webnovel

Aku tidak menggoda Raja

"Omong kosong."

Kedua selir itu tak mau mempercayai perkataan Ursulla. Wanita mana yang tidak berlomba untuk memenagkan hati Raja Reijin. Tidak ada yang tidak terpesona oleh ketampanan Raja Dinasty Cheon itu.

"Kau seperti perempuan lainnya. Munafik. Berpura-pura tidak menginginkan, tetapi sebenarnya bernafsu bersanding dengan Raja."

Ursulla terus diserang kedua wanita itu. Mulut mereka begitu sadis. Ursulla sampai kehilangan kata-kata menjelaskan apa yang sebenarnya ia rasakan. Dan ia memutuskan diam mendengarkan kalimat-kalimat pedas yang mereka lontarkan.

Iris gelapnya sambil lalu mengamati dua wanita cantik di depannya seksama. Mereka terlihat berkelas, pakaian serta riasannya tampak mewah dan elegan. Bukan seperti penampilan para dayang atau pegawai istana lainnya. Ursulla membatin, apa mereka adalah putri kerajaan ataukah selir Raja? Atau sesuatu yang lainnya yang punya kedudukan?

Tetapi Ursulla menyimpan semua pertanyaannya. Dia lebih fokus akan sikap mereka. Kedua perempuan ini tampak seperti anak bangsawan yang suka menindas rakyat jelata. Mereka senang disanjung dan selalu dianggap benar. Sikap mereka kurang lebih seperti Mayo, kakak tirinya.

Ursulla malas meladeni orang-orang seperti ini. Jika dia tidak mengalah, maka pertikaian ini tidak akan tamat.

Ursulla menghela nafas, "Jika itu yang kalian pikirkan. Semua salah." Dia meringis , menyentuh dada merendah,

"Lagipula apa aku terlihat pantas menjadi selir Raja?"

Dua selir itu menatap cemooh, "Tentu saja tidak."

"Nah... Maka dari itu tidak perlu khawatir."

Ursulla menatap mereka hangat. Memberi pengertian pada dua gadis itu, "Yang Mulia Reijin memang tampan dan type idaman wanita. Tapi nona, aku sungguh tidak ingin menjadi selirnya."

"Lagipula aku hanya akan menikah dengan orang yang aku cintai dan hanya memiliki aku sebagai wanita di hidupnya."

Di sudut yang tak terlihat, Raja Reijin menyandarkan punggung di bawah pohon. Sedari tadi mendengar percakapan mereka dalam diam. Sebelah alisnya terangkat ketika mendengar ucapan terakhir Ursulla sebelum wanita itu pergi meninggalkan selirnya yang tampak kesal karena ia pergi begitu saja tanpa mau mendengar komentar mereka lagi.

****

Benar-benar menyebalkan.

Ursulla segera merebahkan diri di ranjang. Dia ingin ketenangan dan meluapkan kesedihannya. Tetapi malah mendapat gangguan tak terduga.

Ucapan mereka masih membekas. Seberapa besar ia mengacuhkan perkataan dua wanita itu, tapi tetap saja berhasil membuat hatinya terluka.

Dikatakan rendah, penggoda, jalang, tak tahu malu, miskin, makhluk asing dan lain-lainnya.

Sungguh mereka tidak punya perasaan.

Ursulla memejamkan mata. Menyentuh dadanya yang rasanya terluka.

"Ya Tuhan, bagaimana caranya aku kembali?"

"Di sini benar-benar berbahaya."

****

Malam hari, bintang-bintang bersinar indah. Rembulan bersinar syahdu. Suasana tampak sunyi. Hanya terdengar suara derik serangga dan aliran air dari bambu yang berada di kolam istana. Seluruh orang sudah terlelap dalam kesunyian malam. Namun tidak dengan Raja Reijin. Di setiap malam, ia selalu melihat dan mendengar sesuatu yang memilukan.

"Kak reijin tolong aku, tolong aku!"

Seorang anak berlari ke arahnya lantas menengadahkan tangan meminta perlindungan. Namun ketika hendak menggapai tangan bocah itu~ Sebuah anak panah dari arah belakang menancap punggung bocah itu membuatnya jatuh dengan darah merembes membasahi pakaiannya.

"TIDAKKK !"

Raja Reijin seketika bangkit. Tersadar dari mimpinya.

Mimpi buruk yang selama ini menghantuinya. Mungkin inilah salah satu hal yang menjadi penyebab ia kesulitan tidur.

Raja Reijin mengusap wajahnya. Ia lantas bangkit dari ranjang. Mengambil jubahnya, kemudian  melangkah keluar menghirup udara malam.

Tak peduli dinginnya angin malam, ia terus melangkah. Menyusuri area istana, lalu langkahnya terhenti di taman bunga kesayangannya. Raja Reijin mengamati satu-satunya pohon besar dengan bunga berwarna merah  muda menghiasi keseluruhan pohon. Nyaris tak terlihat daunnya.

Bunga itu kecil tetapi indah.

Raja Reijin kemudian duduk di Gasebo. Menatap lekat bunga itu dan termenung di sana. Sampai sebuah suara menyentaknya.

"Yang Mulia."

Suara itu lirih, nyaris seperti bisikan tak percaya seseorang. Tetapi keheningan malam dan pendengarannya yang tajam membuatnya mendengar suaranya.

Reijin pun berbalik dan mendapati Ursulla yang terpaku di tempat.

"Ahh, benar ternyata Yang Mulia." Ursulla bergumam lirih. Tadi ketika ia tidak bisa tidur lantaran memikirkan banyak hal. Dirinya memutuskan berkeliling istana. Sembari melihat apakah dia bisa kabur jika nanti ada situasi mendesak. Namun sungguh tak disangka begitu dia berjalan ke taman bunga, ia mendapati seorang pria termenung selarut ini.

Dia pikir itu hantu atau halusinasi. Tapi ternyata tidak. Pria itu benar-benar Raja Reijin.

"Yang Mulia, ini sudah larut kenapa belum tidur?" Tanya Ursulla basa-basi. Dia sebenarnya ingin segera pergi namun jika dia melakukannya, Raja Reijin pasti berpikir kalau dia sengaja mencari perhatian.

"Apa kau sedang mengejekku, Sulla?"

Ursulla kaget. Ia pikir Raja tidak akan menjawab pertanyaannya. Namun di luar dugaan, pria itu berkenan menjawab namun dengan kalimat menyebalkan.

Huh. Sialan!

Umpatnya dalam hati.

"Maafkan hamba Yang mulia, hamba tak bermaksud~."

"Sudahlah!" Potong Raja Reijin, "Pria itu lantas berdiri menatap Usulla,

"Lalu kenapa kau belum tidur?"

"Ada kalanya saya juga tak bisa tidur. Terlalu banyak yang saya pikirkan."

Raja Reijin terdiam sejenak. Menatap Ursulla seksama. Tadi, ketika ia mendengar panggilan lirih gadis ini, rasanya panggilan itu begitu merdu. Suaranya membuat sesuatu dalam jiwanya tergugah. Entah apa itu, sulit dijelaskan. Sejak gadis ini menyanyi di festival Hanyang, suaranya terngiang-ngiang di telinga.

"Tatapan Yang Mulia seakan ingin membunuhku." Celetuk Ursulla ketika merasakan tatapan Raja Reijin begitu tajam.

"Apa kau bilang?"

Ursulla terkesiap. Ia langsung mendongak. Tak menyangka Raja Reijin bisa mendengar ucapannya. Padahal itu sangat lirih sekali. Astaga.

"Ahh tidak Yang Mulia." Refleks Ursulla memukul mulutnya yang lancang.

"Kau tidak bisa tidur kan? Duduklah!"

Ursulla kembali menatap tak percaya. Raja Reijin menyuruhnya duduk? Dengan kata lain, menemaninya begadang bukan?

Ragu-ragu ia mengikuti Raja Reijin duduk di Gazebo. Mereka duduk sejajar, berjarak beberapa ruas.

Hening beberapa saat. Lalu Ursulla memberanikan diri bertanya. Bagaimana pun ini satu-satunha kesempatan mengobrol dengan Raja,

"Yang Mulia, bolehkah hamba bertanya sesuatu?"

"Tentang apa?"

"Kenapa Yang Mulia bisa sulit tidur dan tak bisa tersenyum?"

"Aku tak tahu."

Ursulla mengerutkan kening, "Hmm... segala sesuatu pasti ada alasannya. Contohnya kenapa hari ini aku tak bisa tidur. Itu karena aku memikirkan kenapa aku bisa sampai ke zaman ini?" Ursulla tertunduk sedih, "Lalu bagaimana caranya agar bisa kembali ke tempat asal ku."

Raja Reijin memperhatikan.

"Aku juga tidak ingin dihukum." Imbuh Ursulla lirih. Tetapi hanya sesaat ekspresi sedih itu muncul. Ursulla kembali menatap Raja Reijin,

"Untuk penyakit Yang mulia, pasti juga ada alasan kan?"

Tetapi kali ini Raja Reijin tak menjawab. Dan tiba - tiba Ursulla berkata penuh semangat.

"Aku tahu cara menyembuhkannya."

Raja menaikkan alis. Menunggu solusi wanita itu.

"Raja harus menikah!" Terang Ursulla yakin.

"Orang bilang pernikahan itu membawa kebahagiaan. Jika Yang Mulia memiliki pasangan, pasti tidur anda akan nyenyak dan hari-hari anda akan berwarna penuh senyuman. Apalagi kalau memiliki anak. Benar-benar membuat bahagia."

Mungkin jika Raja bisa tertawa, ia akan tertawa mendengar solusi itu.

Raja Reijin mendengkus, "Aku sudah memiliki tujuh selir. Dan solusi mu sama sekali tak menyembuhkan."

"Apa?" Ursulla tertunduk malu. Kenapa dia bisa lupa kalau Raja Reijin sudah punya selir?

"Maaf Yang Mulia, hamba tak tahu." Wajahnya memerah malu, terlalu percaya diri akan solusinya.

Sesaat mereka terdiam ke dalam keheningan malam.

"Bisakah malam ini kau bernyanyi." Celetuk Raja berhasil memecah keheningan.

Ursulla tersentak. Bagaimana pun yang meminta ini adalah Raja. Akhirnya ia mengangguk patuh, "Baik Yang Mulia"

Sebuah lagu syahdu lewat suara lembut Ursulla mampu mendesir ke dalam sukma. Angin malam yang dingin terasa sejuk, bintang berkelip seakan menari mendengar nyanyian Ursulla. Bibir mungilnya terus melantunkan nada, rambutnya sedikit terhempas tertiup angin. Ada aura tersendiri ketika Ursulla bernyanyi.

Dari samping, Raja Reijin menatapnya lekat. Dia juga begitu menikmati suaranya seakan ada rasa damai. Ia bersandar ke sisi tiang baleho, menyamankan diri. Sampai matanya perlahan terpejam

*****

"Hoaammm..... suara mu benar-benar menghipnotis Ursulla, jika tak cepat pergi aku pasti terlena dalam lantunan mu." Ucap pemuda misterius yang daritadi berdiri tak jauh di belakang mereka berdua.

Tak lama kemudian pria itu menghilang dalam sekejap.

Jangan lupa komen dan klik bintang

Uwakiyacreators' thoughts
Chapitre suivant