Ruangan gelap, tak ada siapapun orang di sana. Hanya ada beberapa rangkaian layar hologram melayang di tengah-tengah ruangan, menunjukan banyak notifikasi yang masuk dari berbagai sistem.
[Persiapan Program : Selesai_]
[Akses Menuju AutoTerra : Dibuka_]
[Program Dimensional siap untuk digunakan_]
[Pesan Masuk dari EdenWings_]
~*~*~*~
Pagi hari telah tiba, dan Handra lebih memilih menghabiskan waktunya untuk tidur seharian penuh di tempat tidur. Masih dengan selimut menutupi dada telanjangnya, Handra tidur begitu nyenyak sambil memeluk guling dengan erat, berharap kalau bangun nanti ia tiba-tiba dapat wanita cantik yang bisa menemaninya.
Maklum, otak bujang lapuk.
"PAMAN HANDRA!!!"
Seperti kemarin, tiba-tiba tubuh mungil Arni jatuh menimpa tubuh besar Handra, membuat pria dewasa itu tersedak ilernya sendiri.
Menyadari yang terjadi, Handra menatap Arni dengan wajah masih setengah mengantuk. Dalam hati berharap dapat wanita cantik, malah bocah bau lengkuas yang datang.
"Paman, ayo main!" ajak Arni.
Lagi-lagi daging tumbuh di selangkangan Handra hampir tak tertolong dengan keambiguan ini.
Arni pun hampir berakhir dengan kejadian déjà vu seperti kemarin, yaitu siap-siap dilemparkan ke luar jendela.
"Pa-Paman! Paman! Paman!" Arni jadi panik dalam gendongan di pinggang Handra. "Aku cuma ingin mengajakmu main AutoTerra lagi! Kenapa pengen lempar aku keluar jendela, sih?"
"Oh." Handra berwajah datar menatap Arni. "Mumpung Abahmu enggak ada."
"Eh?! Enggak boleh kayak gitu! Ini 'nih namanya kekerasan terhadap anak."
"Kau itu bukan anak-anak lagi." Iseng-iseng Handra menggoyang-goyangkan badan Arni yang menurutnya sangat ringan. "Pantat sama dada dah menonjol kayak gitu, masih perlu dibilang anak-anak?"
Alhasil, merah merona macam kepiting matang muncul menyelimuti seluruh wajah Arni sampai ke kuping.
"Maaf, tapi aku masih harus tidur."
Handra menurunkan Arni, lalu buru-buru kembali berbaring di tempat tidur. Arni yang tidak terima penolakan sang paman langsung menghampiri.
"Eh?! Enggak bisa gitu, dong! Kan udah janji mau menemaniku main AutoTerra lagi?!"
Tidak mau mendengar omelan Arni, Handra menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut. Arni membuka selimut itu, dan Handra kembali menyelimutinya, buka, tutup, buka, tutup, sampai pada akhirnya Arni mencakar gemas selimut Handra.
"Ish! Kenapa tidak mau, sih?!" rengek Arni kesal.
Di balik selimut, Handra berkata dengan nada lesu dibuat-buat, "Kalau kau mau kita lanjut main AutoTerra. Kau harus selesai beres-beres dulu."
"Beres-beres…?"
Pandangan mata Arni teralih ke seisi kamar Handra. Kamar pria berkulit agak tan itu memang berantakan. Padahal seingatnya kemarin rapi-rapi saja. Mungkin yang dimaksud Handra adalah ia ingin Arni membereskan rumahnya.
Walau Arni bukan tipikal gadis yang maniak kerapian, tapi dia akan berusaha membereskan seisi rumah Handra. Iya! Arni mengangguk-angguk sendiri berkutat dalam pikiran, sepakat jika dia akan segera menjadi pembantu dadakan.
"Demi main AutoTerra!!!"
….
Sepanjang pagi Arni habiskan dengan membersihkan seisi rumah Handra, mulai dari menyapu, mengepel, membersihkan jendela, perabotan, kamar mandi, toilet, dan mencabuti rumput liar. Selain itu, Arni juga melakukan pekerjaan lain, seperti mencuci pakaian, mencuci perabotan memasak dan makan, menyetrika, menyusun rapi benda-benda yang berantakan, sampai memasak.
Apa yang dilakukan Arni memang berlebihan, tapi ini demi bisa lanjut bermain game. Dia dulu sudah terbiasa dengan perintah semacam ini. Setiap kali ingin bermain game apa saja, orang tuanya selalu bilang untuk membereskan segala pekerjaan lebih dulu baru bisa bersantai-santai ria. Itu sebabnya, Arni tidak keberatan untuk membersihkan rumah, asalkan tidak ada urusan lagi saat main game.
"Fyuuuh…." Arni menyeka keringat di keningnya setelah ia selesai membersihkan dapur. "Akhirnya selesai juga. Aku mau lanjut bikin sarapan dulu. Moga aja Paman Handra suka."
Kemudian Arni berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan dan kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.
….
Handra sudah cukup lama kembali tertidur setelah terakhir dibangunkan Arni. Kini rasa kantuknya perlahan menghilang ketika mata birunya memberanikan diri melihat ke arah jam digital di nakas.
"Hmm? Sudah jam 9.30?"
Ketika ia bangun, Handra dibuat bingung dengan keadaan kamarnya yang sudah rapi dan bersih. Handra menggaruk kepala cokelatnya bingung, dia masih ingat betul kalau terakhir keadaan kamarnya sangat berantakan.
Sempat kepikiran kalau kemungkinan Arni mengiyakan perintahnya sebelum tidur tadi untuk membereskan seisi rumah. Padahal Handra hanya iseng-iseng berkata demikian agar gadis itu tidak mengganggunya tidur.
Sekarang, Handra tidak keberatan untuk bertemu dan mengajak Arni main AutoTerra. Tubuhnya sudah terasa lebih bugar dengan tidur yang cukup. Selama bekerja sebagai Petarung MMA, dia benar-benar kurang tidur, waktu istirahatnya selalu dihabiskan hanya untuk terus berlatih. Cuma di saat-saat begini Handra bisa mendapat kesempatan untuk beristirahat total.
Setelah bangun, Handra mengambil handuk dan pakaian, bersiap untuk mandi dan keluar dari kamar.
~*~*~*~
Setelah menghabiskan waktu beberapa menit mandi, kini Handra keluar dari kamar dengan tampilan lebih segar, memakai kaos oblong putih dan celana selutut. Rambut cokelatnya yang tebal selalu dibuat acak-acakan karena dia tidak terlalu suka tatanan rambut rapi, kecuali saat pergi ke acara-acara tertentu.
Sepanjang jalan hendak menuruni tangga dari lantai tiga menuju lantai bawah, Handra melihat-lihat keadaan seisi rumahnya yang cukup rapi dari sebelumnya. Dia masih tak menyangka kalau kata-katanya itu dianggap serius oleh Arni, sehingga membuat gadis remaja itu nekat membersihkan dan membereskan seluruh rumahnya.
Kalau sampai abahnya tahu putrinya secara tidak langsung dijadikan pembantu dadakan, habislah nasib Handra.
Ketika menuruni tangga ke lantai bawah yang terhubung langsung dengan ruang makan, Handra menemukan sosok Arni sedang duduk manis sambil memakan sarapannya berupa nasi goreng telur ceplok. Di seberang Arni juga tersedia sarapan yang sama, masih hangat dan belum tersentuh sama sekali. Sepertinya, makanan itu disiapkan untuk Handra.
"Pagi, Paman," sapa riang Arni seperti biasa, masih memakan sarapannya.
"Pagi." Handra mulai duduk di seberang Arni, mulai menuangkan sebotol jus jeruk yang tersedia ke dalam gelas. "Kau baru saja sarapan?" Kemudian ia meminum jus tersebut.
Suapan Arni terhenti sesaat ketika bingung harus menjawab apa. Gadis itu baru sadar kalau mungkin ada beberapa barang milik Handra yang ia bersihkan merupakan barang-barang yang tidak boleh disentuh oleh siapapun. Dia takut Handra marah padanya.
"Apa karena bersih-bersih dulu?"
Arni hanya mengangguk pelan sebagai balasan, lebih memilih untuk memainkan sendoknya di piring ketimbang menatap langsung Handra.
Terdengar helaan nafas Handra sesaat. "Kau tidak seharusnya repot-repot membersihkan rumah ini. Aku bilang begitu karena tidak ingin diganggu. Selama di luar negeri, aku kurang tidur. Dalam sehari hanya diberi kesempatan untuk tidur 1-3 jam saja. Makanya, selagi libur aku manfaatkan untuk tidur sepuasnya."
Mengetahui alasannya membuat Arni jadi merasa bersalah karena lancang membangunkan Handra pagi-pagi. Dia sangat tidak sabar untuk main AutoTerra bersama sampai-sampai tidak kepikiran kalau selama Handra kerja, pria itu sering kurang tidur.
"Ma-maaf, Paman," ucap lesu Arni, "Aku tidak bermaksud membangunkanmu. Kalau saja aku tahu kau selama ini kurang tidur—."
"Tak apa. Kuanggap bersih-bersih rumahku sebagai permintaan maafmu."
Nasi goreng buatan Arni mulai dimakan Handra. Rasa masakanya lumayan sebagai gadis yang memiliki kemampuan masak pas-pasan. Setidaknya, Arni bukan tipikal gadis yang suka rusak dapur orang kalau masakannya terlalu jelek.
"Lain kali, jangan memaksakan dirimu untuk melakukan aktivitas apapun tanpa mengisi perut lebih dulu. Nanti sakit," nasihat Handra, kemudian kembali menyuap telur ceploknya.
Seulas senyum lega terulas di bibir ranum Arni. Arni senang bisa mengenal Handra selama ini. Walau mereka tidak ada hubungan darah keluarga, hanya sekedar kenal karena orang tuanya merupakan sahabat dari sepupu Handra, tapi Handra selalu memberi perhatian layaknya seorang saudara.
Arni betah bisa dititipkan pada Handra. Lain kali, Arni akan berusaha untuk tidak merepotkannya dan membalas segala kebaikan serta perhatian Handra.
"Kau pasti lelah setelah beres-beres tadi, kan?" tanya Handra di sela-sela jeda makan. "Sebaiknya, kau istirahat dulu. Biar nanti ada tenaga buat main AutoTerra lagi."
Mendengar ucapan Handra membuat Arni seketika antusias. "Sungguh? Kita main lagi?!"
"Iya, tapi nanti. Mungkin sehabis makan siang. AutoTerra 'kan menggunakan sistem VR-Scanner, mengirimkan tubuh asli kita ke dalam dunia virtual, jadi tidak mustahil kalau tubuh kita bakal sama lelahnya ketika kita berada di dunia nyata, bahkan mungkin lebih lelah lagi."
Arni mengangguk cepat. Buru-buru ia menghabiskan sarapannya agar bisa beristirahat sesuai nasihat Handra. Kali ini, ia harus bisa bermain lebih baik lagi dari kemarin.
"Kau sendiri mau ngapain aja, Paman?"
"Cuma olahraga, kok."
~*~*~*~