webnovel

Bab 4

Jangan lupa Vote and Coment

Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga nanti terlihat seperti bintang yang muncul dari timur atau bintang barat yang berpijar. Lalu ada yang bertanya, "siapa mereka itu?, "mereka itu adalah orang-orang yang mencintai karena Allah 'Azzawajalla. (HR. Ahmad)

Aku berniat mengembalikan buku yang aku pinjam selama seminggu ini di perpustakaan pusat. Aku takut terkena denda, karena buku yang aku pinjam juga banyak. Ketika aku melewati ruang pemeriksaan identitas. Aku tidak menyadari jika buku yang kubawa akan di senggol seseorang. Lalu yang terjadi selanjutnya aku dan orang itu sama-sama jatuh.

"Bugh.."

"Mbak nada?" Ujarku ketika tahu jika wanita yang menabrakku adalah nada sahabat Mas Ahwan. Aku langsung bangkit menolongnya.

Saat itu aku melihat dari keluar dari lengannya. Sepertinya luka itu terkena penggaris besi yang Mbak Nada bawa pikirku setelah melihat sebuah skripsi dan penggaris besi yang tergelat di bawah, pada pangkal penggaris tersebut ada percikan darah. Benda-benda tersebut bukanlah milikku.

"Mbak tidak apa-apa?" Tanyaku. Gadis itu terlihat seperti menahan sakit dan kepanikan. Aku bisa melihat jika Mbak Nada seperti mengharapkan sesuatu.

"Tolong aku Sheila," pinta Nada.

"Tolong ambil ponselku. Dan tekan nomer 5 untuk panggilan darurat." Dengan cepat aku melakukan hal yang diperintahkan mbak Nada, walau aku merasa ada yang aneh. Kenapa mbak Nada terlihat takut? Padahal hanya luka kecil dan darah yang mengalir di pergelangan tangannya. Bahkan anak kecil saja tidak akan menangis terluka seperti itu, apalagi mbak nada yang sudah besar.

Aku melakukan apa yang Nada inginkan. Aku mengernyit mendapati nama "MyHero". Aku jadi penasaran siapa orang yang ingin di hubungi Nada? Hingga wanita cantik itu menamai kontaknya dengan sebutan pahlawan, pasti orang itu sangat berarti di hidup mbak Nada. Ketika dering nada ketiga tersambung, aku langsung mendekatkan ponsel ke mbak Nada.

"Tolong aku, aku di perpustakaan." Ujar Nada pada orang yang ditelponnya.

"Terimakasih ya." Aku mengangguk kemudian membantu Mbak Nada duduk di salah satu kursi tunggu di perpustakaan.

Aku mengambil sapu tanganku, kemudian membebat tangan Mbak Nada. Karena aku merasa aneh darah yang keluar tadi belum mengering dan terus keluar walau sedikit.

"Mbak kesini sendiri?" Tanyaku.

"Tadi ditemenin tapi dia lagi ke depan beli minum." Jawab Mbak Nada sambil tersenyum.

"Oh,"

"Kamu harus menemaniku sampai orang itu datang," ujar Mbak Nada aku merasa ada yang aneh dengan senyumnya. Entahlah aku tidak ingin suudzon terhadapnya. Dan anehnya aku menuruti keinginan wanita itu untuk menunggu.

"Sebentar mbak aku balikkin buku dulu." Nada mengangguk mengiyakan. Aku ketempat pengembalian dan Mbak Nada duduk di sofa yang tidak jauh dariku. Sembari mengantri aku mengamati Mbak Nada takut jika wanita itu kenapa-kenapa. Karena nampaknya darah wanita itu belum mengering.

"Kamu tidak apa-apa," sebuah suara yang sangat aku kenal muncul di hadapan mbak Nada. Aku terkejut mendapati Mas Ahwan disini. Aku berusaha mengamati mereka tanpa berani mendekat. Rasanya begitu mengejutkan mendapati orang itu disini.

Pria itu terlihat khawatir menatap Nada. Apa yang terjadi? Apa pria yang ditelpon Nada tadi adalah Ahwan. Berarti pria yang berstatus suaminya itu sejak tadi bersama Nada. Dan pria berinisial "myhero" yang aku hubungi adalah Mas Ahwan. Orang yang ditunggu kehadirannya oleh Mbak Nada. Kenapa harus seperti ini?

Aku terdiam, menelan ludah menerima kenyataan pahit ini. Bahwa pria yang aku cintai begitu mengkhawatirkan wanita lain selain aku. Apa Mas Ahwan juga mencintai Nada yang notabene sahabatnya?

"Apa yang mas lakukan disini?" Ujarku dalam hati. Entah kenapa lidahku terasa Kelu mengucapkan itu, aku belum sanggup menerima kenyataan jika akan ada wanita lain di hidupku. Mas Ahwan nampak tidak menyadari kehadiranku.

Karena Pria itu malah menuntun Nada untuk pergi. Dia tidak mengatakan apapun bahkan tak menoleh sedikitpun dan tidak merasa bersalah. Begitupun dengan Nada ia malah seolah-olah menunjukkan kemesraannya di depan umum. Aku terluka melihat itu. Hal baru yang aku ketahui dalam kehidupanku setelah menikah, jika selama ini Mas Ahwan masih berhubungan dengan Mbak Nada.

Pria itu terlihat sangat khawatir terhadap Nada. ia seperti lebih mementingkan wanita itu dari pada orang di sekitarnya. Tanpa aku sadari air mataku turun. Rasanya sakit sekali ketika diabaikan dengan pria yang kita cintai.

Lalu kenapa mbak Nada seakan-akan merasa tak bersalah. Jika ia meminta tolong pada suamiku. Malah wanita itu terkesan ingin menunjukkan sesuatu padaku. Suatu hal yang membuatku hancur, Mbak Nada seolah ingin memperlihatkan jika Nada begitu berarti di hati Ahwan.

Aku jadi meragukan jika pria itu juga mencintaiku. Namun kenapa dia memutuskan untuk menikah denganku jika dia tidak mencintaiku? Mataku berkaca-kaca, aku mencoba menghapus linangan air mata yang membasahi wajahku. Aku seperti orang bodoh yang hanya bisa diam saja melihat pria yang aku cintai bersama wanita lain.

Tapi apakah aku boleh meragukan cintanya? Bahkan Mas Ahwan kemarin mengatakan jika ia takut kehilanganku. Bahkan menyuruhku untuk menjauh dari semua laki-laki karena dia begitu cemburu. Bukannya cemburu tanda cinta. Berarti pria itu mencintaiku bukan?

Padahal aku masih ingat perkataannya malam itu. Malam dimana kami menghabiskan waktu berdua di villa. Kami berdua tertidur di hamparan rumput sambil melihat indahnya bintang berkelap-kelip di langit.

Rasanya indah sekali malam itu. Masih jelas diingatanku.

****

Flashback

"Mas binatangnya indah ya. Sheila mau kita berdua bisa melihat bintang yang indah seperti ini selamanya," ucapku sambil menunjuk bintang-bintang di langit.

Aku merasakan usapan tangannya di rambutku. Seakan mengantarkan rasa kasih dan sayang yang tulus untukku.

"Kamu tahu tidak ada orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga nanti akan terlihat seperti bintang yang muncul dari timur atau bintang barat yang berpijar." Ujar Mas Ahwan. Aku tertarik mendengar itu. Dengan raut wajah penuh ingin tahu.

"Siapa mereka mas?" Tanyaku.

"Mereka itu adalah orang-orang yang mencintai karena Allah 'Azzawajalla. Apakah kamu sudah mencintai mas karena Allah? Sama seperti mas yang mencintaimu karena Allah." Aku terpaku mendengar itu. Jantungku berdebar begitu cepatnya. Lagi-lagi pria itu memperlakukan hal manis. Mas Ahwan selalu bisa mengutarakan rasa cintanya hingga membuat pipiku merona malu.

Aku mengangguk malu-malu kemudian aku merasakan kecupan hangat di kening dan lingkaran tangannya di pinggang. Dia mendekap ku erat seakan-akan tidak ingin kehilanganku.

***

Aku berusaha menenangkan hatiku. Bahwa antara mbak Nada dan Mas Ahwan hanyalah sahabat masa kecil sama seperti aku dan Valdo. Mas Ahwan hanya khawatir dan kebetulan Nada meminta tolong Ahwan karena dia sahabatnya yang sedari kecil melindunginya. Sama seperti aku yang menganggap Valdo adalah pahlawanku.

Aku percaya pada hatiku jika Mas Ahwan hanya mencintaiku. Hanya aku...

Lanjut atau tidak?

Jangan lupa Follow Instagram @wgulla_

Chapitre suivant