webnovel

23. Flashback Off

"aku berharap bisa melihat wajah dhika sebelum semuanya gelap" gumamku dan memejamkan mataku saat tubuhku tenggelam seutuhnya ke dasar dalam. Aku merasa air bergerak dan terdengar suara. Aku membuka mataku sedikit dan aku melihat dhika tengah berenang ke arahku. Terima kasih tuhan karena sudah memenuhi keinginanku untuk melihat wajah dhika sebelum aku pergi.

Aku terbatuk-batuk saat merasa sesuatu yang dingin meniupi mulutku. Perlahan aku membuka mataku dan aku langsung melihat dhika yang sudah basah kuyup di depanku. Aku mengernyitkan dahiku, apa aku sudah meninggal. Atau apa yang terjadi.

"syukurlah" gumam dhika.

Dhika membantuku untuk bangun dari rebahanku. Aku menatap sekeliling dan ternyata aku masih berada di danau yang tadi. Ternyata dhika yang menyelamatkanku.

"Apa yang kamu lakukan? Di mana otak kamu, Lita!!!" pekik dhika emosi. "apa seminim ini pikiranmu? Apa dengan bunuh diri semua masalah selesai?" pekik dhika

"lalu aku harus apa??? aku harus bagaimana lagi, dhika? Sekarang aku sendiri, aku tak memiliki siapapun. Bahkan tak ada satu orangpun yang mau mempercayaiku," isakku sejadi-jadinya. Dhika memeluk tubuhku dan mengusap kepalaku dengan sayang.

"bisakah kau kembali padaku, dhika? aku butuh kamu," cicitku, entah keberanian dari mana hingga aku mengucapkan kata-kata itu."satu bulan saja, untuk tetap bersamaku" ujarku menangis. "aku mohon dhika,"

"aku harus apa lita, minggu depan aku akan menikah,"

Deg... hatiku semakin hancur. Aku mendorong tubuh dhika hingga dhika terjengkal kebelakang.

"kalau begitu kenapa kamu menyelamatkanku, dhika????? kamu ingin membuatku semakin hancur dan mati secara perlahan, hah???" teriakku tak sanggup lagi bertahan.

"setidaknya aku dan natasya bisa menemani kamu, Lita. Kita bisa menjadi kakak dan adik. Aku akan menjagamu layaknya kakak yang melindungi adiknya," ucapan dhika membuatku terkekeh.

Dia bilang apa? kakak, adik? omong kosong apa itu, dia pikir aku bocah SD yang bisa menerimanya begitu saja.

"aku tak butuh seorang kakak laki-laki," ujarku sengit dan beranjak mengambil koperku meninggalkannya. Dhika kembali menarik tanganku.

"JANGAN MENYENTUHKU!!!" amukku menepis tangannya dengan kasar.

"Dengarkan aku lita, kamu bisa ikut bersamaku dan tinggal bersama mommy di Jakarta," ujar dhika yang masih tak paham.

"TIDAK AKAN PERNAH,, KAU PIKIR AKU AKAN SENANG TINGGAL DI TEMPATMU DAN MELIHATMU MENIKAH DENGAN KAKAKKU SENDIRI??? DIMANA HATIMU DHIKA!!!" jeritku sejadi-jadinya.

"kenapa kamu jahat sekali, dhika. Dimana hati kamu, kamu ingin menghancurkanku secara perlahan, hah???? Aku mencintaimu, brengsek!!!" jeritku dan menangis sejadi-jadinya. Dhika masih mematung di tempatnya. Bagaimana dhika tega memperlihatkan kepadaku kebahagiaannya menikah dengan wanita lain.

"kamu sangat jahat dhika, sangat jahat." isakku sejadi-jadinya. "ku mohon jangan pernah mengganggu kehidupanku lagi. kau sudah mencampakkanku dan sekarang biarkan aku hidup sendiri," ucapku lirih.

"arrgghhh!!!" pekikku saat perut bagian kananku terasa sangat sakit hingga aku harus membungkuk. Dhika hendak membantuku, tetapi segera ku tepis tangannya dan beranjak pergi meninggalkan dhika sendirian.

Dan syukurlah taxi melewat tepat sekali di hadapanku, sehingga dhika tak mampu mengejarku lagi.

***

Sudah dua hari berlalu dan aku bersembunyi di rumah tante ratih tanpa membuka pintu untuk siapapun. Aku mengurung diriku sendiri, dengan rasa sakit yang menyerangku .

Tante,, kenapa takdir ini begitu kejam?? Lita takut sekarang tante, lita takut untuk mencoba menatap ke depan nanti, lita takut menghadapi kehidupan lita kedepannya. Aku menangis histeris dikamarku. Dirumah milik tante ratih aku memeluk lututku ditengah kegelapan malam dan gelapnya ruangan ini. Karena tak ada lampu yang aku nyalakan, membuat ruangan ini semakin gelap.

aku merasa hidupku sudah sangat gagal, tak ada satupun aku melewati rencana yang aku buat. Kegagalan dan kegagalan yang bisa aku dapatkan. Aku gagal menyelesaikan kuliahku, aku gagal membahagiakan tante, aku gagal menjaga hubunganku dengan dhika, aku gagal mencapai cita-citaku, dan aku gagal move on dari dhika. Kenapa harus seperti ini? Apa ini yang dinamakan takdir? Apa ini yang dinamakan nasib?

Cobaan demi cobaan engkau berikan kepada hamba, apa tak bisa sesekali aku merasakan hidup normal dan makmur seperti orang lain?

"aku lelah, sangat sangat lelah tante...hikzzz.....hikzz....hikzz....." gumamku menangis sejadi-jadinya. Kini aku sendirian ditengah kegelapan ini tanpa ada yang bisa menemani,,, tante apa aku boleh ikut tante? Apa aku berhak mempercepat waktuku untuk bertemu tante?

"hikz....hikz....hikz....hikz.....hikzz.....!!!!!" isakan demi isakan aku keluarkan. Aku menengadahkan kepalaku dan menatap keluar jendela memperlihatkan gelapnya malam dengan gerimis.

Bayangan demi bayangan saat aku kecil dan hidup bahagia bersama om dan tante muncul bagaikan film yang tengah berputar, bukan hanya itu bayangan saat aku dan dhika juga muncul begitu saja. Saat dhika menghiburku kalau moodku jelek atau sedih terbayang di kepalaku begitu saja.

Kamu dimana? Aku butuh kamu, dhik... aku mohon datanglah. Bahkan kamu dengan teganya menolakku untuk bersama denganku selama sebulan. Padahal aku sangat membutuhkanmu dhika. Aku butuh kamu, aku kangen kamu. sebentar saja, kumohon datanglah. Aku takut....Bisakah kau datang, dhika. Aku sungguh kesepian, setiap malam aku hanya melamun tanpa melakukan apapun. Aku butuh kamu, apa aku salah kalau aku masih menginginkan dan membutuhkan kamu?Kenapa kamu terus menolakku.

Mataku berbinar saat melihat dhika berada diluar jendela sambil tersenyum manis. Aku tersenyum senang dan langsung beranjak mendekati jendela.

"dhika..." panggilku lirih, ditengah gerimisnya hujan, dhika berdiri sambil terus tersenyum. Dhika meletakkan telapak tangannya dijendela, membuatku menempelkan telapak tanganku juga sejajar dengan telapak tangan milik dhika. Senyuman tak luput dari bibirku dan dhika. Tetapi semakin lama, bayangan dhika semakin lenyap dan akhirnya menghilang di tengah gelapnya malam, membuatku kelabakan.

Aku berlari keluar rumah dan menerobos hujan mencari keberadaan dhika. "dhika.....dhikaa...!!!!" teriakku memanggil nama dhika terus tanpa memikirkan hujan yang mengguyur tubuhku. "dhika kamu dimana???hikz..... dhikaaaaaaa" teriakku

Tubuhku merosot ke tanah yang basah. Tiba-tiba bayangan-bayangan kebahagiaanku bersama orang-orang yang aku cintai buyar dan digantikan dengan bayangan saat awal aku mendapatkan hinaan demi hinaan, cobaan demi cobaan. Aku menggigil memeluk kedua lututku dan menyembunyikan wajahku disela-sela lututku sambil menangis. "hikz....hikz....hikz....hikz....!!!!" isak lita semakin memilukan.

***

Aku terbangun dari tidurku sambil meringis, tubuhku mengeluarkan keringat dingin. Perut dan punggungku terasa sangat sakit. Aku meringkuk sambil memeluk perutku yang sakit. Aku merangkak untuk mengambil obat di laci meja disamping ranjang. Sekuat tenaga aku menyeret tubuhku yang sudah sangat tak berdaya.

Dor dor dor... Pintu rumah diketuk dengan keras oleh seseorang.

"Lita bukaaaaa!!!!!" teriak seseorang, tetapi aku tidak memperdulikannya dan tetap berusaha menggapai obat di dalam laci hingga berhasil menggapainya.

Diluar masih terdengar gedoran pintu dan teriakan seseorang, tetapi aku tetap tidak menghiraukannya. Aku hendak memakan obat yang aku pegang tetapi tiba-tiba saja perutku melilit membuatku memuntahkan darah hingga mengenai lantai. Aku terus muntah darah, sambil menahan sakit ditubuhku yang sangat menyiksa.

"astagfirulloh litaa" teriakan seseorang dan membantuku. Aku menengok dan melihat siapa seseorang yang baru saja datang.

"se-serli" gumamku.

Serli tidak menjawab panggilanku, serli kembali datang dengan segelas air di tangannya. Sebelum memberi air kepadaku, serli lebih dulu mengelap mulutku yang banyak darah dengan tissue basah. Dan memberiku segelas air hangat.

"sorri, obat gue dong ser" ujarku membuat serli mengambil kotak obat yang sempat terjatuh ke lantai. Dengan telaten, serli membantuku meminum obat.

"ser, ke-"

"ssttt,, Jangan nanya apa-apa dulu, sekarang loe istirahat dulu. Gue akan siapkan makan siang buat loe," ujar serli memotong ucapanku. Serli menyelimuti tubuhku. Dan tak butuh waktu lama akupun terlelap.

Aku terbangun dari tidurku, dan terlihat kamarku sudah rapi tidak seperti sebelumnya. Aku beranjak dari tidurku tetapi serli masuk kedalam kamar dengan masih memakai celemek di tubuhnya. "loe udah bangun yah, pas banget gue baru selesai buat bubur. Bentar yah" ucap serli.

Tak butuh waktu lama serli kembali memasuki kamar dengan semangkuk bubur dan sudah melepas celemeknya. Serli duduk disampingku.

"ini udah gak panas, cuma sedikit hangat. Ayo langsung dimakan" serli hendak menyuapiku tetapi aku menolaknya.

"gue bisa sendiri" ujarku tetapi serli menggelengkan kepalanya dan memaksa menyuapiku.

"jangan protes, dan makan lah" ujar serli tersenyum membuatku ikut tersenyum.

"loe bisa kesini? Kak Daniel gimana? Pasti dia akan marah banget sama loe" ujarku sambil mengunyah makananku.

"tidak akan, loe tenang saja" jawab serli kembali menyuapiku, aku sempat curiga.

"kenapa? Apa terjadi sesuatu?" Tanyaku menatapnya curiga.

"gak ada kok, tha" jawab serli, aku menahan tangan serli yang hendak menyuapiku lagi.

"katakan ser, apa yang terjadi?" tanyaku penuh kecurigaan membuat serli tersenyum.

"gue putusin Daniel" jawab serli santai.

"tapi kenapa? Ser loe kan sangat mencintainya," ujarku.

"itu kesalahan gue, karena terlalu mencintainya. Gue jadi ngebiarin sahabat gue yang lagi butuh gue," ujar serli membuatku terdiam. Jadi ini karena aku.

"kenapa loe lakuin ini sih?" aku merasa sangat kesal, dan langsung merebut mangkuk dari tangan serli dan menyimpannya diatas meja disamping ranjang. "pergi dari sini sekarang, pergi ser dan minta maaflah ke kak Daniel," Aku memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidurku lalu menarik tangan serli menuju pintu keluar.

"gue gak butuh loe, gue bisa sendiri. jadi lebih baik loe pergi," ucapku dengan kesal.

"nggak tha" serli masih berusaha menahan dirinya.

"SERLI !!!!" bentakku membuat kami berdua terdiam dan bertatapan. "PERGI SEKARANG !!!!" teriakku, aku tak ingin menghancurkan kebahagiaan serli."gue gak butuh loe, loe sama saja seperti yang lainnya. Jadi pergi sekarang !!!" usirku dingin membuat serli menangis terisak. Aku menundukkan kepalaku dan berbalik memunggungi serli. "pergilah, ser. Jangan kasihani gue," ujarku tetapi serli memelukku dari belakang sambil menangis.

"gue bukan yang lain, yang akan percaya dengan sikap dingin dan bentakan dari loe. Gue tau ini bukan dari hati loe, gue tau loe kesepian dan butuh gue," isak serli. "biarin gue bersama loe, jangan biarin gue melakukan kesalahan yang sama untuk yang kedua kalinya. Loe inget kan janji kita dulu. Kalau sahabat adalah segalanya," isak serli membuatku ikut menangis. Sebesar ini rasa sayang serli pada sahabatnya, hanya serli yang masih menjunjung kesepakatan persahabatan kita.

"tapi gue hanya akan menyusahkan loe, gue gak mau loe ngorbanin kebahagiaan loe demi merawat gue," isakku.

"kebahagiaan gue adalah melihat sahabat-sahabat gue juga bahagia," ucap serli. "jangan sia-siakan pengorbanan gue, gue gak mungkin bisa balik lagi dengan Daniel" ujar serli membuatku terdiam. Maafin gue ser, gue menghancurkan kebahagiaan loe.

***

Sudah beberapa hari serli menginap di rumahku, menemaniku. Aku merasa senang karena akhirnya aku tak merasa kesepian lagi. Ada serli yang menghiburku. Aku mulai menceritakan semuanya kepada serli mengenai hubunganku dengan angga dan mengenai penyakitku

"Angga sialan, gue harus kasih dia pelajaran," ujar serli kesal

"sudahlah ser, gak usah diperpanjang," ucapku

"tapi lita, ini udah kelewatan" ucap serli masih emosi

"sudahlah, semuanya sudah terjadi ini" jawabku santai

"lita" serli memegang kedua tanganku. "maafin gue, gue bener-bener gak tau kalau kenyataannya seburuk ini. Maafin gue karena gue bukan sahabat yang baik buat loe" ujar serli dengan menangis.

"sudahlah, loe gak salah kok" aku tersenyum padanya.

"tapi kalau aja gue gak egois, kalau aja gue gak selalu nurut sama Daniel mungkin loe gak akan jadi seperti ini, tha" isak serli.

"sudahlah, ini semua sudah takdir dan loe gak perlu menyesalinya. Gue seneng sekarang loe bisa nemenin gue," aku tersenyum padanya.

"loe memang baik hati, lita gue sayang loe...hikzz" serli memelukku semakin menangis terisak.

"sssttt sudahlah, gue juga sayang banget sama loe dan sahabat-sahabat gue yang lain" ucapku seraya melepas pelukannya serli.

"hapus air mata loe" aku menghapus air mata serli. "loe jelek banget kalau nangis, ntar gak bakalan ada lagi yang naksir loe" godaku membuat serli terkekeh.

"pokoknya mulai sekarang gue akan selalu ada disamping loe" ujar serli serius membuatku tersenyum.

***

Sore ini aku meminta serli untuk pergi berjalan-jalan ke taman kota, kebetulan sekali dekat dengan café. Aku duduk di salah satu kursi taman, sedangkan serli tengah membeliku air minum ke mini market. Seketika aku melihat dhika dan kak natasya menuruni mobil, aku langsung kelabakan dan bingung harus kemana. Aku beranjak dan bersembunyi di belakang pohon yang tepat berada di belakang kursi taman. Aku mengintip, dan terlihat dhika dan kak natasya duduk di kursi taman bekas tempatku barusan.

"semua persiapannya selesai, akhirnya. Aku sudah merasa sangat lelah," ujar kak natasya bergelayut manja di lengan dhika.

"kamu benar, aku juga merasa tenang. Walau pernikahan kita hanya sederhana," ujar dhika

"tidak masalah, honey. Yang penting sakral dan sah di mata tuhan" ujar kak natasya membuat hatiku terasa teriris-iris.

"honey" kak natasya terlihat memegang tangan dhika dan menciumnya membuat hatiku sangat panas karena terbakar. "apa kamu beneran mencintai aku?" Tanya kak natasya dan pandanganku langsung terarah ke arah dhika dengan harap-harap cemas, kira-kira apa yang akan dhika katakan. Dhika terlihat tersenyum dan membelai kepala kak natasya.

"iya, aku mencintaimu"

Deg... aku semakin terluka. Berasa hatiku di ambil secara paksa oleh dhika dan di serahkan ke oranglain. Aku tak mengerti kenapa secepat ini dhika berpaling dariku.

"aku akan berusaha membahagiakan kamu" tambahnya membuat hatiku semakin terluka. Sangat terluka.

Aku beranjak meninggalkan mereka berdua yang tengah berpelukan mesra. Waktu itu dhika menolakku dan mencampakanku bahkan tak mau bersamaku selama satu bulan apa karena dia sudah mencintai wanita lain? Apa ini jawabannya.

Sesampainya di dalam kamar aku melempar foto dhika hingga pecah.

Praaaank

"Aaaaaaaghhhhhhhh !!!!!" teriakku sambil menangis sejadi-jadinya. "tega kamu dhika, kamu jahat sama aku !!!! aku benci kamu, aku benci kamu dhika!!hikzzzz" isakku sejadi-jadinya. "Aku benci sama kamu dhika,, kamu laki-laki yang paling brengsek. Kamu mencampakkanku dan mengatakan cinta sama wanita lain dalam waktu yang sedekat ini. kamu tega dhika.hikzzz..hikzzzz" jeritku sejadi-jadinya.

Praaaank

Praaaank

Praaank

Aku memecahkan semua pigura milik dhika, aku menghancurkan semuanya tanpa ada sisa. "kenapa kalian jahat banget sama aku? Kalian tega? Kenapa harus secepat ini...agggggghhhhhhh!!! " teriakku sejadi-jadinya.

Praaaank

Semua barang yang ada di meja riaspun hancur dan berjatuh ke bawah. Aku melempar cermin dengan pas bunga. "AAArrrghhhh!!!!"

Prankkkk

"LITAAAAAAAAA!!!!" serli datang dan menahan tubuh ringkihku. "lita cukup, udah lita udah" serli memeluk tubuhku sambil menangis membuatku berhenti menghancurkan barang.

"hikz....hikz.....hikz.....hikz.....!!!!"tubuhku luruh ke lantai bersamaan dengan serli yang masih memelukku sambil menangis. "kenapa seperti ini? Gue masih sangat mencintainya ser. Kenapa dhika setega ini sama gue, kenapa dia seakan tak memiliki hati. Dengan mudahnya dia menolak gue untuk kembali lagi seperti dulu dan sekarang dia mengungkapkan kata cinta untuk kak natasya. Hati gue hancur, sakit ser. Sangat sakit, gue begitu mencintainya. Kenapa dhika sejahat ini...hikzz.....hikzz....hikzzz.....!!!" isakku memilukan. "gue gak bisa bohongin perasaan gue lagi, gue belum rela melepaskan dhika untuk kak natasya. Gue masih belajar untuk melepaskannya tetapi kenapa harus secepat ini?? Kenapa mereka jahat sama gue.... Apa salah gue.....hikz...hikz....hikzzz.....!!!!" isakku semakin memilukan. "kenapa takdir gue sangat menyakitkan? Gue ingin hidup normal seperti kalian" isakku, serli tidak berkata apa-apa hanya memeluk tubuhku sambil menangis. Cukup lama dalam posisi itu, akupun mulai tenang. Dan serli membantuku membaringkan tubuhku di atas ranjang, lalu dia mencabut pecahan kaca yang menusuk kakiku. Aku hanya terdiam menatap langit-langit kamar tanpa bergerak, aku merasa mati rasa saat ini. bahkan luka di kakiku tak dapat aku rasakan rasa sakitnya.

***

Aku masih duduk diam di dalam kamar dengan tatapan kosong kedepan. Aku merasa mati rasa dan tubuhku terasa sangat lemah. "lita...." mendengar suara milik seseorang yang sangat aku rindukan, membuatku langsung menoleh dengan antusias dan terlihat dhika tengah berdiri tak jauh di depanku dengan tatapan teduhnya. Aku sangat bahagia melihatnya, aku hendak memeluknya tetapi gerakanku terhenti saat melihat pakaian yang dhika gunakan. Dhika terlihat memakai tuxedo putih, lebih tepatnya pakaian pengantinnya.

"lita sayang" panggil seseorang lagi yang muncul dibelakang dhika sambil menangis. Dia adalah kak natasya dengan kebaya pengantin putihnya.

Jadi mereka datang setelah menikah? apa maksud mereka? Apa mereka mau pamer dan mengasihanikku??? Emosiku langsung meledak dan aku menyambar barang-barang di sekitarku dan melempari mereka berdua. Aku meluapkan kekesalan dan amarahku melalui ini.

"Pergi.....pergi kalian semua pergiiiiii !!" Jeritku dan terus melempari dhika dan kak natasya dengan benda yang ada di sekitarku. Aku tak butuh kasihani mereka semua. Emosiku kembali naik saat melihat mereka berdua, apalagi saat dhika terang-terangan melindungi kak natasya. Itu membuatku sangat muak pada mereka berdua.

"PERGIIIIIIII !!!!!!" jeritku, hingga merekapun keluar dan menutup pintu.

***

Aku terbangun saat merasakan badanku sakit dan serasa ada yang mengikatku. Aku terpekik kaget saat melihat empat orang laki-laki berpakaian putih-putih seperti perawat, tengah mengikat tubuhku.

"siapa kalian? mau apa kalian?" berontakku, tetapi ke empat orang itu membawaku keluar kamar. "apa-apaan ini,,, aku mau dibawa kemana?" teriakku terus berontak dan saat keluar kamar terlihat semua orang ada disana.

Serli, ratu, chacha, geng brotherhood, papa, kak natasya dan kedua orangtua dhika. "aku mau dibawa kemana? Serli tolong gue ser, gue mau dibawa kemana? Lepas!!" teriakku terus berontak.

Saat aku dibawa keluar, aku melihat dhika tengah berbicara dengan laki-laki berpakaian sama. Aku melihat tulisan di mobil putih ittu yang bertulis 'layanan kejiwaan AMI Hospital' membuatku melotot sempurna.

"apa-apaan ini? Aku tidak gila... lepass,,,, tolongg!!!!" teriakku tetapi tak ada satu orangpun yang menolongku. Mereka hanya fokus melihat kehancuranku.

Aku terus diseret menuju sebuah ruang perawatan. Aku terus berteriak dan berontak meminta tolong tetapi tak ada satupun yang mau menolongku. Setelah dimasukan kedalam ruangan itu, empat orang perawat itu langsung menutup pintu dan menguncinya. Aku terus menggedor pintu itu. "bukaaa !!!! aku gak gila,,,, buka pintunya" teriakku sambil menangis histeris

"kalian semua jahat,,,, kalian semua menipuku... aku benci kalian !!!! Apa salah aku, hah? Kenapa kalian lakuin ini?? Bukaaaa...." Teriakku semakin histeris. "aku tidak gila,, ku mohon bukalahhhh!!!!" isakku luruh ke lantai sambil berpegangan ke pintu.

"buka pintunya,, buka... hikzzz" suaraku semakin melemah, aku juga masih menggedor gedor dengan lemah. Aku langsung memeluk kedua lututku dan menyembunyikan wajahku disela-sela lututku. "tante,,, lita takutt.... Tolong lita tantee. Mereka ...hikzz.....hikzzz.....hikzz.....!!!" isakku memilukan.

***

Chapitre suivant