Apa tujuanmu bertanya pada Alisha tentang Diana? terutama tentang Ayahnya Diana? bukankah kamu sudah tahu tentang semua rahasia Alisha dan Diana? kamu tahu kalau Diana lahir dari pria yang tidak di kenal Alisha saat di Bali. Kenapa kamu malah bertanya tentang Ayahnya Diana??!! kamu sangat membuatku kecewa Luck!" ucap Terry dengan perasaan kecewa.
"Dia bukan aku Terry, dia Ducan. Aku datang ke sana, tapi Alisha sudah bersama Ducan. Saat itu Ducan baru keluar dari cafe dan Alisha memanggilnya. Alisha mengira Ducan adalah aku." ucap Lucken dengan tenang sangat memahami kemarahan Terry.
"Jadi, Alisha tidak bersamamu?" tanya Terry dengan bibir kelu merasa malu sudah memarahi Lucken tanpa bertanya dulu.
"Tidak Terry, setelah aku melihat Ducan bersama Alisha aku langsung pulang. Dan Ducan bersama Alisha pulang larut malam." Ucap Lucken ada perasaan sedih tapi entah karena perasaannya atau karena kecewa saat Ducan memutuskan tidak akan melepas Alisha.
"Ada apa Luck? kenapa suaramu terlihat sedih? apa kamu cemburu dan terluka saat melihat Alisha dan Ducan?" tanya Terry merasa cemburu dan terluka juga karena tahu Lucken masih mencintai Alisha.
"Aku tidak tahu, mungkin sudah saatnya aku harus melupakan Alisha. Besok pagi sebelum mereka menikah aku berangkat ke Singapura." ucap Lucken merasakan sesuatu yang hilang dalam dirinya.
Terry terdiam, kenapa dia juga harus terluka dan gelisah. Sedangkan Alisha sudah nyenyak dalam tidurnya.
"Sekarang sudah malam, sebaiknya kamu tidur." ucap Lucken dengan suara berat.
"Kamu menyuruh aku tidur, tapi kamu sendiri tidak tidur. Itu sama sekali tidak adil bagiku." ucap Terry dengan perasaan kesal pada perasaannya sendiri yang tidak bisa dia kendalikan.
"Kenapa tidak adil bagimu? besok pagi kamu harus menemani Alisha menikah dengan Ducan. Apa kamu mau wajah kamu terlihat lelah?" ucap Lucken menghibur hati Terry agar tidak sedih karena dirinya.
"Apa kamu perhatian padaku hanya sekedar menghiburku?" tanya Terry semakin merasa kasihan pada dirinya sendiri. Cintanya telah bertepuk sebelah tangan.
"Aku sudah berusaha untuk menjadi sahabat yang baik untuk kamu. Tidurlah Terry, aku tidak mau kamu lelah dan tidak bisa menemani Alisha." ucap Lucken tidak ingin Alisha kecewa pada Terry.
"Kamu lebih memikirkan perasaan Alisha di banding perasaanku saat ini." ucap Terry sambil menggigit bibir bawahnya.
Lucken menghela nafas panjang tidak tahu lagi harus bagaimana menghibur Terry.
"Apa maumu sekarang Terry?" tanya Lucken akhirnya mengalah agar Terry tidak semakin terluka karenanya.
"Tidurlah malam ini bersamaku Luck? apa kamu mau?" tanya Terry tidak bisa lagi menahan perasaannya.
Lucken menelan salivanya, bagaimana bisa Terry begitu menginginkan dirinya walau Terry sudah tahu kalau dia tidak lebih dari seorang pria yang mandul.
"Apa yang kamu katakan Terry? bagaimana aku bisa menuruti keinginan kamu? tidak mungkin aku datang ke rumahmu? di sana ada Alisha yang bisa mengetahui kedatanganku." ucap Lucken dengan perasaan campur aduk. Entah kenapa mendengar suara Terry saja sudah menaikkan hasratnya.
"Katakan saja Luck? apa kamu mau bertemu denganku? dan kita tidur bersama sampai pagi." Ucap Terry dengan perasaan gelisah berharap Lucken tidak menolak keinginannya.
Untuk sesaat tidak ada jawaban dari Lucken selain helaan nafas berat Lucken.
"Luck? katakan? apa kamu mau?" tanya Terry dengan suara tertahan.
"Baiklah Terry, aku mau." ucap Lucken tidak bisa menolak keinginan Terry. Bayangan saat bercinta dengan Terry memasuki pikirkannya. Gairah cinta yang Terry tawarkan telah membuatnya tak berdaya. Sungguh di mata Lucken, Terry benar-benar seorang wanita yang begitu hebat di atas tempat tidur.
Terry menghela nafas lega setelah mendengar Lucken mengiyakan keinginannya.
"Oke Luck, kalau begitu pergilah ke Hotel Resort kita akan bertemu di sana. Aku akan keluar sekarang." ucap Terry tanpa banyak bicara lagi menutup panggilannya dan segera bersiap-siap pergi.
Setelah memastikan Diana dan Alisha tidur lelap, Terry keluar rumah dengan memakai mobilnya pergi ke hotel Resort.
Tiba di depan hotel resort Terry menghentikan mobilnya dan segera keluar masuk ke lobby hotel.
Di lobby Terry sudah melihat Lucken duduk dengan sebuah koper besar di sampingnya.
"Luck?? kenapa kamu membawa koper juga? apa kamu akan berangkat sekarang?" tanya Terry dengan tatapan tak berkedip dan dada teraa sesak.
Lucken tersenyum dengan perasaan canggung.
"Tidak malam ini Terry, aku berniat setelah dari hotel aku langsung berangkat ke Singapura karena itu aku membawa koper sekaligus." ucap Lucken sambil melihat kopernya.
"Oh..aku pikir kamu berangkat sekarang tanpa kita..." Terry tidak meneruskan ucapannya saat Lucken menarik tangannya dan membawanya pergi ke lorong kamar hotel.
"Luck??!! kita kemana?? bukankah kita belum memesan kamar?" tanya Terry dengan tatapan bingung.
"Aku sudah memesannya. Kamu tidak ingin waktu kita terbuang percuma kan?" ucap Lucken masih menggenggam tangan Terry dan membawanya ke kamar yang sudah dia pesan sebelumnya.
Tiba di sebuah kamar yang sangat besar, Lucken menghentikan langkahnya dan mengeluarkan kunci dari dalam kantong jaketnya.
"Apa ini kamar kita Luck?" tanya Terry tiba-tiba merasa gugup dan canggung sedangkan Lucken terlihat sangat tenang.
"Hem... tempat tidurnya cukup besar untuk kita berdua. Apa kamu tidak menyukainya?" tanya Lucken seraya membuka pintu kamar dan menarik pelan tangan Terry.
"Kita bisa bebas di sini. Tidak ada cctv dan juga ada peredam suara." ucap Lucken melepas genggaman tangannya kemudian melepas jaketnya.
Terry hanya bisa terdiam tidak tahu apa yang harus dia katakan. Sungguh dia merasa jatuh dalam cintanya Lucken.
Lucken yang begitu tenang memberikan sebuah senyuman yang indah untuknya.
"Luck?? sekarang kita ada di sini, apa yang akan kita lakukan?" tanya Terry tidak tahu bagaimana untuk mengawali pembicaraaanya.
"Apa?? kamu menginginkan apa Terry?" tanya Lucken menelan salivanya tidak tahu juga harus berbuat apa.
"Apa kamu mau tidur sekarang?" Tanya Terry memberanikan diri mendekati Lucken.
"Aku?? aku mau mandi dulu. Apa kamu tidak merasa gerah?" tanya Lucken dengan tatapan rumit.
"Apa kamar semewah dan sebesar ini tidak ada AC?" tanya Terry menjawab pertanyaan bodoh Lucken.
"Aku rasa tidak juga, sebaiknya aku mandi sekarang." ucap Lucken dengan perasaan gugup beranjak dari tempatnya.
"Aku ikut denganmu Luck!!" ucap Terry dengan wajah memerah berdiri di tempatnya.
Langkah Lucken terhenti mendengar ucapan Terry.
"Kamu??? apa kamu ikut aku mandi??" tanya Lucken dengan tatapan tak berkedip terasa sekali detak jantungnya berdegup sangat kencang.
"Aku tidak perlu mengulang apa yang aku inginkan Luck." ucap Terry mendekati Lucken dengan hati berdebar-debar.
Tanpa berkata apa-apa lagi Lucken membuka pintu kamar mandi dan membiarkan Terry masuk ke dalam lebih dulu.
"Luck, apa kamu menginginkannya lagi?" tanya Terry menghadap tepat di hadapan Lucken.
Lucken menelan salivanya menatap wajah cantik Terry yang begitu menggoda.
"Bukankah beberapa jam yang lalu kita sudah melakukannya? apa kita akan melakukannya lagi?" tanya Lucken dengan tatapan tak berkedip saat Terry mendekatkan wajahnya dan memeluk lehernya.