webnovel

Kejutan 1

Reva memimpin rapat pagi itu dengan penuh wibawa, Valen sangat beruntung memiliki putri yang sangat cerdas dan cantik pula.

" Meeting saya akhiri hari ini, saya harap semuanya bisa memberikan laporannya minggu depan!" kata Reva lalu berdiri dari kursinya.

" Selamat Pagi!" kata Reva dan pergi meninggalkan ruang meetingnya. Reva memang tidak terlalu menyukai meeting yang terlalu lama, menurutnya itu sangat membuang-buang waktu.

" Apa jadwal setelah ini, Sin?" tanya Reva.

" Ada tamu dari Negara Y ynag ingin bertemu!" kata Sinta.

" Tamu? Negara Y?" Reva mengulang ucapan Sinta sambil mengerutkan keningnya.

" Apa aku mengenal dia?" tanya Reva.

" Dia bilang dia mengenal Bos!" jawab Sinta.

" Pria wanita?" tanya Reva penasaran.

" Pria, Bos! Dan doia sudah berada di ruangan Bos!" kata Sinta.

" Apa maksud kamu sudah di ruanganku? Kenapa kamu ceroboh sekali memasukkan orang ke dalam...Sayang?" Reva terpaku melihat Andra berada di depannya saat dia hampir saja marah dan curiga pada tamunya.

" Sayang!" jawab Andra dengan membuka ke dua tangannya ke depan. Reva segera berlari memeluk tunangannya.

" I miss you, darling!" kata Andra yang memeluk Reva dengan sangat erat.

" I can't breath, darling!" ucap Reva.

" Sorry, darling!" kata Andra dengan lembut, lalu dia mencium lembut bibir Reva dan dibalas dengan lembut pula oleh Reva. Mereka saling mengabsen gigi dan saliva hingga sama-sama kehabisan oksigen. Reva menatap mesra Andra dan membawa kekasihnya itu ke dalam kamar yang ada di kanan ruangannya. Andra mengikuti langkah Reva memasuki kamar itu. Setelah menutup pintu, Andra dengan lembut meremas dada Reva hingga gadis itu mendesah sementara bibirnya kembali mencium lembut bibir Reva. Tangan Andra telah masuk kebalik blazer Reva dan menarik kemeja bagian bawah Reva. Reva masih bertahan dengan melumat lembut bibir Andra.

" Ahhh, Andy!" desah Reva saat tangan Andra memilin puncak dadanya.

" I love when you call me that!" bisik Andra. Andra mendorong pelan Reva agar mendekati ranjang.

" You wet, darling?" tanya Andra.

" Yes, baby!" jawab Reva yang celananya terasa basah. Andra membaringkan Reva di ranjang, lalu dia membuka ikat pinggang dan zippernya lalu menurunkannya bersama dengan CDnya. Diikuti Reva juga menurunkan CDnya.

" Kamu sudah tegang, sayang!" kata Reva yang melihat pusaka Andra telah tegang. Andra tersenyum dan mencium Reva lagi sambil perlahan menghujamkan dengan lembut pusakanya.

" Kamu selalu sempit, sayang!" kata Andra.

Andra menggoyang tubuhnya dengan pelan, sesekali dia meremas dada Reva dan mencium bibir tunangannya itu. Setelah beberapa lama menggoyang, Reva merasa perut bagian bawahnya menegang.

" Aku mau keluar, sayang!" kata Reva.

" Sama-sama, sayang!" sahut Andra. Andra mempercepat gerakannya karena pusakanya yang menegang keras.

" Akhhhhh!" teriak mereka berdua, Andra jatuh diatas tubuh Reva lalu mengecup kening gadis yang dicintainya itu. Lalu mereka melepaskan diri dan membersihkan diri masing-masing. Reva mengambil pil dari dalam laci westafelnya, kemudian meminumnya.

" Apa kamu tidak mau hamil, sayang?" tanya Andra yang berdiri di depan pintu shower dengan handuk terlilit di pinggangnya.

" Kita belum resmi nikah, sayang! Apa kata orang nanti jika aku hamil sebelum menikah?" kata Andra.

" I don't care what people say, darling! Please, give me a child!" kata Andra memeluk Reva dari belakang.

" Not now, Andy!" jawab Reva mengusap rambut kekasihnya itu.

" I love you so much, Revalina Abiseka!" kata Andra mengecup leher jenjang Reva.

" Me too! Don't do that! Cause I have to work!" kata Reva pada Andra.

" Ingin rasanya hanya berdua saja seperti ini denganmu, sayang! Aku tidak suka ada yang melihat kecantikanmu!" kata Andra posessif. Reva memutar tubuhnya dan memeluk pinggang Andra.

" Ayolah, sayang! Jangan menjadi orang yang menyebalkan! Aku bukan orang yang suak di kekang!" jawab Reva.

" Apa dayaku? Aku begitu mencintaimu! Jangan tinggalkan aku, sayang! Berjanjilah!" kata Andra menatap mesra Reva.

" Aku tidak akan kemana-mana! I'm yours Mr. Andra Putra Nugraha!" sahut Reva mencium tunangannya itu. Andra membalas ciuman Reva, beberapa saat kemudian,

" Em...pusakamu tegang, sayang!" kata Reva di sela ciumannya.

" Lebih baik aku keluar!" kata Reva saat merasa ada yang menusuk keras di perutnya, lalu dia melepas ciumannya.

" Sorry, darling!" jawab Andra.

" Kamu selalu bisa membuatnya tegang!" kata Andra. Reva memoleskan lipstik di bibirnya dan merapikan pakaiannya.

" Aku harus pergi besok pagi-pagi! Kita lanjut nanti malam?" tanya Andra.

" Aku akan pulang jam 10 malam!" kata Reva.

" Jam 9!" kata Andra.

" Deal!" jawab Reva lalu meninggalkan Andra dengan wajah mesumnya.

" Love you!" kata Andra.

" Love you!" kata Andra.

" Me too!" jawab Reva. Andra masuk lagi ke dalam shower untuk bermain solo. Aku sangat mencintaimu, Reva! Aku bisa mati jika kamu meninggalkanku! batin Andra.

Reva duduk di meja kebesarannya dan menekan tombol di mejanya.

" Sin! Masuk!" kata Reva. Tidak lama kemudian Sinta masuk ke dalam ruangan Reva.

" Ada tamu dari negara Y Bos!" kata Sinta.

" Jangan menyindirku! Kita harus kerja!" kata Reva kesal.

" Serius, Bos! Dia dari negara Y!" kata Sinta.

" Serius? Siapa?" tanya Reva penasaran.

" Nama nya Luke Richard! Dan dia sudah menunggu Bos sejak 2 jam yang lalu!" kata Sinta.

" Siapa dia?" tanya Reva santai.

" Dia bilang dia adalah seorang pengusaha property, tapi bukan rumah atau Gedung yang dibangunnya, tapi galeri!" kata Sinta.

" Menarik! Suruh masuk!" kata Reva.

" Baik, Bu!" jawab Sinta.

" Tunggu! Bawa dia ke ruang meeting saja!" kata Reva.

" Baik! Permisi!" jawab Sinta kemudian pergi meninggalkan Reva.

" Aku harus pergi, sayang!" kata Andra.

" Iya, sayang!" jawab Reva. Lalu Andra mencium kening dan bibir Andra.

" Aku akan menikahimu bulan depan! Dan aku tidak mau kamu membantahnya kali ini!" kata Andra.

" Sayangggg!" Reva merajuk.

" Apa yang kamu tunggu? Kita sama-sama siap, sayang!" kata Andra.

" Please! Jangan biarkan aku menunggu lebih lama lagi! Aku tidak mau kamu diambil orang!" kata Andra seakan memiliki firasat buruk tentang hubungannya dengan Reva.

" Siapa yang akan mengambilku, sayang? Aku adalah milikmu!" kata Reva.

" Entahlah! Aku hanya takut kamu pergi!" kata Andra.

" Itu hanya perasaanmu saja, Andy!" kata Reva tersenyum.

" Pokoknya kita harus menikah bulan depan!" kata Andra meninggalkan kekasihnya yang masih ingin membantahnya.

" Dasar pemaksa!" ucap Reva ambigu dengan tersenyum. Siapa juga yang akan mengambilku? Aku bukan wanita sembarangan yang akan tidur dengan pria yang baru aku kenal! Batin Reva. Reva beranjak dari kursinya dan akan berjalan keluar untuk menemui tamunya, tiba-tiba Sinta masuk begitu saja.

" Maaf, Bos! Tamunya sudah pergi!" kata Sinta.

" Apa? Kenapa?" tanya Reva heran.

" Dia bilang sama Erin kalua dia sudah cukup lama menunggu Bos!" kata Sinta.

" Dia yang butuh kita, biar saja!" kata Reva.

" Ada titipan dari dia buat Bos!" kata Sinta lalu memberikan sebuah amplop kecil. Reva menerima amplop itu dan membukanya. Kertas ini? Batin Reva.

" Kamu boleh pergi!" kata Reva.

" Permisi, Bos!" kata Sinta.

Chapitre suivant