayang?" tanya Revan tersenyum.

" Kamu harus di hukum karena tidak patuh!" kata Revan tersenyum smirk. Tanpa menunggu lama, dia melumat bibir Wina dengan rakusnya. Wina yang semula akan marah, menjadi tidak berdaya akan sentuhan Revan. Dia merindukan sentuhan pria itu, dia menginginkan Revan walau dia berusaha mati-matian melupakan pria brengsek itu.

" Ahhhh! Revan!" desah Wina saat Revan membuat tanda di leher dan dada Wina. kaos Wina sudah teronggok di lantai. Revan seperti orang kesetanan, dia melumat dan memilin dengan rakus dada Wina hingga gadis itu merasa sakit tapi nikmat secara bersamaan.

" Rev,..va...aannnn!" erang Wina meremas spreinya sambil membusungkan dadanya.

" Kamu basah, sayang!" bisik Revan yang meraba milik Wina yang basah. Revan melihat juniornya menegang sempurna melihat tubuh polos Wina yang seksi dan mulus. Libido Revan membuncah, dibukanya paha Wina dan diangkatnya sehingga dia bisa menikmati lubang surgawi gadis itu.

" Revan! Ahhh! Stoppp! Ahhh!' racau Wina. Revan bertambah semangat mendengar desahan Wina memanggil namanya. Revan yang sudah lama tidak pernah melakukan sex, langsung menghujamkan miliknya pada lubang Wina.

" Akhhh! Revan!" teriak Wina kaget. Wina merasa milik Revan bertambah panjang dan besar.

" Sorry, sayang! Karena kenakalanmu aku puasa selama ini!" kata Revan di telinga Wina lalu melumat bibir Wian dan menggerakkan pinggangnya.

" Kamu bertambah sempit, sayang!" kata Revan senang.

" Revan...aku mau..."

Wina merasa perut bagian bawahnya mengencang dan merasa sesuatu akan keluar dari lubangnya.

Chapitre suivant