webnovel

Monster

Monster

- Lady Gaga -

.

Lihat dia... lihat aku...

Pria itu buruk dan jujur saja...

Dia itu serigala yang sedang menyamar

Tapi aku tidak bisa berhenti menatap mata iblisnya

=============

Mae terbangun pagi menjelang siang. Rasanya ia ingin mengutuk pria semalam yang sudah menggaulinya habis-habisan selama lebih dari 5 jam.

Kini, tubuh kecil moleknya seakan remuk, susah digerakkan meski hanya untuk sekedar turun dari ranjang.

Ketika ia sibuk mengutuk serta mengumpat kebiadaban Vince di ranjang, matanya terpusat pada sebuah kertas di atas meja nakas di sisi tempat tidur.

Tangan lemah itupun meraih kertas tersebut dan mata indahnya segera membola. Ada nominal fantastis tertulis di kertas berharga tersebut. Nominal yang takkan terbayangkan bagi gadis seperti Mae.

Segera ia terlupa makian terakhir apa yang ia lantunkan untuk Vince karena kini dia sudah asyik mengecupi cek tersebut dengan raut berbinar.

"Aku bisa beli mobil keluaran terbaru. Oh, tidak! Mungkin aku bisa beli apartemen yang lebih besar dari ini. Ah, jangan! Lebih baik aku beli yacht saja! Ouuwhh... Vince sangat hebat!"

Dia benar-benar lupa semua makian dan kutukan dia untuk Vince beberapa belas menit lalu.

-0-0-0-0-

Di tempat lain, Vince sudah duduk menyesap kopinya di sebuah restoran bergengsi bersama Kevin, partner in crime dia.

"Bagaimana mangsamu semalam? Kulihat kau baru pulang sekitar pagi. Sepertinya kau menyukai permainan dia?" Kevin sudah hafal dengan kebiasaan sahabatnya.

Vince Hong hanya akan pulang pagi jika partner bercintanya dianggap menarik atau luar biasa.

Bila partner Vince biasa-biasa saja, Tuan Muda Hong cukup memberi satu atau dua jam kenikmatan dan akan lekas pergi sesudahnya.

"Aku bahkan memberikan cek untuknya." Vince masih menyesap kopi yang tinggal separuh.

Kevin naikkan alis tak percaya. "Wow! Rupanya kau mendapatkan mangsa spesial malam tadi. Haha! Bagaimana permainan dia?"

Keburukan lelaki... suka menceritakan pengalaman seks mereka. Semakin temannya terperangah mendengar ceritanya, semakin bersemangat dia.

Brengsek? Ya, semua lelaki memang brengsek. Tak perlu kaget, apalagi heran.

"Dia kucing kecil yang menyenangkan. Tubuhnya juga sesuai dengan tipeku. Meski tidak begitu profesional, tapi dia sangat berusaha untuk menyenangkan aku." Vince hanya berikan sekelumit garis besarnya saja.

Kevin terkekeh. "Baguslah kalau kau mendapatkan sesuai tipe yang kau suka."

"Hei, bagaimana denganmu? Sepertinya kau sudah keluar duluan dari pesta sebelum aku. Kau dengan si kuncir kuda bergaun hijau itu, kan?" Gantian Vince yang menanya pada sang sahabat.

"Ah, sialan kau. Ternyata kau ini memata-matai aku, heh?" Kevin menusukkan garpunya pada potongan waffle yang ia pesan. Lalu waffle itu lekas masuk ke mulutnya.

Vince tertawa remeh. "Enak saja kau bilang aku memata-mataimu. Itu karena kau terlalu mencolok dengan si hijau."

Tangan Vince ikut menusukkan garpunya pada waffle milik Kevin. Mereka biasa menikmati sarapan pagi di restoran itu.

"Dia memang cantik."

"Tapi kau tidak pulang pagi, ya kan?"

Kevin tergelak. Sepertinya susah menyembunyikan sesuatu berbau seksual dari sang sahabat.

"Dia menyenangkan. Tapi... Terlalu noisy." Kevin mengambil lagi potongan waffle baru.

Vince Hong ikut tergelak. "Lain kali bekap saja mulut dia pakai celana dalam."

"Hahah, tidak ada lain kali, bro! Cukup semalam saja." Tangan Kevin beralih mengambil kopinya dan menyesap hingga habis.

Tiba-tiba, mata Vince terkunci pada sebuah sosok. Kevin lekas mengikuti arah pandangan sahabatnya.

Mata tajam sahabatnya ternyata tertuju pada seorang wanita muda yang berpenampilan menarik dan berbaju merah. Tampak segar dan menggiurkan. Seperti buah ceri matang yang menggoda untuk lekas digigit dan disesap manisnya.

"Vin?"

Tak ada jawaban.

Kevin terkekeh. "Vin? Bumi memanggil Vincent Hong."

Vince pun tersadar dan menoleh ke sahabatnya. "Ada apa, Kev?"

"Aku yakin dia termasuk tipemu, ya kan?" tebak Kevin.

Vince terbahak kecil dan ambil kopinya untuk dia teguk habis. "You know me well, Kev!"

Selanjutnya, Vince pun beranjak dari tempat duduknya disertai kekehan Kevin yang hanya bisa geleng-geleng kepala.

Semaniak-maniaknya Kevin berburu mangsa, ternyata Vince masih mengungguli dia. Belum ada setengah hari sejak sang sahabat pulang dari menggumuli wanita sampai pagi, sekarang dia sudah akan berburu lagi.

Benar-benar pria yang menakutkan.

Dia monster. Vince Hong.

Mata Kevin sudah memandangi Vince yang telah menghampiri wanita bermantel merah ceri dan berambut warna Mahogany itu yang ada di sudut restoran.

Si merah ceri sendirian dan tampak penuh percaya diri membaca majalah yang sepertinya baru ia beli.

"Belle, kapan kau kembali ke London? Kenapa tidak menghubungi aku?" Vince langsung saja berkata demikian pada si merah ceri.

Wanita itu langsung mendongak dan mendapati sosok tampan penuh simpatik Tuan Muda Hong berdiri di sebelah kursinya. Namun, detik berikutnya, Vince sudah henyakkan pantat di kursi depan si merah. "Excuse me? Belle?" Ia membuka kacamata hitam yang dia pakai.

Vince langsung berlagak terperanjat setelah wanita itu melepas kacamatanya. "Astaga. Kupikir kau Belle, wanita yang aku suka dari jaman high school. Maaf, itu karena kalian begitu mirip. Sama-sama mempesona sampai membuat aku linglung tadi, haha!"

Si merah ceri ikut tersenyum. "Oke, tak apa. Itu hal biasa jika salah mengenali seseorang." Aksen Inggris wanita itu begitu kental dan itu seksi bagi Vince.

"Oh ya, benar. Kau memang bukan Belle. Kau punya aksen Inggris yang sangat seksi, sedangkan Belle orang Amerika, tentu tak punya." Vince angkat bahunya seolah dia akhirnya menemukan perbedaan keduanya.

Wanita yang tadinya tak ingin perduli itu, kini menatap Vince lebih fokus. "Apakah kau bukan pria Inggris asli?"

Vince mulai duduk nyaman dengan sikap mempesona. "Bukan. Aku berdarah campuran. Hongkong dan Latino."

"Ah..." Si merah ceri mulai tampilkan minat yang lebih lagi pada Vince.

Bingo! Vince tertawa dalam hatinya.

"Kau tadi bilang aksen Inggris aku seksi?" Wanita itu makin tertarik.

"Well, aku tidak suka membuang napasku untuk suatu hal bohong, agar kau tau." Vince tersenyum penuh simpatik.

Saat pelayan datang untuk menanyakan pesanan, Vince berbicara, "Bolehkah aku sarapan bersamamu? Kebetulan aku belum makan pagi ini."

Yeah, tidak suka membuang napas untuk suatu hal bohong, benar begitu, Tuan Muda?

Sementara itu, Kevin hanya memutar matanya mendengar gombalan Vince meski dari kejauhan dan samar-samar, tapi dia sudah bisa mengira-ngira semua kalimat berbunga-bunga sang sahabat pada mangsa baru.

=============

Lelaki itu seorang monster

Dia seorang monster

Aku hanya ingin berdansa

Tapi dia justru membawaku pulang

Ada monster di ranjangku

Kami melakukan French-kiss di kereta bawah tanah

Dia merobek pakaianku

Dia memakan hatiku dan memakan otakku

.

- Monster by Lady Gaga -

Chapitre suivant