webnovel

Perjodohan!

" Terima kasih!" ucap Valen lirih di telinga Tata. Jantung Tata kembali berdebar kencang mendengar suara berat Valen.

" Aku yang terima kasih!" balas Tata. Dipeluknya Valen dengan erat beberapa saat, Valen melepas pelukannya dan menyesap bibir Tata. Tubuh Tata bergetar, seketika seluruh tubuhnya menginginkan sentuhan Valen. Ini yang dia takutkan jika berdekatan dengan Valen dan disentuhnya, dia menginginkan lebih. Tata membalas ciuman Valen, Valen bahagia karena Tata membalas ciumannya. Bibir mereka saling hisap, lidah mereka saling taut dan bergerak di dalam rongga mulut mereka. Suara kecapan demi kecapan terdengar di dalam villa yang sepi itu. Valen melepas ciumannya saat Tata merasa nafasnya tersengal. Kening mereka menempel satu sama lain. Tata memeluk Valen dan Valen mengecup ceruk leher Tata lalu menjilat telinganya. Tubuh Tata merinding merasakan lidah Valen.

" Please, jangan lakukan itu!" ucap Tata dengan mata terpejam dan pikiran kotor yang dia tahan. Valen menarik alisnya ke atas mendengar ucapan Tata.

" Melakukan apa?" tanya Valen.

" Ini?" Valen sekali lagi menjilat telinga Tata dan meninggalkan kissmark disana.

" Val!" desah Tata. Valen yang baru kali ini mendengar Tata mendesah, kelaki-lakiannya merasa terpanggil. Lalu dia sekali lagi menjilat leher Tata.

" Val! Jangan!" ucap tata mendorong dada Valen. Valen terdorong ke belakang beberapa langkah.

" Tolong, hentikan!" ucap Tata.

" Aku hanya sekedar bermain disitu Reyn!" jawab Valen.

" Tolong hormati keputusanku!" pinta Tata lalu dia pergi ke dapur.

" Ok!" jawab Valen. Dia melenggang mengikuti Tata ke dapur lalu dia duduk di meja dapur. Tata membuka lemari es dan mengeluarkan beberapa bahan makanan.

" Kamu harus memberikan bukti dia menghamili wanita lain?" kata tata.

" Iya Reyn! Masih dibawa Ben!" jawab Valen.

" Kamu nggak bohong kan?" tanya tata mamandang Valen tajam.

" Nggak, Reyn! Apa aku harus membuktikan sesuatu?" goda Valen.

" Jangan aneh-aneh! Dasar otak mesum!" sahut Tata sebel.

" Aku pria normal sayang!" jawab Valen tanpa merasa bersalah. Tata tersipu malu saat Valen memanggilnya sayang, pipinya bersemu merah.

" Kenapa pipimu memerah sayang? Apa kamu sudah on?" goda Valen lagi.

" Val! Dikondisikan ya pikirannya!" ucap Tata tegas.

" Haahhaa!" tawa Valen. Tata membalikkan tubuhnya agar Valen tidak melihat wajahnya yang masih merona. Valen hanya tersenyum melihat tingkah malu calon istrinya.

" Duduklah dikursi makan, aku tidak nyaman jika kamu duduk disitu memandangiku!" ucap Tata tanpa memutar tubuhnya.

" Baiklah!" jawab Valen yang tidak mau melihat Tata semakin malu dengannya. Valen berdiri dan menuju ke meja makan sambil memainkan ponselnya, tapi sesekali dia mencuri pandang pada Tata yang selalu salah tingkah jika dia menatapnya. Huh! Kalo lo terus salah tingkah seperti ini, Valen akan terus ngegodain lo! batin Tata mendengus.

" Halo, Ben! ...Bagus! Gue tinggal datang aja! ...apa? ...selidiki!"

Valen menutup ponselnya dan melihat Tata mengatur makanan dan piring di atas meja makan.

" Kita makan!" ajak Tata.

" Iya!" jawab Valen yang tak henti-hentinya memandang Tata yang terlihat seksi dengan sedikit keringat membasahi wajah dan tubuhnya.

" Hentikan mata mesummu itu!" ucap Tata sambil mengambilkan nasi dan sayur ke piring Valen. Valen terkejut mendengar ucapan Tata lalu tersipu dan mulai makan.

" Kamu sangat seksi, sayang!" rayu Valen.

" Definisi seksimu itu berbeda dengan orang lain!" ujar Tata, seketika Valen terdiam. Mereka makan tanpa bicara, hanya degub jantung mereka saja yang seakan berlomba untuk berkejaran. Mereka telah selesai makan, Tata mencuci peralatan dapur dengan pelan, dia bingung apa yang akan dia lakukan jika acara mencuci ini selesai. Dia sangat takut berduaan dengan Valen, lebih takut saat papinya marah padanya.

" Apa kamu tidak kembali ke kantor?" tanya Tata.

" Apa kamu mengusirku, sayang?" jawab Valen dengan nada sedih.

" Aku tidak mau kamu enak-enakan disini sementara pegawaimu bekerja demi kemajuan perusahaanmu!" tutur Tata panjang. Valen mendekati Tata dan memeluknya dari belakang, Tata terhenyak kaget, dadanya semakin mergemuruh.

" Lepaskan! Please, Val!" mohon Tata.

" Kamu kenapa sayang? Apakah kamu tidak suka aku peluk?" tanya Valen kecewa.

" Bukan begitu! Aku hanya belum terbiasa!" jawab Tata bohong.

" Ok! Aku tidak akan lagi memelukmu jika bukan kamu yang melakukannya!" janji Valen lalu dia melepas pelukannya. Tata menyesal telah mengatakan itu, karena dia tidak akan pernah memeluk Valen. Valen mengecup rambut Tata dan tubuh Tata berdesir karenanya.

" Aku pergi dulu, sayang! Kamu baik-baik, ya!" pamit Valen.

" Iya!" jawab Tata lirih, dia mencoba mengatur degub jantungnya. Valen pergi meninggalkan Tata yang sedang sibuk dengan perasaannya. Tata menatap kepergian Valen dengan hati sedih karena telah bersikap sedikit kasar padanya." Lewis!" panggil papanya saat melihat lewis yang baru datang dari perjalanannya.

" Ya, Pa!" jawab Lewis.

" Papa mau bicara!" kata papanya.

" Lewis mandi dulu, pa!" jawab lewis. Papanya menganggukkan kepalanya.

" Apa papa yakin dia mau?" tanya istrinya yang membawakannya kopi dan biskuit.

" Siapa yang tidak mau dengan gadis secantik itu!" kata papa lewis.

" Iya juga! Mama aja kalo seandainya jadi pria, pasti akan mengejarnya!" jawab istrinya.

" Dia sangat cantik dan pintar!" kata papa lewis lagi. Beberapa saat kemudian, lewis datang dengan kaos hitam dan celana selulut coklat. Wajahnya terlihat segar dan tampan, hilang sudah tampang lelah dari wajahnya. Lewis duduk lalu menyeruput kopi yang dibuatkan mamanya.

" Ada apa, pa? Sepertinya penting banget?" tanya papanya.

" Usia kamu sudah 26, apa kamu nggak mau ngenalin kekasihmu?" tanya panya. Lewis terdiam, dia memang memiliki gadis pilihan, tapi sayang dia tidak bisa memilikinya. Lewis adalah tipe pria pendiam dan kurang percaya diri jika masalah cinta.

" Lewis nggak ada calon, pa!" jawab lewis.

" Apakah kamu setuju kalo papa yang carikan?" tanya papanya. Deg! Lewis kaget mendengar ucapan papanya, karena papanya selama ini tidak pernah ikut campur masalah pribadinya.

" Kamu jangan khawatir dengan pilihan papa! Kamu tidak akan menyesal!" ucap papanya.

" Kalo memang menurut papa dia baik buat lewis, lewis ikut saja!" jawab lewis.

" ini gadisnya!" ucap papanya sambil memberikan sebuah foto kepada lewis. Lewis mengambil foto itu dan melihatnya.

" Dia anak teman papa! Sekarang masih kuliah diluar! Setelah kalian lulus, kalian akan langsung menikah!" ucap papanya.

" Apakah dia tahu?" tanya Lewis.

" Dia belum tahu! Tapi dia akan memberitahukan padanya!" jawab papanya.

" Lewis ikut saja apa kata papa!" jawab lewis datar.

" Kalo gitu setuju! 6 bulan lagi dia akan lulus kuliah!" kata papanya. Lewis menganggukkan kepalanya.

" Gimana perjalanan kamu di Kota P?" tanya papa Lewis.

" Seru banget, pa!" jawab Lewis semangat.

" Ternyata Es disana sangat dingin seperti di kutub, pa!" jawab Lewis.

" Kamu harus hati-hati mulai sekarang! Karena 5 bulan ke depan, kamu akan menikah!" kata papanya.

" Iya, pa! Lewis tahu! Lewis akan jaga diri baik-baik dan akan jadi calon pengantin yang terbaik!" jawab Lewis sambil tersenyum.

" Papa nggak akan memberitahu dia?" tanya Lewis.

" Nggak perlu! Dia pulang saja nggak pernah! Buat apa kita beritahu, yang ada nanti dia akan mengacaukan semuanya!" jawab papanya. Lewis menatap mamanya yang hanya terdiam sambil menyeduh tehnya. Lewis tahu jika mamanya sangat sedih dan sangat merindukan adiknya itu. Lewis sendiri jarang bertemu dengannya karena dia tidak pernah ada di rumah karena pekerjaannya.

Chapitre suivant