webnovel

Episode 4

gelisah, pasrah, dan resah. saat kau merasa seperti demikian. sadarlah kau saat itu adalah salah.

****

Saat kau dibawa susah oleh dirimu yang terlampau pasrah. kau akan berterima kasih atau malah mengumpati diri dengan resah saat kau tahu yang kau perbuat itu salah?

Kau berjalan pada apa yang akalmu anggap benar, tanpa menimbang itu merupakan hal yang tak melulu kau butuhkan. Kau terus saja berjalan, menepis isi hati yang menjerit kesal. Fikirmu kau benar, tak tahu malah berujung kesasar.

Apa yang akan kau lakukan saat mendapati dirimu terlelap dalam sesal yang kau buat sendiri? Menyumpahi isi hati yang seharusnya kau percayai? Atau menerima kebodohan yang jelas jelas kau fahami. Sedari awal tuhan telah memperingati, tapi semua itu kau tepis dengan keji. Lalu merasa miris dan minta dikasihani.

Untunglah tuhan tidak seperti kau yang terlalu bar bar. Dia tetap akan menunjukkanmu titik benar. Meski kau lagi lagi jatuh dalam lubang besar, dan kau lagi lagi merengek gusar.

Sera masih mengikuti wanita yang ada dihadapannya itu. Dia sesekali melihat kearah belakang tempat tanah gersang yang ia maki maki beberapa saat yang lalu. Hatinya masih saja menjerit jerit menyuruhnya untuk kembali. Namun dia tak jua berhenti.

Ditempat yang sangat spektakuler tersebut. Sera merasa dirinya lebih asing dari pada saat dia dipadang tandus tersebut. Padahal, jalan yang tengah ia tapaki saat ini benar benar terlihat segar dengan padang rumput yang menjalar hingga tepiannya. Jalan setapak berbatu yang begitu rapi membelah rapi barisan rumputnya. Ada sungai sungai jernih yang airnya mengalir lembut diseberang. Namun sera tetap masih tampak gusar.

"Ada apa?" Tanya wanita yang ada dihadapanya. Dia kini memelankan langkahnya agar bisa beriringan dengan sera.

"Tidak kenapa-napa. Aku hanya merasa sedikit aneh saja" balas sera.

"Kau merasa tidak nyaman dengan tanahku?" Tanyanya lagi.

"Hmm.. sedikit." Balas sera jujur.

Wanita tersebut tertawa anggun. Suara tawanya menggema indah ditelinga. Sera sedikit terhipnotis dengan wanita yang ada disampingnya. Namun entah kenapa justru hatinya semakin meraung tidak suka.

"Kau cantik sekali" puji sera.

"Kau hampir berlari ketakutan saat melihat wujudku sebelum ini. Ingat?"

Balasnya mencoba berguyon.

"Ah, kau terlalu iseng sih." Sera menjawab malu malu.

"Kau anak yang manis sekali. Darahmu pasti akan nik- maksudku, pasti akan cocok sekali dengan tanah ku" ujarnya tersenyum .

Sera tak membalas kalimat wanita itu lagi. Dia menghadap kedepan. Senyum wanita itu terlihat manis memang jika kau hanya melihatnya sekilas. Tapi sera melihat senyumnya dengan tatapan penuh. Hingga ia mengira itu hampir seperti seringaian wujud wanita tua yang ia tampilkan sebelumnya. Sera bergidik, dia kembali merinding.

"Sebentar lagi kita akan sampai, aku akan mengambil sesuatu diatas menara itu sebentar. Kau bisa berkeliling untuk melihat lihat. Setelah itu kita akan mendapatkan tandamu" wanita itu kembali berjalan lebih dulu dari pada sera.

Fikiranya kacau, hatinya sudah tak baik lagi. Semakin mendekati bangunan menara yang terang tersebut. Sera semakin merasa gusar. Hatinya memanas seakan ingin menangis. Jantungnya berdegup tak baik tiap kali langkahnya berjalan maju. Dia dilema.

Haruskah aku mengikuti wanita itu?atau berbalik ketanah gersang tadi? Tempat ini memang spektakuler, namun terlihat ganjil. Aku merasa risih bahkan sedari tadi. Wanita dihadapanku ini juga aneh. Kalimat kalimatnya terasa tidak benar meski dia mengucapkannya dengan senyum. Astaga, jarakku sudah semakin dekat. Apa aku harus berbalik lagi?

Ujar sera dalam hati.

Sera tiba didepan gerbang yang terbuat dari permata. Matanya membelalak takjub melihat ukiran ukiran yang ada disana. Gerbang tadi tebuka dengan sendirinya. Wanita yang ada dihadapanya merentangkan tangan dan menyilakan sera untuk masuk.

"Selamat datang ditanahku. Semoga kau tidak merasa risih lagi setelah masuk kedalamnya" ujarnya memperkenankan sera melangkah.

"Astaga.. ini.." sera menganga takjub.

Diseberang sana, dibalik gerbang yang tengah terbuka. Sera melupakan segala keresahanya. Matanya berbinar cerah melihat pandangan didepan sana.

Suasan dibalik gerbang benar benar menakjubkan. Sera merasa dia sedang berada didalam sebuah negri dongeng. Disana, terdapat rumah pohon besar yang terdapat pintu pintu kayu bersisi bundar dengan jendela bulat diatasnya. Tiap tiap cabang pohon memilik satu rumah kayu dimana lentera lenteranya terpasang tiap tiap atapnya.  Jamur jamur raksasa menjadi tangga untuk berjalan turun ataupun naik.

Dibagian bawah pohon, yaitu dataran. terdapat tenda tenda dengan motif garis berwarna warni yang tampak sangat ramai oleh orang orang yang sibuk bercengkrama. Tenda tenda tersebut berfungsi sebagai tempat transaksi jual beli seperti didunia yang biasanya disebut pasar. Ada juga kolam air mancur besar ditengah tengah taman bunga yang bermekaran.

Tak lupa pula bangunan bangunan megah yang telah sera lihat dari luar gerbang tadi. Bangunan bangunan tersebut terlihat bercahaya jika dilihat dari sedekat ini. Lampu lampunya menyala terang memukau.

Disana ramai dengan anak anak yang berlarian saling mengejar. Tak mau kalah, musisi jalanan menyanyi apik ditepi kolam, menambah ramainya suasana. Dan yang membuat sera semakin terkejut lagi adalah. Seluruh hewan mulai dari kupu kupu, tupai, kuda, kelinci, ikan, dan binatang lain terlihat hidup berdampingan satu sama lain.

Sera terus bergumam. Dia terkaget kaget melihat seorang anak kecik tengah berjalan bersama seekor beruang madu tanpa takut. Namun dia membenarkan segala yang ada disana. Sebab sejak sera masuk kedalam dunia tersebut, sera segera menanamkan pada anak fikiranya bahwa apapun yang tidak mungkin didunia adalah wajar disini.

Sera hampir merasa disana adalah surga. Sebab kehidupan dibalik gerbang benar benar mengalahkan defenisi hidup itu sendiri. Dia tersenyum menyapu tiap tiap sudut kehidupan dibalik gerbang.

Teringat dia pada cerita peter-pen. Seorang anak kecil yang menolak tua bersama dengan sahabat perinya tinker bell. Tempat ini benar benar cocok untuk dijadikan tempat berpetualang seperti yang ada didalam cerita tersebut. Jika dia masih hidup, tempat ini pastilah menjadi satu satu satunya tempat wisat yang tiket masuknya eksklusif dengan harga yang teramat sangat mahal.

"Kau akan masuk atau mau berdiri didepa sini saja?" Suara wanita tadi menginstrupsinya.

"Aku benar benar terkagum. Aku tidak menyangka bahwa tempat seperti ini benar benar nyata" jawab sera takjub.

"Kalau begitu masuklah, dan nimati hal hal menarik disana, kita tidak punya banyak waktu. Kita harus memunculkan tanda mu. Ingat?" Ujar wanita itu cepat.

Sera memandang kembali kearah seberang pagar. Ramainya suasana didalam sana membuat ia berniat untuk masuk kedalam. Langkahnya melayang kearah depan. Namun, tidak jadi menapak sebab dia mendengar suara seseorang dibelakang sana.

"Jangan masukk!!" Teriak satu suara parau.

Sera menghentikan kakinya yang hampir saja menapak. Dia berbalik dan menyipitkan matanya kearah tempat saat ia bertemu dengan wanita tersebut. Dia memicing, saat matanya menangkap satu sosok yang tengah berlari tergopoh gopoh melambai lambai kepadanya.

"Kau dengar suara itu?" Tanya sera pada sang wanita.

"Suara apa? Aku tidak mendengar suara apapun" jawab sangat wanita yang terlihat sedikit panik.

"Eh, ada orang disana" tunjuk sera kearah sosok yang tengah berlari.

"Aku tidak melihat apapun, matamu mungkin salah lihat. Sudah ayo masuk, kita membuang waktu disini" desak wanita tersebut

Sera kembali berbalik sebab sang wanita menarik paksa tubuh sera kearah pintu gerbang. Sera kembali akan melangkahkan kakinya, namun kembali gagal karena dia benar benar yakin terhadap suara yang kini semakin jelas. Dan sosok diseberang yang terlihat nyata.

"Jangan masuk!! Jiwamu akan tersesat!" Ujar suara asing tersebut.

"Apa katanya? Tersesat?," sera memandang kearah sosok yang masih berlari.

Wanita disebelahnya berdecak, dia kemudian melihat sera dengan pandangan tidak sabar.

"Dia penganggu, dia justru yang akan menyesatkanmu. Tidak usah didengar, mendingan kita masuk saja kedalam gerbang. Dia tidak akan bisa masuk kedalam sana karena tidak aku izinkan" jelas sang wanita sembari memaksa sera agar segera memasuki wilayah didalam gerbang.

"Jangan masuk nak! Jangan dengarkan dia! Gunakan akal mu!"

Sosok diseberang sana ternyata seorang pria yang berumur sekitar enam puluh tahun. Wajahnya keriput, dengan rambut yang beberapa mencuat putih keluar. Matanya besar dengan hidung panjang yang mancung. Kulitnya putih bersih. Dia tidak tampak menyeramkan meski usianya tidak lagi muda.

Sera meandang kearah wanita tadi, dia menilai ekspresi yang tengah wanita itu keluarkan. Dia terlihat kesal dengan matanya yang melotot aneh kearah pria tua disana.

"Dia telah memilih bersamaku. Dia sudah diatas tanah ini" ujar wanita tersebut kearah pria tadi.

"Jangan kau sesati jiwa yang suci! Kau tidak berhak atas dia!," pria tua tersebut memandang kearah sera. "Lari nak! Selagi kau belum masuk kedalam gerbang, kau masih bisa selamat"

Sera tidak mengerti. Dia memandang pria tua tersebut ragu ragu. Hatinya merasa aneh saat wanita yang ada disebalahnya memegang lengannya. Otaknya berkata bahwa pria itu benar dan hatinya mengaku juga demikian . Namun egonya terlalu sangsi, dia lebih memilih tinggal dalam ruang dibalik gerbang.

"Dia siapa?" Tanya sera pada wanita tersebut.

"Dia penganggu. Sebaiknya kau percaya dan dengar kata kataku. Masuk kedalam gerbang, sekarang!" Wanita tersebut membentak.

"Lari kesini nak! Jangan bodoh! Gunakan akalmu, mana mungkin dataran mendadak berubah! Kau dialam baka! Semua tempat setiap levelnya sama!," dia berujar keras keras hingga terbatuk. "Aku tidak bisa menjemputmu kesana! karena aku sudah lebih dulu terjebak darimu nak!" Lanjutnya.

Sera tersentak, perkataan pria tua itu benar. Dia merasa aneh saat masuk kedataran yang mendadak berubah. Tempat itu memang tidak benar dengan segala keanehanya. Walaupun sejak awal alam tersebut memang sangat amat aneh, namun keanehannya masih masuk akal. Bukan seperti tempat ini yang mendadak berubah.

Dan lagi, pria itu bilang dia telah lebih dulu terperangkap didataran ini? Berarti dia pernah masuk kedalam sana. Kedalam gerbang sana.

Sera baru saja akan menoleh kearah wanita tersebut, saat tiba tiba saja suara menyeramkan yang beberapa saat lalu terdengar kembali . Ditolehkannya cepat kearah wanita yang, sialnya telah berubah kebentuk semula.

Sera memandang kearah belakang dan mendapati bahwa dibelakangnya bukan lagi gerbang kristal yang indah, bukan lagi ramai oleh anak kecil yang berlari lari, bukan lagi musisi apik, bukan lagi tenda tenda besar bermotif garis, bukan menara terang dan bukan kubah spiral.

Melainkan pohon pohon mati yang merunduk ngeri dengan akar akar pohon gantung yang menjuntai.

Kolam air mancur besar tadi berubah menjadi danau berkabut yang berair hijau menjijikkan. Orang orang disana berubah menjadi makhluk mengerikan dengan kepala yang terjuntai hapir lepas, atau bola mata yang tak lagi didalam rongga, dan taring taring panjang yang terjulur keluar.

Mereka menatap sera tajam penuh seringaian, kuku kuku mereka yang panjang dan kotor digerak gerakkan. Beberapa kepala dengan mata merah yang tak memiliki badan mengintip disela sela pepohonan.

Sera meluruskan pandangannya patah patah kearah pria tua yang tengah berdecak panik diujung sana.

Dia tidak dapat mengeluarkan suaranya saat wanita disebelahnya tengah terkikik kikik geli mengerikan.

Sera pucat pasi, kakinya melemah dan gemetaran. Dan nyawanya nyaris hilang ketika suara teriakan diujung sana menyuruhnya untuk bergerak.

"Kenapa kau diam saja?! Lari!!"

****

jangan lupa vote dan comment untuk meninggalkan jejak.

sekamat membaca ;)

salam, Alfa

Chapitre suivant