webnovel

Bab 6

Rana tengah menikmati acara sarapan bersama kedua orangtuanya saat notif pesan dari Gathan mengusik dan membuatnya jengkel. Perempuan itu melirik sekilas layar ponselnya, tak berniat untuk membuka pesan dari Gathan.

Saras yang melihatnya menegur Rana. "Kok nggak di lihat? Siapa tahu penting, Ran."

"Males, Bu, dari orang nggak penting. Pesannya juga nggak penting," sahut Rana tak acuh. Sibuk menyuap nasi goreng ke mulutnya.

"'Kan belum kamu lihat, kok tahu kalau itu nggak penting," goda Rajasa pada putrinya.

Rana diam saja, kemudian membuka pesan dari Gathan.

( Gathan ) Pagi cantik!

P

P

P

P

( Rana ) Apa!

( Gathan ) Weits, udah sarapan ya?

Kok ngegas sih? Wk wk wk

( Rana ) Udah deh, mau lo apa?

( Gathan ) Nggak ada yang ngajakin berangkat sekolah bareng, 'kan?

Sama gue aja ya?

( Rana ) Nggak usah!

Gue masih punya kaki buat jalan ke halte bis.

Masih punya uang buat bayar ongkos bis.

( Gathan ) Oh, ya udah.

Kalau gitu gue nganterin bis yang ngantar lo sekolah deh.

[ Rana melongo menatap pesan dari Gathan barusan. ]

"Dasar Gila!" omel Rana jengkel.

"Hah? Siapa yang gila?" tanya Saras heran.

"Temen sekolah, Bu," sahut Rana.

"Temen apa demen?" Rajasa kembali menggoda putrinya.

"Apaan sih, Yah? Udah ah, Rana mau berangkat sekolah dulu." Rana pamit pergi daripada semakin diledekin oleh Ayahnya.

*****

Rana berjalan menelusuri lorong yang sepi. Sejak kelas satu dulu, ia memang sering datang pagi-pagi sekali. Saat sekolah masih sepi dan hanya terlihat segelintir orang termasuk Mang Daud penjaga kebun sekolah.

Detik itu Rana memikirkan tentang seseorang yang mengganggunya semalam. Pria yang malam itu ia tolong. Dia tak menyangka pulang terlambat dari toko kue keluarganya akan membawanya bertemu dengan Gathan. Dia justru menolong pria itu yang kesusahan karena diganggu preman. Entah harus mengucap syukur atau tidak, setelah pertemuan mereka malam itu, sepertinya hidupnya mulai tidak tenang.

Bukan dalam artian buruk sebenarnya. Rana merasa aneh dengan perasaannya, degup jantungnya yang semakin menggila, tingkahlakunya yang terkadang aneh. Pria itu berhasil mempengaruhi Rana. Walaupun Rana kesal dengan sikap seenaknya Gathan.

Rana terus memikirkan Gathan bahkan saat gadis itu sudah ada di dalam kelas. Saat perlahan kelas di isi oleh teman-temannya. Juga saat seorang gadis menepuk pundaknya pelan.

"Kenapa lo pagi-pagi udah bengong? Kesambet ntar lo," tegur Kristi saat gadis itu baru aja datang dan langsung duduk di samping Rana.

"Lo tahu yang namanya Gathan nggak?" tanya Rana pelan.

"Gathan? Anak IPS 1, 'kan? Cowok tajir penerus Brawijaya," sahut Kristi.

"Dia semalam ngajak gue ngdate," bisik Rana lirih, tidak ingin teman-temannya yang lain tahu.

"Apa! Dia ngajak lo ngedate!" Kristi justru berteriak heboh.

"Sstt." Rana buru-buru membungkam mulut Kristi. "Jangan kenceng-kenceng. Lo tahu 'kan kalau Gathan itu populer. Gosip dikit tentang dia aja bisa nyebar satu sekolah dalam waktu 5 menit. Lo jangan ember ya," omelnya pada Kristi.

"ops, sorry." Kristi hanya meringis. "Jadi gimana? Kapan kalian ngedate?" tanyanya antusias. Pasalnya setelah putus dari Bian waktu kelas 1 dulu, Rana tak pernah cerita tentang pria lain lagi. Sebagai sahabatnya Kristi tentu antusias mendengar cerita Rana tentang teman dekat gadis itu.

"Nggak gue iyain kok. Gue malah ngatain dia gila," celoteh Rana tersenyum meringis.

"Hah!" Kristi berteriak kaget. "Lo..." Cepat-cepat ia menurunkan volume suaranya saatteman-teman yang lain menatap bangku mereka. "Lo kok malah ngatain dia gila sih?"

"Yaa, lo tahu 'kan kalau dia itu populer. Nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba dia ngajakin gue ngedate. Ngobrol aja nggak pernah, cuma pas waktu malam itu aja. Gimana bisa gue percaya kalau dia suka sama gue. Gue takut kalau dia..."

"Jadiin lo taruhan," tebak Kristi. Rana mengangguk. "Aduh, Ran, sekarang itu udah nggak jaman taruhan cewek. Nggak ada faedahnya. Lagian kalau difikir-fikir, gue nggak pernah dengar tuh gosip Gathan suka gonta-ganti pacar. Emang sih banyak gosip ia dekat dengan A,B, C,D sampai Z, tapi Gathan nggak pernah membenarkan hal itu. Dia nggak pernah gandeng cewek di sekolah."

"Ya kalau gandengnya di luar gimana? Atau pacarnya diluaran sana banyak. Kita 'kan nggak tahu," oceh Rana sewot.

"Eh, iya juga sih." Kristi mengangguk-angguk. "Terus gimana?"

"Entahlah, gue coba cuekin aja. Lama-lama juga nyerah."

"Terserah lo sih." Kristi manggut-manggut. "Eh, tapi seriusan lo nggak mau pertimbangin lagi. Gathan itu cakep banget tau, Ran. Tajir juga. Cowok idaman banget lah. Lo nggak ada niat buat jadiin dia pacar..."

"Enggak," jawab Rana cepat.

"Heleh, palingan beberapa hari lagi lo klepek-klepek sama dia," cibir Kristi.

Rana hanya diam. Dalam hati membenarkan ucapan Kristi barusan. Karena jatuh dengan Gathan itu memang mudah. Makanya Rana sekuat tenaga menahan perasaannya supaya tidak jatuh, ia tahu kalau level mereka berbeda.

"Eh, lo jadi ikut ekskul apa?" tanya Kristi mengalihkan topik.

"Hehm? Fotografi."

"Gue juga mau ikut karate deh, biar ada nilai tambah dari bidang non akademik."

Mereka terus mengobrol sampai guru hari ini masuk ke kelas.

*****

"Ran, kantin yuk!" ajak Kristi teman sebangku Rana.

"Yuk! Gue udah laper banget."

Sampai di kantin mereka memilih meja yang dekat dengan pintu masuk. Bergantian memesan makanan dan mengobrol sembari menunggu.

Rana mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Matanya melotot saat melihat sosok yang semalam mengganggunya, juga tadi pagi. Saat ia masih serius menatap wajah itu, tiba-tiba saja wajah itu menoleh dan mata mereka saling bertatapan. Rana yang kaget langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, tiba-tiba saja dia jadi salah tingkah.

Brak!

Saking paniknya Rana sampai menumphkan botol kecap atas meja. Alhasil, dia jadi pusat perhatian anak-aak satu kantin. Termasuk Gathan yang tersenyum geli melihat tingkah menggemaskan Rana.

Rana diam ditempatnya, malu karena jadi pusat perhatian. Gadis itu tersenyum miris sembari membanarkan anak-anak rambutnya yang menjuntai, menyelipkan ke belakang telinga.

Gathan menghampiri meja Rana dan teman-teman sekelasnya, pria itu kemudian membisikan sesuatu di telinga Rana. "Kalau salting kamu lo lucu banget sih, pipi lo jadi merah gitu. Jangan sering-sering ya, cukup di depan gue aja. Ntar yang lain naksir lo lagi." Setelah mengatakan itu Gathan kembali ke mejanya bersama Binar.

Pipi Rana semakin merah tentunya. Gadis itu menggigit bibir bawahnya saking malunya, bergegas pergi dari kantin sebelum jadi bahan ejekan anak-anak IPA.

"Lo ngomong apaan ke Rana? Pipinya jadi makin merah gitu," tanya Binar ingin tahu.

"Gue cuma bilang jangan cantik-cantik, ntar saingan gue makin banyak," sahut Gathan asal.

Binar kontan tertawa sedangkan Gathan tersenyum konyol.

Chapitre suivant