webnovel

Tubuhku Ingin Sekali Disentuh Olehmu, Yang Mulia

Beberapa Saat sebelumnya.

Rima terlihat gelisah, saat itu pikirannya lebih banyak memikirkan mengenai Helena dan Raja Louis. Berpikir apa mungkin Helena, akan menurut perintahnya?

"Tidak... dia pasti tidak akan melakukannya. Anak gadis itu sangat keras kepala, dan tidak mungkin dia mau menurut. Apa yang harus aku lakukan jika dia tidak mau memberikannya pada Raja Louis?" Rima yang sedang berdiri, di sebuah ruangan luas. Tempat dimana para pelayan kerajaan berkumpul, tapi kali ini hanya ada dia seorang saja.

"Aku harus memiliki rencana kedua, jika saja ia tidak akan menggunakannya. Ya... aku harus melakukan sesuatu." Ucap Rima dan segera ia mempercepat langkah kakinya, untuk menuju ruang dapur kerajaan.

Para koki kerajaan tidak terlalu terkejut ketika Rima baru saja tiba, karena memang biasanya Rima sering datang untuk melakukan pengecekan makanan yang akan disiapkan oleh para petinggi kerajaan.

"Oh... Rima..." Seorang laki-laki dengan tubuh yang gempal, mengenakan topi cheff putih yang sangat tinggi. "Apa ada pergantian makanan, atau Raja Louis ingin dibuatkan sesuatu." Ucapnya dan berjalan mendekat kearah Rima, dengan tangannya yang memegangi panci yang masih berisikan makanan yang baru saja matang.

"Hati-hati Dave... itu sangat panas bukan?" Rima sedikit melangkah mundur, ketika masih terlihat kepulan asap yang keluar dari panci yang dibawa oleh sang Kepala Koki kerajaan.

"Ini? Ah... kau pasti akan ketagihan jika mencobanya, ini daging salmon terbaik dan penuh dengan gizi untuk Raja Louis. Aku dengar malam ini... dia akan bersama dengan permaisurinya yang paling muda." Ucap Dave sambil nyengir, dan meletakkan pancinya dengan hati-hati.

"Ya, kau benar. Oleh karena itu aku harus memastikan bahwa Raja Louis mendapatkan makanan yang bergizi, kita sangat berharap ada keturunan dari Raja Aarez yang bisa membawa kebahagiaan untuk negeri ini." Ucap Rima dengan pandangan yang masih memperhatikan kondisi sekitarnya.

"Jika mengenai itu, tenang saja Rima. Aku pun berharap sama kepadamu, agar Aarez bisa memiliki ratu kembali. Asal kau tahu... ramalan itu sudah cepat menyebar... aku khawatir jika..." Belum sempat Dave melanjutkan perkataannya, kedua mata Rima sudah melebar cepat dengan pandangan tidak suka.

"Dave... aku ingatkan padamu. Agar kita tidak perlu untuk membahas mengenai masalah ramalan itu. Lebih baik jika kita berpura-pura tidak tahu, apa kau paham." Ucap Rima dengan tegas, dan Dave mengangguk cepat.

"Maafkan aku Rima, aku hanya... takut jika ramalan itu terjadi." Ucap Dave dengan suara yang amat pelan, bahkan hampir berbisik dengan matanya yang memperlihatkan ketakutan.

"Baiklah Dave, jika makan malam untum Raja dan Permaisuri Loui sudah selesai. Tolong beritahu aku, biarkan aku sendiri yang mengantarnya." Ucap Rima, dengan sebuah ide yang sudah terbesit pada pikirannya.

"Sebentar lagi saja, kau tidak akan perlu untuk menunggu lama." Jawab Dave dengan seringai lebarnya.

"Ehh... aku harap semua ini akan berjalan lancar. Jika Permaisuri Helena tidak mau menggunakannya, maka tidak ada cara lain selain aku sendiri yang akan menuangkannya pada makanan dan minuman untuk Raja Louis." Batin Rima dengan perasaan yang gelisah.

***

Kamar Raja Louis.

Louis sudah cukup puas melihat Helena, yang sudah menghabiskan makan malamnya. Tanpa diketahui oleh Helena, sebenarnya Louis menaruh kecurigaan besar.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, ketika dia bersama dengan Dilara dan Emira. Dua kakak adik itu memasukkan obat, agar Louis bisa tidur bersamanya. Dan tentu saja Louis bisa berhasil menghindari, meskipun dia harus menahan dengan sekuat tenaga keinginannya sebagai seorang laki-laki normal.

Alhasil Dilara dan Emira tidak mampu untuk bertahan hingga satu malam, karena Louis sudah mengusir keduanya.

Tapi masih ada satu lagi pengganggu bagi Louis, yaitu kehadiran Helena yang masih berada didalam kamarnya. Usai makan malam yang singkat, mereka berdua sedikit bergeser mengarah pada tempat doa yang sudah disediakan didalam kamar sang raja.

Keduanya duduk bersimpuh dan berdampingan, memejamkan mata mereka sambil mengucapkan doa-doa untuk Ratu Revania. Tapi ada yang berbeda dengan sikap Helena saat itu, ia duduk dengan gelisah merasa sesuatu yang tidak nyaman mulai menggerogoti tubuhnya.

"Ada apa denganku, rasanya sangat.. panas.. dan ah... apa ini... perasaan apa ini." Ucap Helena meracau pelan tidak jelas, ia membuka kedua matanya dan menoleh kearah Raja Louis.

Pria itu masih memejamkan matanya, dan hanya bibir Louis yang bergerak. Entah doa apa lagi yang sedang ia ucapkan, tapi mengapa hal itu membuat Helena tidak berhenti memandang sisi wajah Louis yang tampak mempesona.

"Bau ini... aroma ini... bau tubuh dari Raja Louis. Bagaimana aku bisa mencium jelas, dan kenapa aku sangat... ah... ah... ah..." Napas Helena tiba-tiba saja terengah-engah, sungguh dia baru kali ini merasakan sensasi panas yang luar biasa pada tubuhnya.

Helena menggigit bibir bawahnya dengan kuat, karena dia terus saja merasakan gairah yang amat tinggi meskipun hanya menatap wajah Louis, atau mencium aroma tubuh dari Sang Raja.

"Ini benar-benar gila, ada apa denganku? Kenapa aku ingin sekali bisa bersama dengan... Sial... Helena apa yang sedang kau pikirkan... kenapa aku semesum ini... bukankah harusnya aku berdoa untuk Ratu Revania!" Gumam Helena pelan, dan dia mulai menggeliat sambil melangkah mundur.

Napas Helena yang masih tersengal, akhirnya membuat Raja Louis tersadar dan segera saja membuka kedua matanya dengan cepat. Dia melihat Helena dengan rona wajah yang merah padam, dan tidak hanya itu saja. Karena Helena mulai membuka bagian atas bajunya, memperlihatkan bagian dadanya yang hampir polos.

"Helena! Apa yang sedang kau lakukan, sungguh tidak sopan jika kau berusaha menggodaku disaat kita sedang mendoakan Ratu Revania." Louis sudah bangkit dari duduk bersimpuh, dia menjaga jarak dari sikap Helena yang mulai menggeliatkan tubuhnya.

"Raja Louis, maafkan aku. Tapi... rasanya panas sekali... aku... aku tidak tahu... tolong aku Raja Louis... tubuhku ingin sekali untuk disentuh olehmu.. ah... apa yang baru saja aku katakan." Ucap Helena tidak percaya, dengan apa yang sudah ia lontarkan kepada Raja Aarez.

"Kau... AH... jadi obat itu ada di makan malamku? Tidak dipercaya, apa kau bodoh... berusaha untuk menjebakku, tapi... justru kau sendiri yang memakan obat tidak berguna itu!" umpat Louis kesal, sambil ia menyingkap jubahnya yang lebar.

Satu tangan Helena mulai terulur kearah sang Raja, bukit keringat mulai muncul pada wajahnya. "Raja Louis... tolong aku... rasanya sangat tidak menyenangkan... ah... ah... ah... aku tidak tahu apa aku bisa menahannya..." Helena menahan kuat hasratnya sendirinya sendiri yang sedang bergejolak.

Bahkan Helena menggigit bibirnya dengan kuat, hingga tidak sadar kalau di sudah melukai bibirnya sendiri. Ada darah segar yang mengalir melewati bibirnya, disaat itu ia beranjak dari duduknya dan segera berlari kearah Raja Louis.

"Berhenti disitu! Dan jangan berani kau menyentuhku!" Ucap Louis yang takut, ketika Helena tidak mempedulikan perkataannya dan terus berlari kearahnya.

Katakan saja Helena benar-benar sudah kehilangan logikanya, ketika dia sudah mendekati Louis dan memberikan kecupan pada bibir Louis. Sang Raja tentu saja terkejut, dengan kedua matanya yang melebar dengan cepat melihat betapa Helena sangat bergairah mencumbu bibirnya.

Chapitre suivant