"Ini rumahnya, Zivi?" tanya daddy Jino sambil bersiap untuk turun.
"Iya Dad, aku masih ingat," kata Zio.
"Ternyata kamu sering main ke sini kan dulu," ejek kak Zia dengan senyumannya.
Sebenarnya kak Zia hanya mengejek manja saja. Pada dasarnya kak Zia sebenarnya sangat sayang kepada adik bungsunya.
"Iya dulu sewaktu masih SMA Kak," jawab Zio.
"Ya sudah, ayo sekarang kita bersiap turun, persiapkan mental kamu Zio, dari mulai kita melangkah turun dari mobil, kamu adalah Zivi." Mommy Kisya mengingatkan sama orang agar tidak salah menyebut nama.
"Baiklah Mom, kami tidak akan lupa," tukas kak Zia.
"Oke, Sayang," seru sang ibu dengan senyumannya.
"Akhirnya aku sampai di rumah Alea entah kenapa, bukannya aku bahagia, tapi malah dilanda kegelisahan seperti ini," lirih Zio di dasar hatinya.
Pria itu benar-benar merasakan sebuah kegugupan, sudah menyelimuti jiwanya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com