webnovel

Guardian Angels

"What the fuck, Olivia Natasha!" Oliv menjauhkan ponselnya dari telinga ketika teriakan Bella di seberang sana berpotensi membuat telinganya tuli.

"Ya ampun, Bel! Lo pikir gue budek apa pake teriak teriak segala!"

"Eh dasar nggak tau malu! Harusnya tuh gue yang marah marah, ngapain jadi elo!" Oliv tertawa mendengar Bella mendumel.

"Iya deh, iya. Maaf, Abisnya gue tuh abis kena musibah. HP gue ilang deh, ini baru beli, makanya baru bisa hubungin elo."

Bella berteriak histeria.

"Lo bego apa gimana sih? gimana coba HP bisa hilang!!!"

Jika Bella bukan sahabatnya, Oliv bersumpah akan pergi ke dukun santet untuk menyingkirkannya.

"Eh, Liv! Gue punya berita gila, Liv! Sumpah! Ini gila banget!" ucap Bella histeris, membuat Oliv penasaran,"Apaan?!"

"Alva M-a-r-t- double e-n!" eja Bella, membuat Oliv mengangguk meskipun Oliv tahu Bella tidak akan melihatnya.

"Lo tau nggak? DIA ANAKNYA JONATHAN SI DADDY SEKSI ELO ITU ANJIR!! LO SIH GA BISA DIHUBUNGIN MULU, GUE UDAH GATEL MAU NGASIH TAU ITU!!"

Oliv memutar bola matanya,"Udah deh,jangan memingat masa lalu gitu."

"Mengingat masa lalu pala lu! Gue serius coy, kok bisa kebetulan gitu sih? Terus gimana nih, Liv? Lo mau jadi mamanya Alva apa jadi menantunya Jonathan? Kalau gue jadi elo sih mending gue jadi mamanya Alva dah. Antimainstream, bro! Udah gitu, lo bisa maen maen sama Alva pas Jonathan kagak ada."

Wajah Oliv memerah ketika Bella mengatakan hal itu,"Sumpah ya Bel, kalo lo ada disini udah gue lempar pake sepatu gue! Ngomong sembarangan banget sih!!"

Bella tertawa,"Bercanda, Liv. Ampun, deh."

"Lagian lo tau darimana sih?" Oliv mendengus.

"Iya. Gue ngestalk dia di instagram. Eh betewe, si Alva kasep pisan euy. Anjir banget beruntung idup lo, Liv. Oh ya, terus gue kan ngescroll, mana ada foto Alva sama Jonathan. Gue kaget banget tau, Liv. Tapi gue akhirnya mikir, nama Jonathan kan Jonathan.Marteen. Sama kaya Alva, dong? Ah bego, lemot banget gue. Pas gue cek ig nya Jonathan, eh bener dia bokapnya Alva!"

Oliv melongo,"Jonathan punya ig?"

"Liv,lo disana nggak miskin pulsa kan? Lo bener bener nggak tau? Eh, tapi kok lo biasa aja pas gue kasih tau?"

Oliv tertawa,"Kagetnya udah kemarin. Sekarang udah biasa. Gue ini nginep di rumah Alva."

"HAH? LO NGAPAIN LIV, AJAK AJAK GUE NAPA KALO MAU BIKIN BABY!"

Oliv menghela nafas pasrah,"Woy! Gue nggak sendirian. Ada Jonathan juga, kali."

"LO THREESOME LIV? ANJIR BOKAP ANAK DIEMBAT SEMUA!"

"Capek ngomong sama omes nih," Oliv mendengus kesal,"Lo tau nggak? Koper gue ilang. Barang barang gue ilang. Duit gue ilang. HP gue ilang. Jadi, Alva nawarin gue buat tinggal di rumahnya."

"Terus?"

"Ya gue ampir mati pas ngeliat Jonathan lah. Ya ampun, Bel. Gue bener bener nggak habis pikir, goblok banget tau nggak sih." Oliv menghela nafas panjang.

"Terus gimana, Liv?"

"Gimana apanya?"

"Ya si daddy itu hot enggak?"

"Kalau gue ngomong nggak hot, tandanya gue lesbi."

Bella tertawa."Terus dia nanya apa aja ke elo? Terus kalian gimana?"

Oliv tersenyum, mengingat kejadian yang ia lalui hari ini bersama Jonathan.

"Jadi lo mutusin buat sama Jonathan nih?" lanjut Bella membuat Oliv mengerjap,"Hah?"

"Iya. Gimanapun, gue yakin Jonathan bisa bikin elo bahagia tau!"

"Oliv meneguk ludahnya,"Gue udah pacaran sama Alva,bego."

Hening sesaat, hingga teriakan Brlla kembali terdengar.

"EH BEGO!! LO UTANG BANYAK CERITA KE GUE!!!!"

❤❤❤❤❤

"Good morning, babe." Alva tersenyum seraya mencium puncak kepala gadis cantik itu, membuatnya tersenyum lebar.

"Today will be your first college day, eh?" Alva kembali menyahut yang dibalas anggukan semangat dari Oliv. Gadis itu menyiapkan pancake tiramishu yang baru saja ia buat untuk Alva, membuat mata Alva berbinar senang," Kau tahu makanan kesukaanku?!"

Oliv mencibir, "Kau kan omnivora, pemakan segala."

Mendengarnya, Alva tertawa. Pria itu segera memakan pancake buatan Oliv yang rasanya sungguh lezat. Setidaknya, lebih lezat dari buatan Patricia, apalagi daddy nya.

"Daddy kemana?" tanya Alva membuat Oliv mengernyit bingung. Patricia bilang, Jonathan sudah berangkat ke kampus pagi pagi sekali. Padahal Oliv berniat untuk membuat pancake madu kesukaan Jonathan, well, hanya saja, setelah kejadian semalam, Oliv penasaran bagaimana sikap Jonathan kepadanya.

"Sudah berangkat." balas Oliv seraya memakan pancake nya.

"Jam pertama, mata kuliah apa?" tanya Alva membuat Oliv menelan pancakenya dan menyahut,"Hukum Perjanjian Internasional."

"Hati hati dengan Mr.Marteen!" Alva tertawa, "Apa yang ia katakan waktu itu tidak main main. Dia benar benar pelit nilai. Sama sekali tidak pandang bulu."

Oliv tertawa,"Apakah dia kaku ketika mengajar?"

"Tidak kaku. Tapi, dia sangat serius. Sarat tersenyum. Dia sebagai dosen dan dia sebagai ayah sangatlah berbeda."

"Oh ya? Apa bedanya?"

Alva bergidik ngeri,"Dia ayah yang hangat,tetapi dia dosen yang mematikan."

Oliv tertawa,"Aku tidak percaya mereka akan takut. Kau tahu? Ketika aku berjalan dengan ayahmu, ada banyak pasang mata yang menatapku dengan pandangan membunuh. Maksudku, mereka tidak akan takut, justru akan terpesona, kan?"

Alva tertawa,"Kau benar benar dipandang seperti itu?"

Olivia mengangguk.

"Ya Tuhan!! Untung saja aku terlahir sebagai laki laki. Coba bayangkan berapa banyak tatapan membunuh yang aku dapatkan hanya karena berjalan dengan ayahku jika aku seorang perempuan?"

Oliv tertawa.

"Tapi kau benar, sejahat apapun Mr.Marteen, gadis gadia penggoda tetap menggodanya. Seriously. Apakah mereka tidak bisa mencari seseorang yang seumuran? I mean, ayahku bahkan lebih cocok menjadi ayah mereka ketimbang teman kencan!"

Kali ini Oliv tidak setuju.

'Sorry, Alva. But your daddy is a way sexier than you, that's why all the girls fantasize him as hell. Me too. Eh, what?? I mean, except, me.'

❤❤❤❤❤

Tidak hanya ketika berjalan bersama Jonathan, namun, ketika ia berada di samping Alva pun, Oliv harus rela menerima tatapan menghakimi itu.

Bagaimana tidak? Terlihat betapa protektif nya sosok Alva Marteen. Pria itu menggenggam tangannya begitu erat. Pria itu juga menatap tajam semua orang yang membuat Oliv tidak nyaman, yang justru memgundang tatapan tajam dari banyak orang lainnya.

"Kau di ruang 9,kan?" tanya Alva memastikan. Mereka sudah ada di depan ruang 9, membuat Oliv tersenyum dan mengangguk.

"Kalau begitu, aku akan pergi. Sebentar lagi aku juga ada kelas," ucap Alva lagi. Pria itu mencium kening Oliv, kemudian pipi kiri dan kanan. Perlakuan yang mampu membuat gadis gadis menahan nafas ketika melihatnya. Alva tidak pernah mencium kening maupun pipi. Alva hanya mencium bibir seorang gadis dengan begitu ganas dan lapar. Namun lihat betapa manisnya pria tampan itu?

Alva menepuk kepala Oliv yang hanya sebatas lehernya, kemudian tersenyum semakin lebar ketika menyadari sosok pria berjas dan berdasi di belakang tubuh Alva. Pria itu terdiam, mematung dengan tatapan kaku.

"Your killer lecturer is already here" Alva berbisik sebelum menjauhkan kepalanya dari wajah Oliv. Membuat gadis itu membalik badan sehingga bisa melihat betapa gagahnya Jonathan dalam balutan jas. Shit.

"Hey daddy!" Alva tersenyum lebar, yang justru ditatap tajam oleh pria maskulin itu.

"I mean. Good morning Mr.Marteen." Alva tertawa kecil seraya menoleh ke arah Oliv,"Tuh, lihat, kan. Dia itu dosen yang mengerikan. Jadi, berhati hatilah dengannya cupcake." Alva menepuk pipi Oliv, membuat gadis itu menatap horor ke arah Alva. Kekasihnya memang sudah gila.

"Alva Marteen!" ucap Jonathan tegas, membuat Alva terdiam seketika.

"Pergi ke kelasmu atau kau dapat E!" Alva mendelik kaget mendengar ancaman Jonathan. Baiklah, ayahnya tidak pernah main main. Dulu, alva pernah meremehkan pelajaran ayahnya dan berakhir dengan tidak lulis di mata kuliahnya. Dan sumpah, Alva tidak mau mengulang hal yang sama.

Pria itu segera berlari, meninggalkan Oliv yang tampak tertawa kecil.

"Apakah kau akan mengikuti pelajaranku atau berdiri disitu, Miss Natasha?" ucap Jonathan tegas, membuat Oliv gelagapan dan memasuki kelas yang sudah penuh dengan mahasiswa. Seperti biasa, mereka menatap Oliv ketus dan tajam. Seolah ia adalah sampah yang harus disingkirkan.

"Oh shit, like son like father. Memangnya mereka siapa sih hingga membuat orang memandangku sehina ini!" Oliv menggerutu kesal, yang dapat di dengar oleh Jonathan. Pria itu tersenyum sangat tipis, hingga bahkan sama sekali tidak terlihat bahwa ia sedang tersenyum.

Jonathan menyadari tatapan tatapan mahasiswanya yang dapat membunuh Oliv, membuat pria itu berdehem singkat. Dan saat itu pula tatapan mereka sepenuhnya ke arah Jonathan.

Jonathan berdiri di sebelah Oliv dan berbisik,"Jika aku meletakkanmu di kursi paling belakang, jangan berpikir kau akan mengabaikan pelajaranku."

Oliv mematap Jonathan tidak mengerti. Bisikannya lebih terdengar seperti ancaman.

"Kau, rambut pirang!" Jonathan menunjuk seorang pria yang duduk paling pojok, membuat pria itu menunjuk dirinya sendiri.

"Kau pindah ke depan!" lanjut Jonathan tegas. Pria itu hampir saja protes namun terhenti oleh tatapan mematikan Jonathan.

Jonathan memberikan isyarat Oliv untuk menduduki kursi yang tadi diduduki oleh pria berambut pirang tadi. Serius, semua mata tertuju pada Oliv ketika gadis itu berjalan menuju kursi itu.

"Aku tidak punya waktu untuk acara perkenalan. Jadi, simpan wajah wajah penasaranmu dan perhatikan pelajaranku."

Dan sedetik kemudian, semua orang sudah memperhatikan Jonathan. Jonathan yang tampak serius di depan sana, membuat Oliv merasa beruntung bisa duduk di belakang. Jadi, Oliv bisa memperhatikan wajah serius Jonathan yang selalu Oliv sukai.

Pria itu benar benar profesional. Seperti kata Alva, pria itu begitu hangat jika di rumah, namun ketika di kampus, Jonatha akan berubah menjadi sosok yang tegas, dingin, dan mematikan, tanpa memandang bulu. Dan serius, Oliv begitu kagum dengan sifat Jonathan yang seperti itu. Membuatnya terlena aka. pesona Jonathan. Pria seksi itu.

"Apakah kau akan terus menatapku dan membiarkan catatanmu kosong?" Oliv tersentak ketika mendengar bisikan di telinganya.

"Ya Tuhan!" Oliv berdecak lirih, menyadari sosok Jonathan sedang membungkukkan badannya di sebelah Oliv. Tanpa seulas senyum sedikitpun.

"Teruskan saja dan kau tidak akan lulus di mata pelajaranku."

Oliv mengerjap. Tidak sakit hati, gadis itu justru tersenyun dan menepuk pipi Jonathan singkat. Membuat pria itu menatapnya sangat tajam. Oh, menggoda Jonathan begitu menyenangkan.

"Mr.Marteen, bisakah aku bertanya?" Jonathan mengangkat tubuhnya menjadi tegak dan menghampiri mahasiswanya yang mengacungkan tangan. Membuat Oliv tersenyum geli melihat kemampuan Jonathan untuk mengubah keadaannya secepat itu.

Entah mengapa, jam pelajaran Jonathan berlalu begitu cepat. Dan Oliv bahkan tidak mendapatkan apa apa selama 2 jam. Bagaimana tidak? Ia hanya melihat Jonathan berbicara dengan tatapan tegasnya. Jonathan terlihat sangat seksi dibalik jas yang ia pakai.

Dan Oliv bersumpah, ini adalah pertama kalinya ia mengabaikan pelajaran yang begitu ia sukai.

"Baiklah. Makalah harus terkumpul besok sebelum jam 12 siang. Dan aku tidak mentolerir segala bentuk keterlambatan." ucap Jonathan. Semua mahasiswa mengeluari ruangan, meninggalkan Oliv yang memang sengaja memperlambat acara beres beresnya untuk membarengi Jonathan.

"Kau sangat tidak fokus." ucap Jonathan ketika Oliv berjalan di dekatnya. Membuat Oliv mendengus oleh sikap kaku Jonathan. 'Kau yang membuatku tidak fokus, daddy.'

"Selamat siang, Mr.Marteen." Oliv tersenyum dan mengeluari ruangan. Membuat Jonathan terkekeh kecil. Oliv sangat cantik dibalik dress orange yang ia pakai. Bibir pink Oliv mengundang Jonathan untuk mencicipinya.

Pria itu berjalan di belakang Oliv. Dan ketika sudah berada di depan pintu, Jonathan berhenti sejenak untuk melihat punggung Oliv yang berjalan ke arah kiri. Berbeda dengannya yang akan berjalan ke arah kanan.

Namun pandangan Jonathan menyipit ketika tepat beberapa meter di depan Oliv, dia melihat beberapa gadis tampak membawa ember besar berwarna hitam. Oh shit. Oliv bahkan tidak menyadari itu karena sibuk dengan ponselnya.

BRUK.

Oliv tiba tiba terjatuh ketika bola basket yang entah darimana asalnya mengenai kepala Oliv, membuat gadis itu merasakan kepalanya yang berputar putar.

Jonathan membulatkan matanya melihat Oliv yang terjatuh dengan memegang kepalanya, matanya semakin membulat ketika gadis gadis itu berlari ke arah Oliv. Ya. Mereka jelas jelas menjadikan Oliv sebagai sasara nya.

Dengan cekatan, Jonathan berlari menuju gadis bergaun orange yang sedang terduduk memegangi kepalanya. Dalam sekian detik, Jonathan dapat mengubah posisinua untuk berada di depan Oliv. Membuat Oliv tersentak menyadari Jonathan yang berdiri di depannya.

"What is ....."

BYUR!!

Oliv mendelik kaget ketika suara guyuran air terdengar begitu dekat, membuat pria tampan di hadapannya menutup matanya sejenak. Demi Tuhan. Jonathan baru saja berdiri di depan Oliv dan membiarkan punggungnya terguyur air!!

"Shit!" Jonathan membuka matanya yang seolah terbakar oleh api amarah. Oliv masih terdiam di tempatnya dengan mulut terbuka. Dia bingung dengan apa yang terjadi, namun tidak bisa berpikir apapun karena kepalanya yang teramat pusing. Jonathan menyejajarkan tubuhnya dengan tubuh Oliv dan menyentuh pipi gadis itu,"Kau tidak apa apa?"

Oliv masih terdiam. Tidak bisa menjawab apapun karena kepalanya yang semakin pusing. Jonathan geram, pria itu berdiri dan berbalik arah, menatap tajam gadis gadis yang mengguyurnya dengan tatapan paling mematikan yang pernah ia tunjukkan. Tatapan yang dengan telak membuat gadis gadis itu bergidik ngeri. Benar benar tidak menyangka bahwa sasarannga justru terkena Mr.Marteen, dosen paling killer sekaligus paling hot di kampus mereka.

Dan ketika hendak memarahi gadis gadis itu, Jonathan mendengar teriakan Oliv yang membuatnya tersentak. Jonathan berbalik, matanya membulat ketika melihat beberapa mahasiswa sudah siap melempari Oliv dengan telur telur yang mereka bawa. Jonathan ingin membentak, namun terlambat. Telur telur itu sudah melayang ke arah Oliv dan ....

"FUCK!!"

Jonathan mengerjapkan matanya ketika melihat sosok Alva yang memeluk tubuh Oliv, sehingga telur telur itu justru mengenai suit hitam Alva. Alva mencium kening Oliv sekilas, kemudian berdiri untuk melepas suit nya. Pria itu menatap tajam pria pria yang sengaja melempar telur itu, seraya melempar suit hitamnya dengan kasar ke arah mereka.

"Cari masalah, hah?!" bentak Alva membuat mereka ketakutan, terlebih ketika Jonathan ikut menatap mereka dengan tajam.

"Maafkan aku. Aku hanya mengikuti perintah. Aku hanya"

Alva menarik kerah salah satu dari mereka hingga membuatnya tampak tercekik.

"Aku hanya di suruh Chloe Rosabell!!"

Melihat suasana yang kian memanas, Jonathan menyahut,"Alva Marteen!"

Alva tidak peduli. Pria itu benar benar marah besar. "Dad, bawa Oliv pulang. Aku yang akan menyelesaikan semua ini" ucap Alva. Dan Jonathan menyadari betapa marahnya Alva dari nada bicaranya yang tegas dan tidak main main. Jonathan melepaskan jasnya yang basah, menyisakan kemeja putih lengan panjang yang memperlihatkan otot kekarnya. Dan tanpa diduga, pria itu berjongkok untuk mengangkat tubuh mungil Oliv di dekapannya. Meninggalkan teriakan tertahan, pandangan kesal, tatapan tajam dari para gadis gadis yang iri dengan Olivia.

Bagaimana tidak? Dosen dan mahasiswa paling hot di New York University, ayah dan anak, Jonathan Marteen dan Alva Marteen. Keduanya begitu melindungi sosok gadis beasiswa dari Indonesia, hingga rela membuat dirinya basah dan bau amis. Alva yang akan membuat perhitungan mereka yang mencelakai oliv. Dan Jonathan, dosen paling killer itu justru menggendong tubuh Oliv ala bridal style.

Jika memiliki puluhan pria sebagai malaikat pelindungmu adalah hal biasa, Olivia justru memiliki dua malaikat pelindung yang tidak biasa.

Katakan, gadis mana yang tidak ingin menjadi Olivia??

Chapitre suivant