webnovel

BAB 22

Selama ini Naruto bekerja dalam bayangan, ia tidak pernah menampakkan diri di kantor. Gedung perusahaan berlantai tiga puluh, tidak pernah dijamah olehnya kecuali saat SMA, bila dia datang untuk menemui neneknya sepulang sekolah, dan ketika wanita tua itu mengajaknya makan malam bersama, Naruto pasti akan muncul di sana, untuk menjemput neneknya—di ruang komisaris dia selalu membuat keributan supaya neneknya cepat keluar dari gedung kantornya, dan itu ampuh sekali.

Ketika dia telah resmi diangkat menjadi Presiden Direktur lima tahun yang lalu, Naruto hampir tidak pernah muncul sebagai atasan yang melihat langsung kinerja orang-orang di sana. Ia mewakilkan segala kegiatan yang membutuhkan kehadirannya pada Iruka. Kemudian ruang pribadinya—berbeda dari ruang Presdir sebelumnya—di saat tak pernah sekalipun ditempati olehnya, hanya dibersihkan sesekali, untuk berjaga-jaga, sewaktu-waktu mungkin dia akan menempatinya.

Namun sebenarnya, ketika dia tidak muncul di antara karyawan di sana pun karena persoalan sengit di antara keluarganya, barangkali dapat dimaklumi mengingat dia anak satu-satunya, merangkap pula sebagai cucu satu-satunya.

Keluarganya sangat mencintainya, dan menjaga dirinya seperti anak-anak—sampai sekarang. Tidak dapat dihindari, ia pun tidak ingin membuat perang dingin di antara nenek dan ibunya, pada akhirnya memiliki segudang rencana agar semuanya tampak adil. Dia harus mengambil peran sang kakek sebagai seorang pebisnis dan memegang perusahaan milik kakeknya, dan untuk ibunya, dia bisa tinggal di Rusia dalam waktu yang lumayan panjang. Memang, meyakinkan untuk tidak mengikuti jalur politik, menjadi awal yang sangat sulit baginya.

Tentu saja, Naruto harus mencari cara dan membiarkan ibunya tenang dulu agar dia terbang ke Jepang dengan perasaan lega tanpa merasa berdosa sedikit pun.

Sekarang, dia merasa terbebas dan memetik hasil dari apa yang dia rencanakan teramat membuatnya bahagia. Naruto bisa kembali ke sini, dan dia bisa hidup bersama neneknya lagi, dan tentu saja mendapatkan bonus bahwa dia akan berbagi kebahagiaan bersama Hinata.

Kemudian suatu pagi, ia muncul sebagai karyawan biasa—Naruto menyamar demi beradaptasi, karena sebenarnya dia lebih suka menyetarakan semua orang di sana tanpa membeda-bedakan jabatan mereka.

Sejujurnya, ia ingin menciptakan ruang kerja yang nyaman, karyawan-karyawan yang bisa dia jadikan sebagai seorang teman, hingga mereka tidak sungkan untuk mengeluarkan pendapat mereka, dan mungkin saja itu akan menjadikan ruang rapat tidak benar-benar tegang seperti yang terjadi pada neneknya, wanita keras itu membuat semua orang di dalam gedung itu ketakutan.

Dengan kemeja putih yang amat terlihat sederhana, dipadukan oleh celana kain hitam, sepasang sneakers bertali, dia berkeliling layaknya turis sambil menoleh ke kanan maupun ke kiri. Semua orang sibuk bekerja di hari Senin. Dari mereka ada yang disibukkan menerima telepon, sibuk di depan komputer, mondar-mandir untuk mengambil referensi buku yang ada pada rak kerangka beralas kayu di pojok lantai. Sebagian menggerutu dengan menenteng cup kopi. Tidak ada satu pun dari mereka menyadari bahwa Naruto ada di sana—pemimpin mereka yang seharusnya dihormati, dan setidaknya mereka tahu itu.

Karena alasan tertentu, Naruto tidak pernah mau mempublikasikan jati dirinya, atau memang karena orangtuanya sedikit menjaga privasinya.

Awalnya mungkin mereka bertanya-tanya. Namun tahun ke tahun, mereka akhirnya membiarkan semua itu terjadi, dan tidak pernah kembali mempertanyakan kehadirannya.

Namun desas-desus kedatangannya yang harusnya dirahasiakan itu terbuka. Semua orang tidak sabar menunggunya muncul. Dan dari mereka, bahkan mulai merencanakan acara penyambutan.

"Aku mendengar kabar, bahwa mungkin saja Mr. Uzumaki akan muncul dalam waktu dekat." Naruto berhenti melangkah, ia melirik ke samping kanan. "Kurasa dia mulai mengawasi kita bekerja. Oh, iya, kenapa baru muncul sekarang? Apakah karena akhir-akhir ini sahamnya mulai turun?"

"Apa mungkin bakal ada perombakan di sini? Temanku baru saja dipecat setelah pergantian Presiden Direktur yang baru. Lalu, kemunculan Mr. Uzumaki apakah itu tanda bahwa akan ada PHK besar-besaran?" seseorang menimpali. "Orang kaya dengan banyaknya properti dan menimbun banyak saham bisa melakukan itu. Aku benar-benar sedih sekarang."

"Sialan, aku jadi penasaran seperti apa orangnya, kudengar dia sudah berusia kepala tiga."

"Ditelusuri di internet pun bahkan tidak menemukan apa-apa."

"Bukankah keluarganya salah satu keluarga politik berpengaruh di Rusia?"

"Kakeknya adalah orang Jepang, sementara neneknya Duta Federasi Rusia, apakah itu benar?"

"Ah," Naruto muncul di antara mereka seperti ombak yang muncul di tengah badai, tentu saja, dia berhasil untuk tidak membuat mereka merasa curiga sedikit pun. "Karena neneknya yang teramat sayang, begitu pula orangtuanya, kurasa sampai kapan pun akan sulit menemukan fotonya di internet, orang gila mana yang akan berani dengan hal itu? Neneknya sangat mengerikan!" orang-orang itu mencermati Naruto, kali ini mereka menunggu kelanjutannya, pria itu jelas mampu menghipnotis di tengah ketegangan yang terjadi.

"Seharusnya kalian tahu, bahwa nenek Mr. Uzumaki sangat begitu mengerikan. Siapa pun yang berani membuat cucunya muncul di surat kabar, akan dikejar meski ke neraka sekalipun."

Keadaan jauh lebih ramai dari yang Naruto kira.

Mereka semua berbisik dari satu ke satu. Setengah dari populasi di ruangan itu awalnya tidak begitu tertarik, tapi mereka semuanya merapat dan berbicara kemungkinan-kemungkinan yang tentu saja tidak akan terjadi nantinya. Naruto tertawa karena hal itu, tapi cukup untuk menahannya sedikit saja.

Kemudian, ketika Naruto hendak mengambil duduk pada salah satu kursi karyawan, Iruka muncul dengan terengah-engah. "Apa yang kaulakukan di sini!" Iruka terlihat marah, pasti ini karena dirinya yang tiba-tiba menghilang, padahal Iruka memberitahu, kalau laki-laki itu akan pergi ke tempat parkir sebentar untuk meletakkan Land Rover-nya.

"Apa kau mau minum air dingin?" Naruto menawari—sebenarnya tidak serius. "Aku hanya ingin berkeliling sendiri, mungkin saja menemukan sesuatu yang menarik di sini. Ternyata banyak wajah-wajah baru."

Iruka melirik segerombolan karyawan yang di antaranya sibuk bekerja, sebagian dari mereka pun masih bergosip ria. "Jangan pernah menganggap tempat ini sebagai tempat mainmu."

"Hei, yang benar saja," Naruto berucap tanpa menyesal. "Aku berencana memberikan pengumuman, dan memperkenalkan diri pada mereka. Apanya sebagai tempat bermain." Iruka dapat menemukan bahwa laki-laki itu berdusta. Mendengar sekitarnya berbisik-bisik, Iruka tahu apa yang barusan Naruto lakukan di sini.

Iruka menarik napas. "Saya perkenalkan," orang-orang di sana melirik ke arah Iruka, kemudian yang terjadi, Iruka mengumumkan pada mereka. "Saya perkenalkan, seseorang di sebelah saya adalah Mr. Uzumaki, Presiden Direktur yang mulai menempati lantai paling atas, kuharap kalian bisa mengingatnya. Mohon bantuannya, karena mulai sekarang dia akan sering datang ke kantor."

Naruto memandang kesal ke arah Iruka.

Di tempat duduknya, Naruto tidak lagi nyaman saat orang-orang di tempat itu mulai terkejut memandanginya.

Chapitre suivant