webnovel

Para Pemegang Saham Menggila

"Hansel, kau benar-benar pria busuk." Kataku.

Ia terkejut. "Jagan salah sangka. Aku tak mungkin merebut Vina darimu bukan?katakan apa yan terjadi padanya?"

"Ia bicara ngelantur sejak bertemu dengan Budayana. Apa kau tahu sesuatu?"

Hansel mendekati dan mengamati wajah Vina.

"Vina bukan orang yang lemah. Pasti itu hal yang menyangkut masalah pribadi. Aku tak tahu. Kami bertemu terakhir saat Vina masih di rumah sakit bukan. Saat membawanya pulang, aku tak ingin kau tersinggung dan marah dengan menjenguknya."

"Apa yang membuat anda berfikir, aku mengerti sesuatu?"

"Kau adalah temannya."

Hansel tertawa. "Kau adalah suaminya. Apa kau tidak lebih mengenalnya dari pada aku?"

"Cobalah untuk tidak menentangnya. Dia hanya tidak suka diatur."

Kata Hansel lagi.

"Jangan khwatir, aku tidak akan merebutnya darimu. Lagi pula, ia tidak tertarik denganku sama sekali. Meski aku tertarik, ia hanya akan menjadi teman baik tak lebih dari itu. Ia membantuku mendapatkan gadis yang tadi kau lihat. Kau bisa lihat, aku dan Vina memang berjodoh. Tapi sayang, hanya sebagai teman."

Aku bangkit dari tempat tidur.

"Aku mengerti, maaf telah salah sangka terhadapmu."

"Tak masalah. Lagi pula Vina banyak membantuku. Satu lagi, aku berjanji akan membantu Vina. Aku telah bersaksi, bahwa aku memang menerima beberapa kontrak ganjil saat di Sleep and See. Dan dalam kasus Georgia, aku juga telah bersaksi, mantan kekasihmu itu membabi buta mencoba membunuh Vina."

"Jika begitu, aku bisa tenang."

Hansel segera kembali setelah kami bicara. Ia memiliki jadwal padat. Selain itu, ia juga tak ingin membuat kekasihnya cemburu.

Malam hari, Vina terbangun. Ia terlihat bingung. Aku mendekatinya.

"Apa yang terjadi?" tanyanya.

Aku membantunya bangun dan memberikan air untuknya. Tak tahu harus mengatakan apa, aku hanya tersenyum dan tak ingin membuatnya panik.

"Aku merasa pusing. Apa aku mendapatkan obat penenang lagi?"

Aku hanya mengangguk. Berbohong padanya hanya akan membuatnay semakin rumit.

"Maafkan aku, sudah banyak menyusahkanmu!" katanya lirih.

"Vina, ini bukanlah masalah." Kataku mengawali pembicaraan dari hati ke hati kami. "Kau sudah menghadapi semuanya sendiri. Dan ini sangat berat. Jika kau tak keberatan, aku akan membantumu. Aku, Angela, Moore, Luke..kami semua ada untuk membantunu. Kau tak perlu berjuang sendiri."

Ia tak menjawab dan hanya memelukku.

"Diamlah.", bisiknya ditelingaku.

"Aku mengerti"

Setelah merasa lebih baik, Vina pergi menemui Moore. Ia sedang berjaga di salah satu kamar.

"Yap, aku sudah mendapatkan bukti rekamannya. Kita bisa membawa semua ini ke pengadilan." Katanya bersemangat.

"Terima kasih."

"Satu lagi nyonya, aku berhasil meretas rekening beberapa orang yang ada di daftar yang Penny buat. Mereka mendapatkan banyak transfer dari keluarga korban, seminggu setelah pemakaman."

"Lux, apa artinya ini?"

Aku terkejut dengan pertanyaan Vina. Ini pertama kalinya ia bertanya hal seperti itu padaku.

"Artinya mereka menerima uang dan benar-benar melakukan pembunuhan dengan bantuan Sleep and See." Kataku singkat.

"Apa ini akan dimasukkan dalam kasusk sabotase?" kata Vina lagi.

"Benar, tapi kita tak punya pilihan." Jawabku singkat.

"Baiklah, kalian para pria lebih paham dariku bukan? Kau urus masalah ini Lux."

Aku dan Moore saling padang mendengar perkataan Vina. Apa ini hanya mimpi? Ia memintaku membantunya?

"Tuan, apa yang harus saya lakukan sekarang?" tanya Moore.

Dalam kebingungan aku meminta Moore terus melakukan tugasnya. Aku kembali ke kamar mengejar Vina.

"Kau mundur?" tanyaku.

"Tidak"

"Lalu apa?" tanyaku lagi dengan lembut tak ingin membuatnya tersinggung.

"Aku lelah. Tolong aku atasi semua ini Lux." Katanya.

"Vina, aku…"

Vina mengentikan ucapanku.

"Aku serahkan semuanya padamu. Mulai sekarang, aku percayakan padamu. Aku tidak akan ikut campur lagi. Aku lelah. Benar-benar lelah. Aku sudah banyak menyusahkanmu akhir-akhir ini bukan?"

"Bukannya aku tidak senang, tapi kau seperti orang yang putus asa Vina."

"Lux, selesaikan semua ini dan aku ingin segera pergi dari ini."

"Kau ingin kemana?" tanyaku lirih.

"Pergi ke tempat tak seorang pun mengangguku."

"Baiklah aku mengerti. Kita selesaikan ini dan kita pergi bersama. Aku sudah berjanji tak akan meninggalkanmu."

Vina tak menjawab. Aku kembali turun dan menelepon Luke.

"Tuan, alasan aku menemukan alasan mengapa Andrew Lau meninggalkan Nyonya." Kata Luke.

"Itu sudah tak penting, kita bereskan semua ini. Setelah ini aku akan membawa Vina."

Aku meminta Sandra mengawasi Vina.

"Jangan biarkan dia bertindak bodoh." Kataku padanya. Sandra memberi anggukan mengerti, Moore terlihat bingung.

"Nyonya tidak akan ikut campur lagi?"

Tanpa banyak bicara, Moore kubawa untuk menyerahlan banyak barang bukti baru. Selepas itu, aku membawanya ke rapat pemegang saham.

"Nyonya Immanuel yang terhormat tidak hadir?" sindir Nyonya Truxbell. "Sudah kuduga wanita itu cuma menggertak."

Aku mengamati mereka semua satu persatu. Liong Tsue terlihat sangat tidak senang dengan kehadiranku. Ia menyukai Vina, tentu saja ia tak akan kooperatif lagi setelah ini. Seletah mereka semua lengkap, aku baru memulai pesta ini.

"Aku yakin, kalian semua sudah mendengar apa yang CEO kita bicarakan dua hari lalu. Kalian sudah mendapatkan waktu. Maka, aku ingin tahu siapa saja yang terlibat dalam Healing Trill dan menyerahkan dirinya secara suka rela"

Semua orang saling pandang.

"Tidak ada yang namanya Healing Trill. Itu hanya karangan istrimu!" bentak Nyoya Trux.

"Baiklah, silahkan anda nilai sendiri." Kataku. "Angela, biarkan mereka membawa siapa pun yang terlibat. Termasuk yang ada di ruangan ini."

Angela menelepon dan membiarkan para polisi itu masuk. Mereka meminta beberapa orang pemegang saham termasuk Nyonya Truxbell untuk mengikuti mereka.

"Kau gila, tak kenal siapa aku?"

"Nyonya, semua orang tahu anda istri dari jeneral besar. Tapi, salah tetaplah salah!" Debat orang yang membawanya.

"Kau akan menyesali kata-katamu. Kau dan keluargamu!" bentak Nyonya Truxbell.

"Benar, kami akan memanggil pengacara kami dan menuntut setiap dari kalian." Kata pemegang saham lain.

"Tuan-tuan dan Nyonya sekalian, kalian boleh lakukan apapaun yang kalian suka. Saya, hanya melaksanakan perintah. Lagi pula kalian semua adalah pembunuh. Tak perlu banyak surat peringatan untuk membawa kalian semua. Jika memang merasa tak salah, silahkan jelaskan di kantor polisi."

Nyonya Truxbell melakukan panggilan.

"Suruh anak buahmu ke sini dan bereskan semua orang termasuk Immnuel dan istrinya!"

Tak berapa lama setelah berteriak, raut wajah nyonya itu berubah.

"Mengapa nyonya? Mengapa anda terlihat tidak senang?" tanya kepala posili yang ada di ruangan itu.

"Oh ya, aku hampir lupa. Suami anda sedang dalam tahanan saat ini. Ia terbukti melakukan kekerasan dan meminta sejumlah uang pada beberpa perusahaan. Kami juga menerima bahwa anda mengancam dan meminta banyak gratifikasi sebagai uang keamanan. Jangan khawatir, kalian akan bertemu nanti."

"Tidak! Kau bohong!"

Pakkk!

"Itu hukuman karena menipuku"

Pakkk! Tamparan ke-dua melayang.

Chapitre suivant