webnovel

Cinta Dari Awal

~Kembali ke masa Sekarang~

"Jika kau ingin tahu kebenaran ikutlah denganku."

Kata-kata Putri Ane terus terngiang di kelapaku. Iangin aku bertaka tidak, naum kenyataan Ia menggiringku ke sebuah tempat di istana melalui sungai besar.

"Mengapa kita harus lewat belakang Tuan Putri?",tanyaku padanya.

"Pastor, ini adalah jalan rahasia yang tidak akan pernah diketahui orang lain selain kami." Kata Jenderal Huo.

"Kita akan ke istana permaisuri secara diam-diam dengan jalur ini. Kita akan masuk ke istananya secara diam-diam"

Aku menghela nafas panjang. Tuhan apakah ini akhir dari hidupku hari ini?

Aku menengadah ke langit gelap di atasku. Terlihat begitu pekat. Hanya ada bulan, namun tak satu pun bintang muncul.

Melihat ke arah sungai, alirannya begitu deras.

"Jangan mencoba melompat Pastor. Kau tahu banyak ular dan binatang buas lain di dalam air. Apalagi saat malam hari kita tidak akan bisa melihat apa pun"

"Aku mengerti."

Beberapa menit berlalu, kami sampai di sebuah tepi dinding istana terlarang.

"Ayo, kita lewat sini."

Putri Ane memimpin kami. Kami tiba di sebuah halaman belakang istana permaisuri. Ada sebuah kolam besar di tangahnya. Terlihat begitu indah dan tertata rapi. Aku yang seorang Pastor, tentulah tidak diizinkan masuk ke kawasan ini. Hanya Kaisar, putrid an beberpa orang penting yang bisa masuk di sini.

"Bersembunyilah di sini. Jangan keluar. Apapun yang Anda lihat, diamlah. Sebab jika kita ketahuan. Kita akan langsung dieksekusi."

Apakah permaisuri gadungan ini sehebat itu?

Setelah merasa aman, Putri Ane meninggalkanku. Ia menutupi wajahnya dengan kain. Ia seperti seorang dayang-dayang khusus saat ini.

Aku melihatnya berjalan masuk ke istana. Ia berikutnya keluar dengan beberapa orang lain. Ia membawa air dan menuangkannya ke kolam. Apakah itu susu? Atau sesuatu. Aromanya sangat harum.

Tak berapa lama, seorang kasim mengumumkan kehadiran Permaisuri. Ia terlihat dengan gaun elegant berwarna merah muda. Wajah yang cantik nyaris tak berela.

"Cukup" kata permaisuri itu. "Kalian boleh pergi"

Setelah membungkuk memberi hormat. Semua dayang-dayang pergi. Permaisuri perlahan-lahan mendekat ke kolam.

Ia melepas pakaian bagian luar dan masuk ke dalam. Air kolam yang sudah berwarna seperti susu.

"Njoo, di mana kau?" seru seorang laki-laki.

Ia adalah Putra Mahkota, mendengar suara itu, permaisuri yang mencelupkan seluruh tubuhnya ke kolam muncul ke permukaan. Ia menampakkan wajahnya setinggi leher.

"Kau sudah kembali?" kata wanita itu.

"Benar." Katanya. Putra Mahkota mendekati kolam. Sang Permaisuri pun berenang mendekat.

Setelah cukup dekat, ia berhenti dan menarik Putra Mahkota dan mencium bibirnya.

"Bisakah kau mengganti wajahmu? AKu tak suka kau memakai wajah Ibuku." Katanya.

Mendengar ucapan itu, Permaisuri tersenyum. Ia menarik tubuh pangeran ke kolam. Masuk ke air dan muncul dengan wajah yang sama sekali berbeda.

"Nah ini lebih baik. Aku tak mungkin mencium ibuku sendiri"

Puas bermesraan, mereka membicarakan hal yang cukup serius. Wanita itu bertanya bagaimana keadaan Putri Ane.

"Aku telah menyuruh orang untuk membunuhnya, tapi ketiganya tak kembali."

Putra mahkota memeluk wanita itu dan berbicara seperti sepasang kekasih. "Aku akan memastikan kakakku mati. Dengan begitu, akan lebih mudah mendapatkan tahta ini dari ayah."

"Hmmm, baiklah. Tapi sebelum itu, Huo adalah seorang yang patut kita singkirkan." Jelas si wanita lagi.

"Kau benar, ia cukup dominan mendukung Kakak ku. Dengan ia berada di sini kakak, aku pun tak mungkin bisa menandinginya. Bahkan ayah juga. Asal Kau tau, Njoo sayang. Semua orang yang ada di sisinya pergi. Tapi Jenderal ini masih bersamanya. Dan ia menolak untuk pergi. Ia memiliki hak khususdari ibu sejak ia masuk istana."

"Kalau begitu, biar aku yang mencabut haknya besuk."

"Kau memang cerdas."

Benar-benar pemandangan yang tak patut dilihat. Selesai bercakap-cakap aku tak mau lagi melihat apa yang mereka lakukan. Aku menutup mata. Sampai aku dengan seseorang keluar dari kolam.

"Dayang-dayang" teriak Putra Mahkota. "Siapkan makanan untuk Permaisuri, aku tak ingin ia kedingainan." Teriak pria itu.

Tak lama munculah beberapa dayang-dayang. Mereka membantu wanita yang wajahnya telah kembali menjadi permaisuri untuk keluar dari kolam. Memakaikan pakaian menyisir rambut dan membuatnya siap.

"Ibu, sampai bertemu di meja makan" kata Putra Mahkota pergi.

"Yang Mulia, apakah anda ingin berganti pakaian? Aku akan menyiapkan pakain untuk anda. Pakaian Anda basah"

Mendengar pertanyaan itu. Putra mahkota menghentikan langkahnya.

"Jangan ikut campur urusanku. Jika kau masih ingin hidup. Tutup mulutmu dan pergilah."

Keadaan menjadi hening. Para dayang terlihat semakin takut. Ia hanya melakukan tugasnya tanpa bergeming sedikit pun. Selesai mendandani permaisuri, salah seorang diantaranya mengambilkan cermin. Permaisuri bangkit dan menatap wajahnya di cermin.

"Bagus, ayo kita pergi."

Ini adalah malam yang penuh kejutan. Jantungku benar-benar serasa ingin berhenti berdetak gara-gara melihat semua kelakuan orang di sekitarku.

"Kau baik-baik saja? Kau terlihat sangat pucat Pastor?"

Aku menoleh. Huo menarik tanganku dan membantuku keluar dari semak-semak. Tak lama, aku melihat Ane datang. Ia melepas kain di wajahnya.

"Ayo kita kembali."

Kata-kata itu membuat hatiku melonjak bahagia. Meskipun kakiku terasa lemas, semangatku untuk pergi dari sini cukup membuatku nampak sehat-sehat saja.

"Ane, sudah berapa lama hal ini terjadi?" tanyaku padanya selama perjalanan kembali di perahu.

"Aku juga tak tahu. Tapi yang pasti, Putra Mahkota jatuh cinta pada Selir Njoo. Dan ia berencana untuk menjadi kaisar saat ini."

"Bukankah, tanpa menyingkirkanmu, ia tetap akan menjadi Kaisar?"

"Tidak, jika semua orang tahu bahawa pria itu tak benar-benar cerdas. Yang ada di benaknya saat ini, hanya menjadi penguasa dan mendapatkan seluruh harta kekayaan istana. Sedangkan Wanita buruk rupa itu, benar-benar ingin menjadi Permaisuri Abadi. Itulah sebabnya, ia membuat Putra Mahkota jatuh cinta kepadanya."

"Ane, aku tahu sekarang. Jadi adikmu itu berada di bawah pengaruh sihir? Kita akan temukan cara untuk mengembalikannya."

Ane tertawa. "Awalnya aku juga berfikir demikian. Namun, kenyataan mengatakan bahwa ia memang jatuh cinta pada wanita jadi-jadian itu. Bahkan jauh sebelum wanita itu masuk ke istana."

Chapitre suivant