webnovel

Jika Melakukannya Baru Termasuk

Éditeur: Wave Literature

Melihat Ji Xiaonian terbaring dengan ekspresi seperti itu, gairah yang tadinya membakar seluruh tubuh Bai Yan seolah disiram seember air es. Sama sekali tidak ada lagi gairah untuk bercinta yang tadinya menggebu-gebu di dalam hatinya. Dia lalu mengambil selimut dan meletakkannya menutupi tubuh gadis itu, lalu bangkit berdiri dari ranjang.

Melihat Bai Yan beranjak meninggalkan dirinya, Ji Xiaonian dengan segera bangun dan memanggilnya, "Kak Yan.." Dilihatnya punggung pria itu yang membelakanginya dengan bertelanjang dada. Dia sama sekali tidak menyadari sejak kapan pria itu melepaskan baju yang dikenakannya.

"Kamu tidur saja terlebih dahulu. Aku mau mandi," ucap Bai Yan sambil tetap memunggungi Ji Xiaonian.

"Ha? Kenapa tiba-tiba mau mandi? Kamu tadi jelas-jelas sudah…"

Belum sempat Ji Xiaonian menyelesaikan kalimatnya, Bai Yan sudah kembali berbicara,"Ji Xiaonian, jangan mengira kalau kamu mengerti segalanya. Sebenarnya, justru kamu tidak mengerti apa-apa. Tidak perlu berpura-pura lagi."

Bai Yan meneruskan langkahnya masuk ke dalam kamar mandi, lalu menutup pintu. Dia meninggalkan Ji Xiaonian yang masih terduduk di atas ranjang dengan ekspresi kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Apa sih? Jelas-jelas dia sendiri terlihat begitu bernafsu tadi. Kenapa tiba-tiba berhenti begitu saja? Apa karena tadi aku bilang aku mau berada di atas sehingga membuatnya tidak senang? Tapi akhirnya tadi aku kan menyetujui dia yang berada di atas? Batinnya berusaha menerka-nerka apa yang membuat lelaki itu tiba-tiba saja berubah pikiran.

Ji Xiaonian tentu saja tidak ingin melepaskan kesempatan yang sangat berharga ini. Dia cepat-cepat mengambil pakaian dan menutupi bagian intim tubuhnya, lalu berlari mencapai pintu kamar mandi. 

"Kak Yan..." panggil Ji Xiaonian sambil mengetuk pintu.

"Ada apa?" Terdengar suara dingin Bai Yan dari dalam kamar mandi yang tercampur dengan suara air shower yang dibuka.

"Aku… Bolehkah aku mandi bersamamu?" ucap Ji Xiaonian dengan hati-hati. Dia menyadari bahwa apa yang dilakukannya ini sebenarnya sangat memalukan. Akan tetapi, berada bersama Bai Yan, dia sungguh-sungguh telah membuang harga dirinya jauh-jauh. Jika terus ingin mempertahankan harga dirinya, itu artinya sama saja dengan merelakannya untuk direbut oleh orang lain.

"Tunggu setelah aku selesai mandi baru kamu bisa masuk," kata Bai Yan dari dalam. Jika saat ini dia membiarkannya masuk, sudah dipastikan dirinya tidak akan lagi dapat menahannya lagi.

Saat ini sebenarnya Bai Yan sangat ingin menyentuh tubuh Ji Xiaonian, mencium dan membiarkan gairah menguasai pikirannya. Akan tetapi, tidak ada yang tahu bahwa selama 28 tahun ini, dia sebenarnya belum pernah melakukan hal semacam itu sebelumnya. 

Sesungguhnya, Bai Yan tidak tahu harus memulai dari mana. Dia juga sebenarnya takut jika memberikan pengalaman pertama yang tidak memuaskan bagi Ji Xiaonian. Terlebih, dia tidak ingin merusak bayangan indah yang ada di kepalanya.

Melihat Bai Yan tidak membuka pintu baginya, Ji Xiaonian dengan lesu berjalan kembali menuju ke ranjang. Dia hanya terduduk di situ dengan tatapan kosongnya. Dia sungguh-sungguh menyesal saat ini, tahu begitu, dia tidak akan sedikitpun memberikan kesempatan pada pria itu untuk berhenti. Apalagi sampai membiarkan gairahnya menghilang begitu saja. Pasti nantinya dia tidak mau untuk melakukannya lagi. Pasti begitu, kalau tidak, buat apa dia begitu lama tidak keluar dari kamar mandi? Gumamnya.

Ji Xiaonian tidak tahu berapa lama Bai Yan telah berada di dalam kamar mandi. Dia terus menunggu dan menunggu, hingga akhirnya tanpa sadar tertidur di ranjangnya.

Bai Yan akhirnya keluar dari kamar mandi setelah lebih dari 1 jam berada di dalam. Dia mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya sambil menoleh ke arah ranjang, melihat Ji Xiaonian yang telah tertidur pulas. Dia menarik selimut menutupi tubuh kecil gadis itu, lalu naik ke ranjang dan berbaring di sebelahnya.

Bagaimanapun Bai Yan berusaha untuk tertidur, tetap saja dirinya kembali terjaga. Kini dia menatap ke arah Ji Xiaonian yang sedang tertidur dengan pulasnya itu. 

Tiba-tiba, Bai Yan teringat peristiwa 19 tahun lalu, ketika dokter baru saja keluar dari kamar bersalin sambil menggendong Ji Xiaonian kecil di tangannya dengan tangis yang memecah seluruh ruangan. Dan kini, tidak terasa waktu berlalu cepat, bayi yang dulu menangis tak henti-hentinya itu, telah beranjak dewasa seperti ini.

Walaupun Ji Xiaonian jauh lebih cantik dibanding ketika dirinya kecil dahulu, namun Bai Yan sungguh tidak dapat memahami mengapa kini gadis itu seolah tidak punya harga diri dan terus-terusan memikirkan hal-hal yang tidak-tidak di kepalanya.

Lebih anehnya lagi, walaupun Ji Xiaonian berlaku seperti itu, sesungguhnya Bai Yan menyukainya. Dia juga menyukainya yang terus-terusan berusaha membangkitkan gairah seksualnya. Dan menyukai gadis itu yang tiada hentinya menyentuh setiap jengkal tubuhnya dengan sentuhan hangat.

Bai Yan tersadar, dirinya kali ini sudah mulai tersihir oleh pesona Ji Xiaonian, seolah gadis kecil itu telah memberinya racun. Bagaimanapun juga, jauh di dalam lubuk hatinya, dia berharap agar gadis itu memberinya racun cinta itu lebih dalam lagi.

Tangannya kini berusaha menjangkau ponsel yang berada di meja kecil di sebelah ranjangnya dan mengambil satu jepretan wajah Ji Xiaonian yang sedang tertidur pulas. Setelah itu, Bai Yan merebahkan badannya dengan tenang di ranjang dan perlahan-lahan terlelap sambil menahan gejolak yang ada di dalam dirinya.

***

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Ji Xiaonian terbangun dari tidurnya. Dia menoleh ke tempat tidur di sebelahnya dan mendapati Bai Yan tidak berada di sana. Matanya menoleh ke sekeliling kamar hingga akhirnya mendapati pria itu sedang duduk di sofa di dekat ranjang.

Bai Yan kini telah dengan rapi mengenakan pakaian kerjanya dan rambutnya telah disisir rapi. Kakinya disilangkan dengan santai dan matanya menatap lurus ke arah Ji Xiaonian yang masih berada di ranjang.

Ji Xiaonian balik menatap Bai Yan sambil mengusap kedua matanya dan memanggil dengan manja, "Kak Yan."

"Cepat bangun dan bersiap. Aku akan mengantarmu ke sekolah," ucap Bai Yan sambil berdiri dari tempat duduknya, menghindari tatapan mata Ji Xiaonian. Dia berjalan menuju jendela dan tidak menatap matanya lagi.

Ji Xiaonian perlahan-lahan bangun sambil berusaha keras mengingat-ingat apa yang telah terjadi kemarin. Sepertinya tidak ada yang terjadi kemarin? Setelah Kak Yan pergi mandi dan lama tidak juga keluar, rasanya aku tertidur begitu saja, gumamnya dalam hati. Dahinya berkerut-kerut berusaha keras mengingat kejadian semalam.

Bagaimana mungkin dengan bodohnya dia melewatkan kesempatan berharga itu dan malah tertidur begitu saja. Bagaimana jika sehabis mandi, Kak Yan ingin melakukannya dan malah menemukanku sudah tertidur pulas di ranjang, Ji Xiaonian memaki dirinya sendiri dalam hati. 

Tangan Ji Xiaonian secara tidak sadar terangkat dan memukul kepalanya kuat-kuat. "Aduh!" jeritnya kesakitan.

Mendengar jeritan Ji Xiaonian, Bai Yan dengan segera menoleh ke arahnya.

"Hehehe... Aku tidak sengaja memukul diriku sendiri. Sakit sekali rasanya," jelas Ji Xiaonian pada Bai Yan dengan wajah malu-malu.

"..." Bai Yan hanya terdiam melihatnya. Tidak pernah dalam seumur hidupnya bertemu dengan gadis sebodoh ini. Kini dia menatap arloji di tangannya dan menyadari bahwa dia hampir saja terlambat untuk melakukan rapat menggunakan video call.

Bai Yan dengan segera berjalan ke arah ranjang, mengambil rok Ji Xiaonian dan bersiap untuk memakaikannya ke tubuhnya.

Melihat hal itu, Ji Xiaonian merasa panik dan gugup. Tangannya berusaha menutupi dadanya yang hanya menggunakan pakaian dalam saja. "Aku..Aku.." ucapnya terbata-bata.

"Kamu malu?" tanya Bai Yan sambil menatapnya.

Kini ingatan Ji Xiaonian dipenuhi oleh potongan-potongan adegan dirinya yang bergelut panas dengan Bai Yan di ranjang semalam. Walaupun tidak sampai melakukannya, namun seharusnya bisa dianggap kurang lebih sama lah ya! Belum lagi mereka tidur di ranjang yang sama semalam, pikirnya.

Sambil tersenyum, Ji Xiaonian perlahan-lahan menurunkan tangannya dari depan dadanya dan membiarkan Bai Yan membantunya mengenakan pakaian. "Aku tidak malu. Lagi pula sewaktu aku kecil, Kak Yan hampir setiap hari memandikanku. Seluruh bagian tubuhku sudah pernah kamu lihat, kan? Dan lagi tubuh telanjangmu dan juga sesuatu yang ada berada di bawah sana itu sudah pernah ku lihat. Jadi tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi," tuturnya.

Bai Yan tidak mempedulikan Ji Xiaonian dan terus melanjutkan membantunya mengenakan pakaian. Sementara Ji Xiaonian yang melihat tubuh pria itu begitu dekat dengannya, tidak tahan untuk tidak menggerayangi tubuhnya. Tak disangka, tangannya malah ditepis begitu saja oleh pria itu.

"Tau aturan sedikit! Sekali lagi macam-macam, pakai sendiri pakaianmu," kata Bai Yan dengan datar.

"Oh..." sahut Ji Xiaonian lesu sambil menarik tangannya dari tubuh Bai Yan, sementara matanya kembali menatap mata dingin pria itu. Tidak lama kemudian, dia kembali tersenyum sambil berkata, "Kak Yan… Hubungan kita berdua ini berarti termasuk hubungan pacaran, kan?"

"Tidak termasuk," jawab Bai Yan dengan datar sambil mengambil sepatu dan memasangkannya di kaki Ji Xiaonian.

"Tidak termasuk? Kenapa bisa begitu? Jadi harus bagaimana agar dapat termasuk berpacaran?" tanya Ji Xiaonian lagi.

"Kalau melakukannya baru dapat dihitung berpacaran," tutur Bai Yan yang lagi-lagi dengan datar.

"Ah, kalau begitu sekarang saja melanjutkan yang kemarin!" 

"..." Bai Yan sungguh tidak dapat berkata-kata menghadapi gadis kecil yang satu ini. Setelah selesai membantunya mengenakan sepatu, dia berdiri sambil menatap Ji Xiaonian. Tangannya menyentuh pipinya dan mencubitnya kuat-kuat sambil berkata, "Dasar benar-benar tidak punya malu ya!"

Chapitre suivant