2
2.
Berkat latihan selama bertahun-tahun tak ada sama sekali bunyi yang ditimbulkan oleh pria yang kini menduduki bangku kelas tiga sekolah menengah atas itu ketika terbangun dari bak mandinya yang tentunya dalam keadaan basah kuyup. Lidah panjang dan tebalnya menjilati bibir tipisnya manakala melihat bokong montok sang adik yang tercetak pada seragam sekolahnya,dalam hati berjanji akan membuat benda bulat tersebut semakin montok hari demi hari. Hanya dengan sekali tarikan ia berhasil membuat adik manisnya berada dalam pelukannya ikut menjadikannya sama seperti keadaannya sekarang ini.Memeluk erat tubuh mungil tersebut sembari slintat-slintut mengambil peluang menjamah beberapa bagian sensitif yang lebih muda.
Tak sesekon pun netranya melepas pandang dari bibir polos nan menggoda sang adik.Apa yang sedari tadi dicerocoskan oleh Jimin mengenai seragamnya hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri saja.Namun, pernyataan berikut yang keluar dari lambe yang lebih muda membuat ia melepas pelukan sepihaknya dan membalikkan tubuh mungil tersebut secara kasar menghadap ke arahnya.
"Coba ulangi apa tadi yang kau bilang?" Suaranya terdengar begitu berat,suara seorang pria yang telah pecah dan memasuki masa akhir pubertas. Sosok mini dihadapannya itu kini menundukkan kepalanya tak berani untuk menatap pada dia.
"Tentu kau bukan seorang tuna rungu bukan, bungsu Jeon?"
Dengan satu tangan ia mengangkat wajah bulat yang masih tertunduk itu untuk bertatapan langsung dengannya.Tatapan tajam menusuknya begitu kontradiktif dengan wajah minta dikasihani sang adik.
"Ka-kalau sa-saja
"Dilarang gagap." Ah..rasanya begitu menyenangkan melihat wajah ketakutan sang adik.Membuat vitalitasnya mendesak untuk segera dicarikan pelampiasan.
"Ka-kalau saja seandainya Chim tahu kalau kakak ada dibawah sana sudah Chim tuangkan sabun cair sebanyak-banyak."
Suara cempreng khas bocah itu mengecil pada akhir kalimat. Kemudian kembali bersurai kembar dengannya itu menunduk dan kali ini lebih dalam dari yang sebelumnya.
"Siapa yang menyuruhmu kembali menunduk?.Tidak capek apa kepalamu menunduk terus?"
Seorang Jeon Jungkook yang tak akan pernah bisa dipisahkan dengan sarkasme.Tak peduli siapa korban yang akan tersakiti oleh mulut beracun yang,tapi hanya satu korban sarkasme favoritnya yaitu si bungsu Jeon.
"Ada apa?", tanyanya saat didapatinya mata Jiminnya mengarah pada satu titik.Ia tahu persis mata berkelopak kecil itu mengarah pada kemana tapi dirinya ingin mendengar langsung dari bibir montok yang begitu didambakannya tersebut.
"Tadi pagi waktu bangun penpen punya Chim juga berdiri seperti ini."
Telunjuk kanan kecil dan gemuk menggemaskan itu menunjuk tepat pada zakarnya yang masih tegang dibalik celana dalamnya yang basah. Bahkan benda pusaka milik pria itu diberikan panggilan imut olehnya.
"Apa kau mau tahu penyebab penpen bisa berdiri seperti ini?"
"Iya kak!.Chim mau tahu kenapa bisa berdiri . Apa penpen kalau malam juga ikut tidur bersama Chim terus pas bangun ikut terbangun juga,ya kak?"
Jungkook terkekeh demi mendengar keluguan sang adik.Kalau seperti ini bakalan sangat mulus jalannya untuk memperbodohi ABG yang enam tahun lebih muda darinya itu.
"Itu namanya ereksi."
"Ereksi itu apa kak?"
Beruntung Jungkook cerdas jadi ia bisa memberikan jawaban yang sekiranya mampu dipahami oleh otak anak SD kelas enam.
"Tapi kenapa penpen kak Jungkook masih berdiri?tidak capek apa berdiri terus?"
Apa barusan adik kesayangannya membalas sarkasmenya yang sebelumnya?hukuman apa kiranya yang cocok bagi si montok yang bersemuka dengannya?
***
Jimin masih sewot dengan kakak tampan menyebalkannya mata kecilnya berusaha keras memberikan tatapan tajam pada kakak tunggalnya yang malah asyik-asyik saja menikmati sarapan yang dibuatkan oleh sang Ratu kesayangan keluarga Jeon dan dibantu sedikit olehnya tadi.
"Chim makannya yang benar sayang.Lihat itu mejamu sudah berceceran dengan makananmu yang berjatuhan" Sang ayah menegur sebelum meneguk kopi hitam pagi racikan sang permaisuri.Piring pria berkumis tebal itu telah bersih dan licin,tanda beliau puas dengan sarapannya.
"Habis Chim kesal dengan kakak Yah"
"Memang apalagi yang kau lakukan pada adikmu Kookie?"
Meja makan yang kini berisikan dua pria dewasa tampan, satu wanita dewasa cantik dan satu ABG laki-laki manis itu tak pernah absen dari keramaian.Selalu saja ada yang diperdebatkan oleh si sulung dan si bungsu Jeon.Seakan air liur mereka tak mengering-ngering jua kendati berpuluh-puluh menit mereka beradu kilah.
"Aku tidak melakukan apapun padanya Bu,Yah."
Tidak melakukan apapun katanya?!jadi yang dikamar mandi tadi itu apa?
"Bohong!Ih..kak Jungkook jujur saja kepada ayah dan ibu apa yang kalian lakukan pada Chim tadi di kamar mandi?"
"Apa yang kulakukan padamu memangnya dikamar mandi tadi?"
Tatapan dan suara sang kakak yang sarat akan tantangan padanya membuat ia menjadi enggan untuk melanjutkan kembali pengaduannya.
"Chim?kakakmu melakukan apa padamu memangnya?"
Nada tegas dari sang Raja Jeon masih belum mampu untuk membangkitkan kembali keberaniannya. Antara ayah dan ibunya atau Jungkook Jimin memang lebih dominan merasa takut pada sang pembayun.
"Bicara saja sayang.Jangan takut ada ayah dan ibu disini yang akan membelamu."
Entah penawar apa yang dimiliki oleh seseorang ibu sampai bisa membuat anaknya kembali merasa tenang.Sementara kalimat yang diucapkannya hanyalah sepenggal kalimah nan sederhana saja.
"I-itu tadi dikamar mandi kak Jungkook membuat seragam Chim basah.Jadi Chim harus menyalin ulang."
Sontak saja terdengar suara gelak diruang makan keluarga Jeon tambah pula suara meja digebrak-gebrak saking besarnya membuat kucing peliharaan keluarga yang juga sedang menikmati sarapannya menjadi terkejut dan buru-buru bersembunyi dibawah meja dapur.Sampai-sampai kucing domestik hitam itu rela masuk kedalam panci demi bisa mendapatkan rasa aman.
"Dasar bocah"
"Chin bukan bocah!.Kak Jungkook yang bocah bukan Chim!"
"Kalau kau memang bocah kenapa kau lahir lebih belakangan dariku,bocah?"
"Berhenti ejek Chim!"
"Sudah-sudah tidak usah menangis."
"Siapa yang menangis?!"
Kalau Jimin mencakar muka kakaknya itu pasti bakalan dianggap adik durhaka,tapi,kakak bongsornya itu memang bikin gemas.Gemas untuk ditendang penpennya maksud.Terlebih ketika ia menyebutkan kata bocah ughh kadar menyebalkan sulung Jeon itu bertambah berkali-kali lipat.Mujur dia adalah teladan Jimin.Eh atau apa Jimin harus ganti panutan saja?kak Taehyung, misalnya?.
"Jungkook, berhenti menjahili adikmu dan segeralah kalian berangkat.Lihatlah waktu."
Untung ada orang tua mereka.Beruntung kali ini kau selamat kak Jungkook.
"Kak Jungkook tunggu!!!"
Jimin heran kenapa kakaknya itu suka sekali menindasnya sedangkan menurut cerita orang tuanya waktu dia sejak masih dalam kandungan hingga usia setahun Jungkooklah yang sering mengajaknya mengobrol,beraktivitas dan macam lainnya. Bahkan namanya pun kakaknya itu yang memberikan.
Apa semua itu hanyalah pencitraan dari anak laki-laki usia enam tahun?.
"Makanya punya kaki jangan pendek."
"Sombong sekali mentang-mentang kakinya panjang.Lihat saja kalau sudah besar Chim pasti bakalan lebih tinggi daripada kakak bahkan ayah sekalipun."
"Tidak mungkin.Kau selamanya akan kate".
"Chik tidak sekecil itu!!"
"Sudah-sudah tidak usah berisik.Masih pagi juga.Mana sini tanganmu."
Setiap pergi dan pulang sekolah mereka akan menaiki bus bersama-sama.Walau Jungkook harus naik bus dua kali karena terlebih dahulu mengantarkan Jimin tak sekalipun ia mengeluh.
Ternyata ada juga kebaikan kakaknya itu
"Kak Jungkook kenapa benci sama Chim?"
"Siapa bilang aku membencimu?"
"Kalau begitu kakak sayang sama Chim?"
"Siapa juga yang bilang aku sayang padamu?"
Jadi sebenarnya mau kak Jungkook apa?!.
TBC
Mau yang mantap-mantap?🌚. Saksikan saja next part.Tapi gak tau next part yang mana 😂.