webnovel

Malam Yang Panjang

Kami pergi keluar dari gedung milik Sleep and See. Hansel memakai mobil sport warna Navy.

"Masuklah"

Setelah aku masuk ia menutup pintu dan berputar ke sisi lain mobil.

"Kita akan mengunjungi salah satu rumahku. Maaf yang ini agak sempit" katanya sambil mengemudi.

"Lihat dirimu kau terlihat sangat menarik. Pintar dan tidak suka berbohong. Yakin tak mau masuk ke dalm kandidat istriku?"

"Tidak terimakasih."

Lampu mulai hijau dan Hansel menginjak gasnya kembali.

"Aku tak terbiasa mendapat penolakan dari orang lain. Kau benar-benar berbeda. Jujur aku mulai benar-benar tertarik padamu. Asal kau tau aku bisa berikan semua hal mewah yang kau inginkan. Percayalah padaku."

"Manusia tidak hanya hidup dari harta Hansel."

Hansel tertawa. "Harusnya kau bilang manusia tak hanya hidup dari roti Vina."

Berkendara kurang dari tiga puluh menit kami tiba di kediaman Hansel. Sebuah rumah minimalis di kawasan yang cukup elite. Ia keluar terlebih dahulu dan membuka pintu untukku.

"Selamat datang di rumahku, masuk lah. Semua pengurus rumah sudah pulang saat sore. Hanya ada petugas keamanan saat malam."

Rumah ini cukup luas di bagian dalam. Bersih dan terlihat mewah meskipun tak begitu luas. Hansel membuka kamar utama. Semuanya terlihat rapi.

"Masuklah. Ingin makan sesuatu? Kau bahkan belum makan apapun."

Aku menggeleng. Hansel mengambil pakaian dari lemarinya dan bergegeas menuju kamar mandi. Ia mengganti baju dan mandi sekitar kurang dari lima belas menit.

"Jadi mengapa kau ingin mengikuti program ini?" tanyanya padaku.

Aku terdiam tanpa jawban seperti biasanya.

"Apa kau butuh uang atau popularitas?"

"Tidak. Jujur aku sendiri sebenarnya tak tahu apa tujuan hidupku. Aku sudah tak menginginkan apapun."

Hansel berfikir keras mencerna kata-kataku.

"Apa kesepakatanmu dengan Sleep and See?" tanyaku padanya. "Kau berjanji akan menjawab apapun yang kutanyakan."

Hansel tersenyum dan duduk di sampingku.

"Aku harus bertanya pada managerku. Aku akan minta dia menuliskannya secara rinci. Dan mengirimnya melalui email."

Hansel bangkit dari tempat tidurnya setelah melakukan panggilan di depan mataku. Ia meminta agar managernya melakukan seperti yang ia janjikan padaku.

"Minumlah. Ini Wine terbaik yang aku miliki."

Aku mengambil gelas wine yang Hansel berikan padaku. Saat selesai menelpon rupanya ia ke mini bar di dapur dan mengambil dua gelas minumam. Aku mencoba mencicipi sedikit. Rasanya sangat kuat.

"Ini akan menjadi malam yang panjang. Terimakasih sudah mau datang ke rumahku."

Hansel menghentikan kata-katanya.

"Ada beberapa kamar. Ambilah. Aku yakin kau tidak akan mau tidur dengan ku bukan?

"Aku di sini bukan untuk tidur. Apa kau memiliki laptop atau semacamnya. Yang kira-kira bersifat pribadi dan tak mungkin dipantau? Aku membutuhkannya. Aku ingin mencari tahu beberapa orang."

Hansel merebahkan dirinya di sampingku. Ia meletakkan gelas di meja samping tempat tidur.

"Yakin tak tertarik tidur denganku?"

"Tertarik." Kataku. Itu membuat Hansel bangkit.

"Tapi aku takut tidak bisa memenuhi keinginannmu."

Hansel berfikir sejenak dan mengambil kembali gelas berisi wine.

"Kau boleh pakai apapun yang ada di ruangan ini."

"Terimakasih." Aku bangkit dan berjalan keluar kamar.

Aku berkeliling dan melihat-lihat. Di depan kamar ada ruang bersantai dengan TV yang besar. Dibaliknya ada mini bar dan ruang makan serta dapur kotor. Ada sedikit ruang terbuka dihalaman belakang. Meski sempit terlihat begitu indah.

Aku mengambil sebuah laptop dari salah satu meja di rumah itu. Aku membawanya duduk di meja makan depan ruangan santai. Aku sengaja tak memilih kamar, takut terjebak dan tak bisa keluar. Dari sini aku bisa melihat Hansel masih bermalas-malasan.

"Bisa beritahu aku apa passwordnya?"

Hansel bangkit dan segera menghampiriku. Ia mangambil kursi di depanku dan meletakkan wine serta ponsel yang ia bawa.

"Aku bahkan tak tahu apa passwordnya. Aku tak pernah memakainya. Itu hadiah dari klien."

Aku melihat tajam ke arah Hansel dengan tatapan tak percaya. "Coba namaku." Katanya simple.

"Tidak bisa"

"Tanggal lahirku. 30 November"

Masih gagal. "Sekali lagi maka akan terkunci."

"Tenang. Aku ada ide." Ia segera menekan nomor telepon dan bertanya pada seseorang.

"Loveyou"

Aku hanya terdiam mendengarnya mengatakan Love you. Hanselsegera sadar aku tak menangkap maksudnya.

"Passwordnya L-o-v-e-y-o-u. Itu hadiah dari perushaan yang mengontrakku sebagai bintang iklan. Passwordnya Loveyou."

Jemariku mulai mengetikkan Loveyou. Dan terbuka.

"See, aku tak berbohong."

Aku mulai berseluncur di internet. Hansel masih duduk di depanku.

"Baiklah. Aku akan menelpon dua model bugil untuk menemani pestaku malam ini. Kau tidak keberatan bukan?"

"Tidak. Lakukan apapun yang ingin kau lakukan. Aku akan mengerjakan apa yang ingin aku kerjakan."

Setelah menelpon dan memesan kurang dari tiga puluh menit. Dua orang wanita muncul dari pintu depan. Satu berkulit Asia berambut hitam yang lain berkulit Eropa berambut merah wave.

Mereka mengenakan lingerin. Tampak begitu sempurna dan memesona. Hansel berdiri dan menyambut mereka. Ia memperkenalkannya padaku.

"Apa kau akan ikut berpesta bersama kami?" tanya si wajah asia.

Aku tak menjawab apapun dan Hansel menjelaskan dengan sangat baik. Ia menjelaskan aku wanita baik-baik. Dan seterusnya. Dua model itu segera mengerti dan tidak mengangguku.

"Vina selalamat malam. Jika managerku menelpon jawablah. Kalau butuh apapun aku ada di kamar. Aku sengaja tak menutupnya."

"Aku mengerti."

Hansel segera berjalan merangkul dua wanita itu di sisi kanan dan kirinya. Mereka segera masuk ke kamar dan tanpa menutupnya. Aku mendengar suara-suara yang membuat siapa saja langsung paham apa yang mereka kerjakan di dalam kamar.

Saat aku menoleh ke arah kamar mereka mashing-masih sudah menanggalkan pakaian mereka.

"Vina Oh…Vina." Kata Hansel.

Aku mencoba mengabaikannya. Namun semakin ku abaikan ia bersuara semakin keras memanggilku. Aku bangkit dan membawa laptop . Aku bermaksud pindah di sofa di ruang tamu. Tak kusanggka saat melintasi kamar yang tak tertutup aku melihat mereka dalam pose yang luar biasa menantang.

Hansel menyadari aku lewat segera melambaikan tangan memberi isyarat agar aku mendengarnya.

"Vina, kau yakin tak mau ikut pesta ini? Oh…."

Belum sempat aku menjawab wanita berambut merah memeluk Hansel dan mencium telinganya.

"Ikutlah dengan kami. Kami akan memuaskanmu Vina." Bujuk wanita itu.

Aku hanya tersenyum dan berusaha menahan rasa muntah.

"Tidak terimakasih aku sedang sibuk. Kalian silahkan melanjutkan pesta kalian."

Mendengar aku mengatakan itu. Hansel segera berganti posisi dan melanjutkan pestanya. Aku melangkah pergi dan berusaha agar tak memasukkan adegan mereka ke kepalaku.

"Oh…Ku mohon jangan berhenti…Hmmmm….Sempurna….Hmmm"

"Tidak tahu malu." , gumamku.

Semakin lama mereka semakin heboh. Beberapa kali erangan terdengar disertai tawa serta desahan. Aku berusha konsentrasi.dan mencoba berselancar se-efisen mungkin seteliti mungki. Aku tak bisa menyimpan semua ini di ponselku.

Chapitre suivant