" Mama tahu perasaanmu, Al! Kamu pasti berat meninggalkan Tata yang baru saja mengalami hal ini!" kata mamanya.
" Al bingung, ma! Apa yang harus Ala katakan pada Tata! Al takut dia kecewa! Al harus pergi, ma! Al gk bisa disini terus!" tutur Valen menangkup wajahnya. Tata yang mendengar ucapan Valen yang hanya sepatah-patah, berlari menangis di ranjangnya. Apa segitu bencinya kamu sama aku, Val? Hingga kamu pergi meninggalkan aku dan reva? batin Tata. Tata mengira Valen kecewa padanya dan nggak bisa lagi tinggal bersama mereka.
" Nanti mama bantu bicara sama Tata! Sekarang lebih baik kamu istirahat dulu!" kata mamanya.
" Iya, ma!" jawab Valen, lalu Valen pergi ke kamar Tata dan meninggalkan mamanya yang pergi ke dapur. Valen melihat istrinya itu sedang tidur, lalu dia membuka baju dan celananya kemudian tidur disamping Tata. Tata yang tidak sedang tidur semakin sedih karena Valen tidak menyentuhnya sama sekali, biasanya Valen akan memeluknya saat mereka tidur. Kembali airmata Tata bercucuran, dia menahan sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan suara isakannya. Valen yang kecapekan akhirnya tertidur dengan lelapnya, Tata memutar tubuhnya saat dirasakan Valen telah tertidur. Dipandanginya wajah suaminya itu dengan sedih, kenapa kamu tega menyakiti hatiku, Val? Aku tidak sengaja kehilangan anak kita! Maafkan aku! batin Tata. Kemudian Tata juga ikutan tertidur karena lelah menangis. Valen terbangun dari tidurnya dan tidak melihat Tata di ranjang, dia berpikir Tata pasti sedang bersama Reva. Valen masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, kemudian berganti pakaian dan keluar dari kamar. Dia menuju ke ruang tengah, dilihatnya semua berkumpul disana.
" Papaaaa!" teriak Reva lalu berlari kearah Valen. Valen tersenyum dan menangkap anak putrinya tersebut.
" Halo, cantik! Papa kangennnn banget sama reva!" kata Valen memeluk erat Reva.
" Reva juga kengen sama papa!" jawab reva senang.
" Pake banget?" tanya Valen.
" Iya! Banget..nget..nget!" jawab reva lucu.
" Reva jadi anak hebat nggak kemarin?" tanya Valen berbisik.
" Iya, dong! Reva nggak suka sama papa lewis!" jawab reva berbisik juga.
" Papa udah kasih dia pelajaran! Dia nggak akan berani lagi gangguin reva!" tutur Valen.
" Bener, pa?" tanya Reva tidak percaya.
" Iya, dong! Papa Valen!" kata Valen bangga.
" Hmmm! reva senengggg deh punya papa!" kata reva mencium pipi Valen. Tata yang melihat keakraban mereka tersenyum, tapi dengan cepat dia merasa sedih jika mengingat ucapan Valen tadi siang. Valen menatap Tata dengan pandangan nanar, dia masih belum bisa mengatakan keinginannya. Valen menurunkan Reva dan pergi mengambil laptopnya dan duduk di kursi balkon, dia mengecek kembali emailnya. Ada sedikit perubahan pada kerugiannya, tapi belum ada investor yang kembali berinves di perusahaannya.
" Kita makan dulu, yuk!" ajak mama Valen pada semuanya. Semua berdiri untuk pergi ke meja makan, sedangkan Valen masih asyik di depan laptopnya.
" Val!" panggil Tata, Valen tidak mendengar panggilan dari Tata, hati Tata seperti tertusuk duri melihat suaminya mengabaikannya. Tata pergi ke meja makan dengan langkah gontai.
" Al mana, Ta?" tanya mama Valen melihat Tata sendirian.
" Masih asyik sama pekerjaannya, ma!" jawab Tata.
" Lho! Kok!" ucap mama Valen, lalu dia pergi menemui Valen.
" Al!" panggil mamanya.
" Al!" panggil mamanya lagi, tapi dia masih tak bergeming.
" Al!" panggil mamanya sambil mengelus kepala anaknya.
" Eh, mama!" kata Valen.
" Ayo, makan dulu!" ajak mamanya.
" Iya, ma! Kenapa Tata tidak mengajakku?" tanya Valen.
" Sudah! Dia bilang kamu tidak mendengar!" jawab mamanya.
" Biasanya dia mndekatiku, ma!" cap Valen.
" Mungkin dia tidak mau mengganggumu!" jawab mamanya. Kemudian mereka pergi ke meja makan, Valen menatap istrinya dan tersenyum, tapi Tata tidak melihatnya karena dia sedang menyuapi Reva. Makan malam hari itu sangat ramai, karena reva yang bercerita dengan lucu dan menggemaskan. Saat malam tiba semua telah masuk ke dalam kamarnya masing-masing, sedangkan Valen masih asyik dengan laptopnya. Tata kembali menangis di kamarnya, dia tidak dapat tidur dan hanya bisa menangis, apalagi saat dia tidak melihat Valen masuk untuk tidur bersamanya karena Valen tertidur di depan laptopnya.
" Ma! Vale pergi dulu! Tolong kasih tahu Tata!" ucap Valen yang pagi itu sudah rapi dan akan pergi ke negara S.
" Iya! Jangan kuatir! Selesaikan pekerjaanmu!" ucap mamanya lalu mengecup pipi anaknya, begitu juga sebaliknya dengan Valen.
Tata terbangun dari tidurnya dan tidak melihat Valen disampingnya, dia sudah pasrah dengan apa yang terjadi, dia memang sangat mencintai Valen, tapi dia tidak bisa melakukan apapun jika suaminya itu akan meninggalkannya. Tata masuk ke dalam kamar mandi dan berendam di bath up, setelah beberapa lama dia keluar dan membilas tubuhnya di shower.
" Kita sarapan!" ajak mama Valen.
" Papa mana, nek?" tanya Reva.
" Papa sedang ada kerjaan yang penting! Mungkin akan lama papa nggak pulang!" kata mama Valen.
" Apa papa akan pulang?" tanya reva.
" Tentu saja sayang! Papa kan sayang sama mama dan reva!" kata mama Valen.
" Dan adek Varel!" sahut Reva yang membuat mama Valen, sumi dan nanik saling berpandangan.
" Iya!" jawab mama valen. Tata telah selesai dengan kegiatannya, dia tidak melihat tas Valen yang selalu dibawanya ke kantor dan bepergian. Apa kamu benar-benar meninggalkan aku dan anakmu, Val? batin Tata. Tata keluar dari kamarnya dan menuju ke meja makan.
" Pagi, Ma!" sapa Tata.
" Pagi, Ta! Kamu habis menangis?" tanya mama Valen melihat mata Tata yang bengkak. Tata hanya diam mendengar pertanyaan mama mertuanya.
" Kamu sabar, ya! Semua pasti akan baik-baik saja!" kata mama Valen.
" Iya, ma!" kata Tata.
Valen sampai di negara S dan langsung pergi ke menemui orang yang ditelponnya kemarin. Mobil yang dikemudikan Ben memasuki sebuah gerbang yang sangat tinggi dan masuk ke dalam hingga sampai di depan sebuah rumah yang sangat besar dengan penjagaan yang sangat ketat.. Valen keluar dari mobil dan disambut oleh seorang pria setengah baya.
" Silahkan Tuan Muda! Tuan sudah menunggu di taman belakang!" kata pria itu.
" Trima kasih, Pas!" jawab Valen.
" Sama-sama, Tuan Muda!" jawab Pasco. Kemudian Valen berjalan masuk ke rumah itu dan menuju ke taman belakang. Dilihatnya seorang pria setengah baya sedang bermain dengan seorang anak laki-laki. Pria itu masih terlihat gagah walau usianya sudah tidak muda lagi.
" Selamat Pagi. Om!" sapa Valen. Pria itu berhenti dan melihat ke arah Valen, lalu dia berjalan ke arah Valen dan Valen juga mendekati pria itu. Dia adalah Gabriel Velasco, orang yang sangat disegani dan ditakuti di dunia hitam, hanya Valen yang bisa membuat pria itu luluh. Orang yang selalu ingin membantu Valen tapi tidak pernah dihiraukan oleh Valen karena reputasi pria itu.
" Son!" jawab pria itu, memeluk Valen dengan erat, seperti seorang ayah yang baru saja bertemu dengan anaknya setelah bertahun-tahun lamanya. Dan Valen membalas pelukan itu dengan erat juga. Valen seakan menemukan kasih sayang papanya lagi jika bersama pria itu.
" Apa kabar, Om?" tanya Valen.
" Baik, son! Ayo kita duduk!" kata pria itu. Mereka kemudian duduk di sofa yang ada di teras.