webnovel

30. Rasa Itu Masih Ada

Thalita baru saja keluar dari ruangannya dan sempat menatap sekeliling. Karena akhir-akhir ini Dhika terus saja menunggunya di depan pintu ruangannya saat mau pulang. "dia tidak menunggu lagi, baguslah" gumam Thalita dan beranjak menuju lift.

Thalita baru saja keluar dari lobby rumah sakit dan tiba-tiba saja sebuah tangan mencekal pergelangan tangan lita. Thalita yang terpekik kaget, segera menatap ke arah seseorang itu yang tak lain adalah dhika.

"lepaskan aku" ujar lita berontak

"nggak !!!" Dhika menarik tangan lita menuju mobilnya

"lepaskan !!" ujar lita kembali seraya menepis tangan dhika, tetapi sulit.

"aku tidak mau" jawab dhika cuek, seraya berhenti berjalan dan berbalik menatap Thalita. " kalau aku lepas, nanti kamu kabur lagi dan menghindariku lagi. Ayo kita pulang, aku akan mengantarmu" ujar dhika kembali menarik pergelangan tangan lita "aduh" pekik dhika mengaduh kesakitan karena lita menggigit tangan dhika membuat genggaman dhika terlepas. " kenapa kamu menggigitku?" Tanya dhika sedikit kesal seraya memegang pergelangan tangannya yang digigit lita

"sudah ku bilang lepaskan !!! " ujar lita kesal dan berlalu pergi meninggalkan dhika.

"galak banget" gumam dhika. "lita tunggu !!!" panggil dhika dan mengejar Thalita.

Thalita berjalan keluar area rumah sakit dan menengok ke kanan dan kiri mencari taxi tetapi tidak menemukannya. Saat tau dhika mengikutinya, Thalita terus berjalan menyusuri trotoar untuk mencari taxi seraya menghindari dhika tetapi dhika terus mengikutinya.

Thalita mempercepat langkahnya agar bisa terhindar dari dhika, tetapi langkah dhika yang panjang sulit sekali Thalita imbangi. 'astaga kenapa dia terus mengikutiku? Ini tidak bagus untuk kesehatan jantungku' batin lita dan berlari menghindari dhika

"ya tuhan, kenapa malah lari sih. Gue heran, apa sekarang musimnya lari malam-malam" gumam dhika dan ikut berlari mengejar lita.

Hingga lita berhenti di halte bis

Hosh hosh hosh

"kenapa aku harus berjalan sejauh ini untuk mencari taxi" gumam lita memegang dadanya sendiri yang terasa sesak.

"lita, kenapa kamu ngotot banget sih, lari dengan kaki kecilmu itu hanya untuk menghindariku" ujar dhika yang berjalan santai dengan kedua tangannya dimasukan ke saku celananya. Thalita sempat kaget melihat dhika sudah berada disampingnya.

'kenapa dia masih mengikutiku?' batin lita kesal. "kenapa kamu masih mengikutiku sih? Kamu sudah seperti seorang penguntit saja" kata lita kesal

"aku hanya ingin memastikan kamu pulang dengan selamat, apa aku salah?" Tanya dhika

"kamu mengangguku,, aku tidak butuh perhatian dari kamu" ujar lita dengan ketus

"aku tidak perduli lagi dengan semua penolakanmu. Semakin sering kamu menolakku, semakin besar aku tertantang untuk mengejarmu" ujar dhika membuat lita terdiam. "Lihatlah, langitnya cerah sekali. Banyak bintang juga disana" ujar dhika menatap ke atas langit dan thalitapun mengikuti arah pandang dhika.

"lihatlah bintang favoritmu, dia masih terlihat yang paling bersinar di antara yang lain" ujar dhika tetapi lita masih terdiam membisu.

"berhenti melakukan hal-hal konyol seperti ini, dhika. Aku sungguh terganggu dengan sikap kamu" ujar lita membuat dhika mengalihkan pandangannya dari langit ke arah thalita.

"kenapa kamu masih saja keras kepala? Aku hanya ingin menjagamu, kenapa kamu menolak kebaikanku? Ini terdengar sangat jahat" ujar dhika merengut

"aku tidak butuh bantuan dari kamu, biarkan aku sendiri dan jangan pernah ganggu aku lagi. Kalau begini terus, akan sangat menyakitkan nantinya" ujar lita bersungguh-sungguh

"kenapa aku harus menurutimu? Aku tidak perduli seberapa sakit yang akan aku dapatkan dan aku tidak akan pernah berhenti" ujar dhika yakin

"kalau begini terus, hidupku akan menjadi sangat sulit" ujar lita membuat dhika terdiam dan menerka-nerka maksud dari ucapan Thalita. "Ku mohon hentikan semua ini !! kalau tidak, aku tidak akan pernah kembali lagi ke tim operasi satu untuk selamanya." Ancam lita

"kenapa begitu? Ah, kamu mainannya ancaman" protes dhika

"kamu membuatku tidak nyaman" ujar lita ketus

"baiklah aku akan hentikan. Yang penting jangan keluar dari tim opeasi satu" ujar dhika akhirnya.

"Jadi jangan lagi kejar-kejar aku !! janji?" ujar lita menatap dhika

"ahh,, baiklah janji deh !!!" jawab dhika

'Fyuh,, akhirnya !!' batin lita

"aku janji tapi hanya saat kita tengah bekerja" ujar dhika membuat lita melongo tak percaya.

"Apa?! percuma saja dong?!" sewot lita

"terserah !!" ujar dhika cuek. "Saat bekerja, bahkan aku tidak akan melirikmu sama sekali" tambah dhika.

"da-sar !! kamu ini..." lita sudah kehabisan kata-kata menghadapi dhika. Dan saat itu juga bis kota berhenti di depan lita. Dan dengan segera lita menaiki bis itu.

"hati-hati dijalan !!" teriak dhika saat lita sudah memasuki bis, Thalita langsung memalingkan wajahnya dari dhika dan segera duduk. Bis-pun berjalan meninggalkan tempat itu. Tangan thalita perlahan menyentuh dadanya yang terasa berdetak sangat kencang.

"ah, ini benar-benar menganggu kesehatan jantungku" keluh lita.

***

Ditaman rumah sakit, thalita terlihat tengah membaca buku di salah satu kursi taman. Dhika menghampiri lita dan mencondongkan tubuhnya, membuat kepalanya sejajar dengan kepala lita. Kepala dhika menjulur tepat di sebelah kanan thlita. "Baca apaan sih, serius amat" ujar dhika membuat lita terpekik kaget menyadari kepala dhika berada tepat disebelahnya dengan jarak yang sangat dekat.

"kamu...!!" pekik lita dengan kesal. Sedangkan dhika sudah beranjak dan duduk disamping thalita sambil meminum minuman isotonic yang dia pegang. "Ngapain kamu disini? Bukannya sudah janji tidak akan mengangguku" ujar lita dengan ketus melirik dhika

"kan kalau kita lagi bekerja, sekarang kan kita lagi istirahat. Lagian aku hanya ingin menghabiskan ini saja lalu pergi" ujar dhika dengan santai.

"Kalau kamu mau baca, ya baca saja" ucapnya cuek membuat lita mencibir dan kembali membaca. Dhika meminum kembali minuman dalam botol itu, membuat thalita sesekali melirik dan mengintip dari balik bukunya. Pemandangan seperti ini sangat disukai lita. Thalita selalu terpesona saat melihat dhika meminum minuman dari dalam botol. Tanpa sadar thalita menelan salivanya sendiri. Dhika yang sadar thalita memperhatikannya, segera menengok ke arah lita dan benar saja thalita langsung salah tingkah karena ketauan tengah memperhatikan dhika membuat dhika tersenyum sendiri. "kamu mau?" tawar dhika

"tidak" jawab lita ketus. "nawarin tapi cuma bawa satu botol, nyebelin !!" gerutu Thalita membuat dhika terkekeh kecil.

"kamu ngomong sesuatu?" Tanya dhika membuat lita menggelengkan kepalanya.

"kamu sudah makan?" Tanya lita

"belum, aku sedang tidak bernafsu untuk makan" ujar dhika

"memangnya kenyang hanya minum itu?"Tanya lita

"ya nggaklah" jawab dhika lalu menoleh ke arah thalita. "tunggu !! Barusan kamu mengkhawatirkanku?" tanya dhika sangat senang, membuat lita melongo sendiri. "Senangnya diperhatiin sama kamu" ujar dhika semakin tersenyum lebar membuat lita terdiam bingung, karena dia sudah kelepasan.

"sudah habis minumannya? Cepetan pergi" usir lita menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"belum kok, tuh lihat masih banyak" ujar dhika seraya menunjukkan botolnya ke lita

"buruan sana pergi,, jangan ganggu aku" sewot lita

"oke oke" akhirnya dhika beranjak tetapi sebelum itu dhika berbisik ke telinga lita. "kamu sangat cantik saat sedang bulshing" bisik dhika dan berlalu pergi membuat lita semakin memerah karena malu.

Dari kejauhan, dokter claudya tengah memperhatikan interaksi keduanya.

"apa benar wanita yang dhika cintai dan tunggu itu dokter lita?" gumam claudya dengan tatapan sendunya.

***

Chacha mengajak Thalita untuk pulang bersama. Keduanya tengah berjalan menuju lobby rumah sakit. "lita, dokter Ai mengajak kita untuk jalan bersama dan main ke tempat karaoke, apa kamu mau ikut? Mumpung kita pulang cepat hari ini" ajak chacha

"tidak cha, gue harus segera pulang" ujar lita

"oh begitu, baiklah" ujar chacha. Mereka berduapun keluar lobby rumah sakit dan tak jauh dari sana, dhika tengah berdiri sambil bersandar ke mobilnya membuat chacha dan lita berhenti berjalan. Saat melihat Thalita sudah keluar, Dhika segera menghampiri lita.

"kamu lama sekali keluarnya" ujar dhika membuat lita mengernyitkan dahinya bingung. "Hari ini aku ingin mengajakmu jalan-jalan, ini aku sudah pesan tiket nonton untuk kita berdua. Film ini sedang buming sekarang-sekarang. Ayo kita nonton" ujar dhika seraya menunjukkan dua buah tiket nontonnya.

"nggak !! aku nggak mau" ujar lita datar

"kenapa? Aku sudah susah-susah lho dapetin tiket ini" ujar dhika

"aku bilang tidak mau ya tidak mau" ujar lita jutek.

"ini seru lho lita filmnya" ujar dhika kembali berusaha membujuk.

"kenapa kamu maksa sekali sih, aku tidak mau. Minggir aku mau pergi" ujar lita dengan ketus

"ayolah, lita" bujuk dhika

"nggak !!!" ujar lita dengan jutek

"oke, lupakan saja ini. Ayo kita pulang" ucap dhika hendak menarik tangan Thalita tetapi lita lebih dulu menghindar

"aku tidak pulang, aku ada keperluan dulu" ujar lita

"kemana?" Tanya dhika penasaran

"bukan urusanmu" jawab lita dengan ketus. "Chacha, gue ikut ke acara loe" ujar lita

"se-serius lita?" chacha senang bercampur tidak menyangka

"iya, ayo pergi" Ajak lita. Chacha dan litapun beranjak meninggalkan lita

"mereka meninggalkanku begitu saja?" gumam dhika kesal seraya menatap tiket di tangannya. "padahal aku sulit sekali mendapatkan tiket ini" gumam dhika seraya meremas tiket itu dan membuangnya ke dalam tong sampah. Thalita yang tengah berdiri tak jauh dari dhika sambil menunggu taxi, melirik ke arah dhika yang tengah membuang tiket itu. Chacha dan lita memasuki sebuah taxi dan dhika segera mengikutinya menggunakan mobil miliknya. Taksi yang ditumpangi chacha dan lita memasuki sebuah mall.

"mereka mau kesini ternyata" gumam dhika memarkirkan mobilnya.

Chacha dan lita bercanda bersama sambil berjalan menyusuri mall. "gue kangen masa-masa seperti ini, kita jalan-jalan bersama lagi" ujar chacha antusias membuat lita tersenyum. "Kalau saja ada ratu dan serli juga" tambah chacha. "Terima kasih lita, loe sudah mau pergi sama gue" ujar chacha merasa sangat bahagia.

"tidak perlu berterima kasih, kebetulan juga gue sedang tidak terlalu sibuk" ujar lita.

"loe sengaja yah ngehindarin kak dhika" Tanya chacha membuat lita tersenyum. Tak jauh dibelakang mereka, dhika mengikuti mereka dengan sudah memakai jaket korea yang menutupi sebagian wajahnya, dhika juga memakai kacamata hitam dan topi berwarna hitam. Dhika terus mengikuti chacha dan lita, hingga mereka memasuki sebuah tempat karaoke.

"Kenapa mereka memasuki tempat karaoke? Lita tidak biasanya menyukai tempat seperti ini" gumam dhika. Thalita dan chacha sudah hilang dari pandangannya. "sial, gue tidak bisa mengkuti mereka ke dalam" gumam dhika seraya bersandar ke dinding. Dhika melepas topi yang dia pakai.

"gue bener-bener berubah menjadi seorang penguntit" Kekeh Dhika melihat ke arah topi yang dia pegang. Dhika menunggu di sebuah kedai yang berada tak jauh dari tempat karaoke. Pandangannya terus mengarah ke tempat karaoke itu.

"astaga mereka ngapain saja sih di dalam sana? Lama banget, sudah hampir dua jam" Keluh dhika seraya menyeduh kopi yang dia pesan. " Gue sudah menghabiskan dua gelas kopi. Tetapi mereka belum keluar juga, lama-lama kembung nih perut minum kopi terus." gumam dhika seraya melirik jam tangannya.

Tak lama keluarlah lima orang perempuan, dengan Thalita dan chacha berjalan di belakang. Dhika cukup mengenal beberapa orang itu, mereka adalah dokter dan suster di rumah sakit. Dhika segera memakai kembali topi dan kaca matanya seraya merogoh uang dari dompetnya. Setelah menyimpan uang seratus ribu di atas meja, dhika segera beranjak meninggalkan kedai itu. Dhika kembali membuntuti para gadis-gadis itu yang terlihat tengah bercanda tawa. Terlihat heboh sekali, kecuali Thalita yang hanya tersenyum kecil. Melihat moment itu, Dhika mengeluarkan handphonenya dan mengambil potret thalita yang tengah tersenyum, tertawa kecil, dan bahkan ada yang tengah menguap. Dhika terkikik sendiri melihat berbagai macam ekspresi wajah lita yang terlihat lucu dan menggemaskan.

Mereka semua memasuki butik pakaian, dan mulai memilih dan memilah pakaian yang mereka sukai, dhika juga ikut masuk dan bersembunyi di belakang pakaian yang dipajang. Dhika masih mengambil potret thalita yang tengah memilih pakaian. 'Dari arah manapun, dia tetap terlihat cantik' batin dhika tersenyum melihat hasil fotonya.

"maaf mas, apa anda mencari sesuatu?" Tanya seseorang mengagetkan dhika.

"eh, nggak saya cuma mau membeli-" Dhika terpaku saat sadar dia berada di antara pajangan pakaian dalam wanita, bahkan dihadapannya saat ini terpajang jelas bikini wanita yang sangat seksi dengan warna merah darah.'oh sial, gue keasikan memotret Thalita malah jadi apes gini' batin dhika. Dhika bergegas pergi keluar butik. "sialan, bikin malu saja. Pake ketawa lagi tuh pelayan" gerutu dhika bersembunyi di balik dinding sambil menghela nafasnya. Setelah cukup lama menunggu, mereka keluar dari butik dan masih berkeliling. "mereka mau kemana lagi sih? Nggak pegel apa dari tadi berkeliling" gerutu dhika

Mereka berlima masuk ke dalam sebuah café, dan memesan makanan. Dhika memilih duduk tak jauh dari mereka sambil terus mencuri-curi pandang ke arah thalita. 'Kelihatannya lita dan chacha sudah kembali akrab, aku berharap tidak akan ada masalah lagi di antara mereka' batin dhika tersenyum melihat ke arah Thalita. Setelah lama memperhatikan, tiba-tiba saja lita melihat ke arah dhika membuat dhika kelabakan dan spontan berdiri sehingga menabrak seorang waiters yang tengah membawa pesanan.

Prank... Suara gaduh itu membuat semua orang melihat ke arah dhika.

"maaf mbak, saya tidak sengaja. Nanti biar saya ganti" ujar dhika membantu membereskan pecahan kaca dilantai.

"tidak usah mas, biar saya saja" ujar pelayan itu tidak enak. Thalita bersama rekannya yang lain menghampiri dhika.

"dokter dhika" panggilan seseorang membuat dhika menengok dan kaget saat melihat semuanya sudah berada di hadapannya.

"ternyata benar, dokter dhika" ujar salah satu wanita di antara mereka.

"h-hai semua" Dhika tersenyum kikuk ke arah mereka, sedangkan Thalita hanya menatapnya tajam.

"dokter dhika sedang apa disini?" Tanya Chacha

"aku sedang mencari sesuatu" ujar dhika seadanya.

"oh begitu, sudah ketemu belum?" Tanya chacha lagi menatap dhika dengan curiga.

"itu..." dhika terdiam sesaat dan melihat ke arah Thalita. "sudah" jawab dhika seraya tersenyum, chacha paham arti tatapan dhika itu.

"kalau begitu kebetulan sekali, lita loe bilang kan tadi ingin segera pulang. Bareng saja dengan dokter dhika" ujar chacha

"eh?"

"kita kan masih mau berkeliling buat nyari tas, jadi loe pulang sama dokter dhika. Dokter tidak keberatan kan mengantarkan lita?" ujar chacha

"sama sekali tidak keberatan" ujar dhika tersenyum senang.

"gue bareng kalian saja, tidak apa-apa deh ikut berkeliling lagi juga" ujar lita

"lita, loe kelihatan lelah banget. Udah pulang saja, dan istirahat" ujar chacha.

"ayo guys,,titip thalita yah dokter dhika" ujar chacha dan menarik ketiga perempuan lainnya yang masih kebingungan.

"bye lita" teriak chacha dan keluar café bersama teman-temannya, meninggalkan dhika dan lita berdua.

Thalita hanya melirik dhika dengan sebal dan berlalu pergi. Dhika mengejar Thalita setelah memberikan uang ke pelayan itu. Dhika berlari mengejar thalita dan mengimbangi langkah lita.

"ganti profesi jadi seorang penguntit sekarang?" ujar lita ketus membuat dhika menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"ya apa boleh buat" ujar dhika membuat lita menghentikan langkahnya membuat dhika ikut berhenti. Thalita menengok menghadap ke arah dhika.

"kapan sih kamu mau menghentikan ini semua? Kenapa kamu selalu menguntitku?" ujar Thalita sangat kesal.

"apa kamu benar-benar tidak nyaman?" Tanya dhika meyakinkan.

"iya !!! Sangat tidak nyaman, aku bukan anak kecil lagi dan bukan seorang pencuri juga" ujar lita sangat kesal.

"tapi kan kamu memang sudah mencuri hati aku" ujar dhika santai membuat lita memutar bola matanya jengah.

"nyebelin kamu" ketus lita dan kembali beranjak meninggalkan dhika. Dhika hanya bisa tersenyum dan kembali berjalan menyusul Thalita.

"aku hanya mengkhawatirkanmu, aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja" ujar dhika tiba-tiba saat sudah berjalan berdampingan dengan Thalita.

"aku tidak butuh keperdulianmu dan aku bisa jaga diri sendiri" ujar lita dengan ketus.

Dan kembali berjalan tetapi dhika menarik lengan lita membuat tubuh lita tertarik dan menghadap dhika.

"lita, aku tidak ingin melihatmu menderita seperti dulu. Aku ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja" ujar dhika bersungguh-sungguh.

'jadi dhika sudah mengetahui semuanya?' batin lita menatap dhika.

"aku tidak mau menjadi tidak berguna dan tidak tau apa-apa lagi seperti dulu. Walau kita sekarang tidak mempunyai status apa-apa, tapi ijinkan aku untuk selalu menjagamu dan memastikan kamu baik-baik saja" tambah dhika membuat lita menatap manik mata dhika.

Cukup lama keduanya bertatapan, thalita menundukkan kepalanya dan kembali berjalan. Dhika masih mengikuti thalita. Keduanya berjalan berdampingan tetapi tidak saling berbicara. Hingga saat keluar mall, ternyata hujan deras.

"yah,, hujan" gumam lita.

Tetapi tiba-tiba saja sesuatu menempel dikepalanya, membuat lita menengadahkan kepalanya dan melihat dhika memakaikan topi ke kepalanya.

"pakai topi itu, aku sedikit jauh memarkirkan mobil" ujar dhika seraya melepas jaketnya dan mengangkatnya ke udara menutupi kepalanya dan lita. "ayo" ajak dhika. Thalita tidak berkata apapun dan hanya mengikuti dhika berjalan. Jarak di antara keduanya begitu dekat. Bahkan lita merasakan lengan dhika di belakang kepalanya, dan lita juga mampu mencium parfum milik dhika yang tidak pernah berubah. Wanginya mampu menenangkan dan menyejukkan bagi lita.

Tanpa sadar, lita mendekatkan wajahnya ke leher dhika dan menghirup aroma parfum maskulin milik dhika.

"lita" panggil dhika lembut, membuat lita menengadahkan kepalanya dan pandangan mereka beradu. Dhika yang menundukkan kepalanya seraya menahan jaket yang menutupi mereka dari hujan walau air hujan masih tetap menembus dan membasahi wajah dhika dan sebagian pakaiannya. Mereka masih bertatapan cukup lama dan dalam. Tatapan mereka berdua menyiratkan tatapan kerinduan dan rasa cinta.

"pintu mobilnya sudah terbuka" tambah dhika dengan lembut membuat lita tersadar dan segera memalingkan kepalanya ke arah mobil.

Thalita segera memasuki mobil seraya melepas topi yang tadi dhika pakaikan. Thalita melihat ke arah dhika yang tengah mengelilingi mobil menuju pintu pengemudi. Setelah masuk, dhika melempar jaketnya ke jok belakang dan menyisir rambutnya yang basah dengan tangannya sendiri. Thalita sudah memalingkan wajahnya menatap keluar jendela.

'Kapan semua ini akan berakhir? Aku takut, semuanya akan jadi berantakan' batin lita menatap rintik hujan diluar jendela.

Hujan di malam hari ini menjadi saksi kebisuan di antara dhika dan thalita di dalam mobil. Dhika terlihat fokus menyetir mobil dan lita fokus melihat keluar jendela. Keduanya seakan kehabisan kata-kata untuk memulai pembicaraan. Sesekali dhika melirik ke arah thalita, dhika ingin sekali mengajak lita berbicara tetapi di urungkannya. Hingga mobilpun berhenti di depan mansion lita. "terima kasih" ujar lita datar dan segera beranjak keluar. Dhika yang hendak berbicara, kembali menutup mulutnya saat melihat lita sudah berlari memasuki mansionnya. Dhika hanya bisa menghela nafasnya dan kembali melajukan mobilnya.

Thalita langsung mengurung dirinya di tengah kegelapan kamarnya. Thalita menangis tersedu-sedu seraya memegang dadanya. "jangan biarkan perasaan ini kembali, kumohon !!! hikzz" gumam lita. "Ini akan menjadi bencana akhirnya. Susah payah aku menguburnya dalam-dalam, ku mohon jangan lakukan ini. Jangan goyahkan pertahananku" gumam lita menangis sejadi-jadinya. "Ku mohon tuhan, jangan biarkan perasaan ini kembali. Aku tidak ingin mengecewakan seseorang, aku mohon..hikzzzzz" isak lita. "Aku tidak ingin menyakitinya, biarkan aku menjalani kehidupan yang telah aku pilih tanpa ada dhika. Aku mohon,,hikzzz" isak lita.

***

Chapitre suivant