webnovel

PRIA YANG DINGIN

"Apakah seperti ini!! dedikasi seorang perawat? Datang tidak tepat waktu!!!" Ucap seorang pria dengan suara yang begitu berat.

Nadia menelan salivanya sangat terkejut dengan sosok pria di depannya.

Seorang pria duduk di kursi roda dengan tatapan mata yang dingin dan wajah yang hampir di penuhi bulu halus di sekitar rahangnya. Dan wajah itu sama sekali Nadia tidak mengenalnya.

Yang Nadia tahu Tuan Daren seorang pria yang sudah tua dan beberapa uban warna putih di sebagian rambutnya. Dan untuk Jonathan sendiri pria muda terbilang tampan dengan wajah bersih dan berambut coklat.

"Apakah pria ini Jonathan? kenapa jauh beda dengan foto-foto yang ada di media? apa ada orang lain lagi selain Tuan Daren dan Jonathan?" tanya Nadia dalam hati.

"Kenapa kamu diam? apa kamu mengakui kesalahanmu?" tanya Pria itu dengan tatapan kesal.

"Maafkan aku...aku terlambat datang karena.." belum lagi Nadia meneruskan ucapannya pria itu sudah menyelanya.

"Tidak perlu mencari alasan kalau sudah melakukan kesalahan." ucap Pria itu lagi dengan suara beratnya menatap Nadia dengan tatapan dingin.

"Aku tidak sedang mencari alasan, aku hanya mengatakan yang sebenarnya." ucap Nadia membalas tatapan mata dingin laki-laki dengan berani.

"Kamu berani membantah ucapanku? kamu tidak takut padaku?" ucap laki-laki itu dengan gigi bergemelatuk.

"Aku tidak takut padamu! memang siapa dirimu! yang sok memarahiku! untuk di ketahui saja aku tidak bekerja padamu! tapi pada Tuan Daren dan Tuan Jonathan." ucap Nadia tidak bisa menahan emosinya pada laki-laki yang tidak ada urusan dengannya.

"Em... begitu cara bicara pada majikanmu? sepertinya waktuku terbuang percuma untuk menginterview kamu. Kamu bisa keluar dan pulang sekarang." ucap laki-laki itu dengan suara yang semakin berat dan nada yang sangat dingin.

"Tunggu! tunggu!! memang siapa dirimu?" tanya Nadia seraya memicingkan matanya menatap laki-laki di hadapannya yang sangat kaku wataknya.

"Carlossss!!" teriak laki-laki itu dengan suara yang hampir membuat nyali Nadia menciut.

Tidak menunggu lama, Carlos yang berdiri di depan pintu segera masuk ke dalam dengan wajah pucat.

"Ya Tuan." ucap Carlos sedikit membungkukkan punggungnya.

"Antarkan wanita ini keluar, aku tidak ingin melihatnya lagi di sini." ucap laki-laki itu dengan wajah semakin dingin.

Nadia mengangkat wajahnya menatap tepat kedua mata laki-laki yang ada di hadapannya.

"Dasar laki-laki tidak punya hati! aku sumpahi kamu tidak akan punya cinta sampai kamu mati!" teriak Nadia asal dengan kemarahan yang sudah di atas ubun-ubun seraya keluar dari ruangan Daren dan menutup pintu dengan sangat keras.

Carlos yang patuh menjalankan perintah Tuannya mengikuti Nadia yang telah salah jalan.

"Nona... kamu salah jalan, pintu depan tidak ke arah sini." ucap Carlos dengan bingung karena Nadia berjalan lewat ke samping rumah yang tembus dengan taman depan.

Karena hati Nadia sangat kesal, tidak terlalu menghiraukan ucapan Carlos dan masih saja terus berjalan ke arah pintu samping.

"Nona! Nona salah jalan! tolong berhenti sebelum Tuan Jonathan marah besar." ucap Carlos dengan wajah pucat karena taman samping sudah seperti kamar kedua bagi Jonathan.

Mendengar nama Jonathan di sebut, segera Nadia menghentikan langkahnya.

"Siapa nama yang baru anda sebut? Tuan Jonathan? di mana Tuan Jonathan? aku mau bicara penting dengannya, aku mau di interview Tuan Jonathan saja kalau Tuan Daren tidak ada." ucap Nadia kembali bersemangat.

"Maaf Nona, bukannya Nona sudah bertemu dengan Tuan Jonathan barusan, yang meminta Nona untuk segera pulang." jelas Carlos dengan sangat jelas.

"Apaaaa? jadiii...jadi dia...dia Tuan Jonathan?" tanya Nadia dengan kedua kakinya yang tiba-tiba terasa lemas.

"Benar Nona, yang Nona sumpahi tadi adalah Tuan Jonathan." jawab Carlos merasa kasihan pada Nadia yang langsung bersimpuh di lantai dengan wajah kecewa dan sedih.

"Ya Tuhan, aku tidak tahu kalau laki-laki itu Tuan Jonathan. Karena wajahnya begitu sangat jauh berbeda walau laki-laki itu juga duduk di kursi roda." ucap Nadia dalam hati dengan perasaan bingung.

"Bagaimana ini Pak? tidak bisakah anda membantuku untuk kembali ke sana untuk minta maaf agar aku bisa di terima kerja di sini?" tanya Nadia dengan kedua tatapan memohon.

"Maafkan aku Nona, aku hanya seorang pelayan tidak bisa membantu anda Nona." ucap Carlos dengan sangat menyesal.

"Ada apa ini Carlos? apa yang terjadi? kenapa dengan gadis cantik ini?" tanya seorang wanita yang di temui Nadia di taman yang menyebabkan keterlambatannya.

Anne menghampiri Carlos sambil membawa bunga yang sudah dalam vas, juga beberapa tangkai bunga sedap malam.

Dengan sopan Carlos menceritakan semua yang di dengarnya dari balik pintu karena suara keduanya sangat keras.

"Benarkah itu Carlos?" tanya Wanita itu lagi dengan penuh wibawa.

"Begitulah Nyonya Besar Anne dan barusan saja Nona ini mau masuk ke taman samping yang sudah di anggap sebagai rumah kedua oleh Tuan Jonathan." ucap Carlos dengan hormat.

Penjelasan dari Carlos menguap begitu saja di telinga Nadia. Perhatian Nadia hanya tertuju pada Anne yang ada di hadapannya. Sungguh Nadia tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Wanita dengan penampilan sederhana yang ada di hadapannya adalah Nyonya Besar Anne istri dari Tuan Besar Daren.

"Nyonya?... Benarkah Nyonya adalah Nyonya Anne?" tanya Nadia memastikan lagi.

Anne tersenyum melihat wajah Nadia semakin pucat.

"Siapa nama kamu gadis cantik?" tanya Anne dengan tersenyum.

"Nadia Nyonya Besar." jawab Nadia dengan gugup.

"Apa benar kamu ingin bekerja merawat Jonathan yang sangat manja itu?" tanya Anne menatap wajah Nadia dalam-dalam.

"Ya Nyonya Besar, aku membutuhkan uang untuk kehidupanku sehari-hari aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi." ucap Nadia dengan jujur sekaligus mengambil hati Nyonya Anne.

"Baiklah... sekarang, ikutlah denganku dan bawa bunga-bunga ini ya?" ucap Anne seraya memberikan semua yang di bawanya pada Nadia.

Dengan senang hati Nadia menerimanya dan mengikuti langkah kaki Anne yang entah mau pergi kemana.

Melewati beberapa kali ruangan yang begitu besar dan membuat Nadia semakin bingung arah pintu keluar.

"Maaf Nyonya Besar, kita mau kemana?" tanya Nadia semakin gugup di buatnya saat Anne berhenti di pintu kamar yang cukup besar hampir sepuluh kali besar kamar kontrakannya.

"Ayo... kita masuk Nadia." ucap Anne seraya membuka pintu kamar dan masuk ke dalamnya di ikuti Nadia di belakangnya.

"Jonathan." panggil Anne pada Jonathan yang saat itu sedang duduk membelakangi Anne dan Nadia.

Perlahan kursi roda Jonathan berputar menghadap Anne.

"Kamu!! masih di sini!" ucap Jonathan sedikit kaget melihat Nadia bersama Anne Maminya.

Nadia tidak menjawab ucapan Jonathan melainkan beringsut kebelakang sembunyi di balik punggung Anne dengan wajah tertunduk.

"Kenapa wanita ini masih ada di sini Mam? aku sudah memintanya pergi dan tidak ingin melihatnya lagi." ucap Jonathan dengan suara kembali dingin.

"Jo... Mami, menyukai Nadia. Nadia terlambat datang...karena tadi membantu Mami lebih dulu untuk mencari bunga untukmu. Sekarang katakan, kamu ingin di rawat Nadia pilihan Mami...atau Amanda mantan pacar kamu?" tanya Anne dengan tenang dan penuh wibawa.

Jonathan mengangkat wajahnya dengan tatapan mata yang rumit. Sungguh keduanya bukan wanita yang di inginkannya.

Chapitre suivant