webnovel

SEVEN (M)

TEE'S POV

Malam ini rasanya gue gak harus capek-capek cari mangsa baru, gue cuman pengen terpuaskan oleh satu orang. Dan orang itu pastinya gak keberatan buat gue kunjungi di dalam mimpi ya.

"Hmm, hari ini temanya apa lagi yah?" gumam gue antusias. Ah udah lama gue gak seantusias ini kalau harus mampir ke mimpi para manusia itu. Yang penting gue kenyang. Cukup. Tapi gak tau kenapa sama dia, gue berbeda. Matanya yang tajam ini bikin gue hanyut saat dia dengan semangat buat ngehajar lobang kenikmatan gue. Ah ngingetnya aja bikin gue nagih terus.

Oke, sekarang jam 1 dini hari, yang artinya dia pasti udah siap-siap mau tidur juga. Posisi gue udah tiduran dan mejamin mata, ngebayangin dia lagi tiduran di kasurnya dan tugas gue tinggal maksain dia tidur dan masuk ke dalam mimpi.

****

Tae yang tertidur dengan paksaan akhirnya masuk ke dalam mimpi. Di dalam mimpi yang sengaja di setting Tee dengan keadaan di bar yang cukup remang dan berisik karena suara riuh musik yang menghentak.

"Uhh, gue dimana ini?" gumam Tae

"Pasti mimpi lagi, ah semoga di mimpi bisa ketemu sama bidadara cantik lagi dan enaena lagi. Hehe" monolog Tae

*anjer si Tae udah kepincut sama pesona Tee, euy. haha*

Tae berjalan menyelusuri gerombolan orang yang lagi asik berjoget ria untuk menuju ke meja bartender. Belum sempat dia memesan minumannya, dia melihat sosok pria cantik yang akhir-akhir ini mampir ke mimpinya itu sedang duduk sendiri menikmati minumannya.

"Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Kata gue apa kan dia pasti ada lagi di mimpi gue. Hahai akhirnya enaena lagi nih." antusias Tae semangat 45.

Dengan inisiatif sendiri dan entah kenapa Tae lebih berani sekarang untuk mendekati sosok pria cantik itu. Yang dipikirannya sekarang bagaimana dia harus bisa mendekati dan kenal dengan teman sekelasnya yang sering mampir ke dalam mimpinya itu. Dia penasaran sebenarnya kenapa dia selalu memimpikan Tee.

"Hai, sendirian?" sapa Tae.

"Oh hi, engga sendirian ko." jawab Tee

"Oh ada temennya ya?" entah kenapa Tae kecewa saat tau Tee gak sendirian.

"Iya, kan ada kamu sekarang." jawab Tee sambil mengelingkan matanya dan tersenyum di balik gelas yang diminumnya.

*anjer ini duaan udah mulai berani goda-godaan. asdfghjkl*

Mendengar itu, Tae langsung tersenyum dan memesan minuman ke bartender.

"ah , Tae. Nama kamu siapa?" Tae berniat, walaupun di dunia nyata mereka tidak akan mungkin berkenalan secara langsung, setidaknya di alam mimpi mereka bisa kenalan.

"Bukannya kamu udah tau siapa nama aku? -Tae?" Tee menjawab sambil menunjukkan senyuman kecilnya itu.

"Ah, kamu sudah tau ya. Oke jadi gak perlu kenalan lagi, Tee?" senyuman nampak di kedua wajah mereka. Puas dengan apa yang mereka dengar.

"Untuk apa berkenalan lagi kalau kamu sudah mencicipi tubuhku berulang kali. Benar kan?" Tee tersenyum dan menatap intens mata Tae, seolah mengundang Tae untuk menikmati malam diantara sempitnya lorong di sekitar bar yang dipenuhi banyak orang dan musik yang menggema.

'Fuck! Gue udah gak tahan lagi buat perkosa lobang dia kalau gini caranya!' guman Tae dalam hati.

Tae melihat di sekitarnya, ada beberapa spot yang memungkinkan dia bisa menarik Tee dan menikmati tubuhnya. Dia gak akan mau mereka ngelakuin itu di kamar mandi karena menurutnya Tee bukan orang yang mau juga ngelakuin di tempat seperti itu.

*kagak tau aja lu Tae, Tee mah dimana aja hayu asal itu sama lu -_-*

Setelah melihat spot yang menurutnya pas untuk enaena, akhirnya dia menarik tangan Tee dan menyunggingkan senyuman mematikannya, tanda kalau dia sudah tidak ingin mendengar kata 'tidak' dari mulut Tee dan memastikan mimpi ini akan berakhir dengan kenikmatan bercinta yang liar.

Tee yang ditarik hanya pasrah sambil menampakkan senyuman menggodanya saat tau dia dibawa ke salah satu pojokan di samping booth DJ. Dia menggelengkan kepalanya, tidak menyangkat ternyata Tae punya sisi liar yang dia sendiri tidak menampik kalau itu salah satu sisi seksi dari seorang Tae.

Tae dengan tidak sabar memeluk pinggang Tee dan mendorong keras Tee ke dinding dibelakangnya. Tae melancarkan ciumannya dengan keras dan menuntut untuk di lawan oleh Tee.

"Aah" selancar desahan Tee keluar karena sisi dominan Tae dengan ciumannya itu.

"Fuck Tee, kamu tau aku selalu nungguin malam dateng cuman buat mimpiin kamu aja."

"Aah Tae, cepee-ttan Tae, aku gak tahan lagi." desah Tee

Tae yang menahan nafsunya juga sudah mulai tak sabar dan memaksa membuka kancing celana Tee sambil tetap mencium bibirnya penuh hasrat.

"Bantu aku lepas celanamu, hmm." Tae yang sudah gak sabar akhirnya menggeram memaksa Tee untuk membantunya melepaskan celananya sampai paha. Membuat Tae cepat membalikkan tubuh Tee menghadap dinding. Mereka sudah gak peduli lagi dengan keadaan sekitar, yang mereka inginkan hanyalah menuntaskan hasrat liar yang sejak tadi ditahan.

"Sepertinya kamu memang senang sekali menggodaku, hmm. Apa kamu emang sejak membuatku untuk memperkosamu disini!"

"Aa-ah.. Hmm.. Ka-kamu siapa? Ingin memmperkos-saku disin..sini! Ah fuck..hmm" Tee dengan sengaja malah sengaja memancing reaksi Tae. Dia sudah setengah mati ingin merasakan bagaimana diperkosa oleh seorang Tae.

Dengan sekali hentakan keras, Tae yang mendengarkan jawaban Tee langsung memasukkan penisnya dengan ganas. Tanpa persiapan apapun, tanpa bantuan apapun. Tee memancing nafsunya untuk sekian kalinya.

"F-fuck! Aah so rough! That's hurt, i-idiot" teriak Tee, untung sekeliling mereka sibuk dengan urusan masing-masing dan alunan musik semakin keras. Hentakan Tae pun gak berkurang kecepatannya, seolah-olah sengaja ingin membuat pertunjukan yang panas.

"Apa kamu bilang, hmm! Kamu. Sedang. Diperkosa. Dan kamu memintaku untuk pelan-pelan hah! Take this fucking dick, slut!!" Tae semakin bersemangat untuk mengenjot dengan hentakan keras. Mendengar suara desahan juga rintihan dari Tee.

"Fuck, liat diri kamu. Diperkosa diantara orang-orang ini. Desahan kamu yang tertutup sama suara musik. Damn! Sepertinya salah satu kinky kamu memang ini. Argh!"

"Kalau aja aku punya keberanian. Aku akan memperkosamu saat aku ngeliat kamu jalan dilorong kampus! Fuck, bayangin kalau kamu aku perkosa di ruang kelas dan diliat oleh anak-anak!"

Tee hanya bisa merespon dengan desahan dan kata 'oh god', 'so good' 'yes' dan 'no'. Otaknya sudah gak berfungsi lagi untuk menjawab semua omongan Tae. Yang ada hanya rasa nikmat yang menjalar ke tubuhnya.

"You like that, hah. Admit it! You like how my cock pound so hard in your slutty pussy, don't you?"

"Aah.. Yess.. Ah f-fuck! I love it! I-i love it so-so much!"

"I-i wanna cum-ming Tae! Ah gimme your seed Tae! Fill me with yo-your cum!"

"You want my cum! Hah! Take this! I will fill your needy pussy with my cum! Take this until we meet again!"

"Ffuck yess Tae. Yess gimme! Aah aah i'm cumming"

"Fuckk… Arggghh!"

Chapitre suivant