Seminggu kemudian...
Keadaan Mamanya Nara kian membaik. Mama Nara yang tidak betah berlama lama dirumah sakit, memaksa Nara untuk diperbolehkan segera pulang. dan akhirnya Dokter pun mengizinkan dengan syarat harus rajin check up keadaannya selalu kerumah sakit. Nara sebenarnya tidak mengizinkan Mamanya untuk pulang, tapi karena Mamanya yang sudah sangat bosan berada disana, mau tidak mau nara pasrah dan mengizinkan mamanya untuk kembali.
Nara sedang membantu Mamanya untuk berjalan keluar dari rumah sakit, setelah beberapa saat bertemu dengan Dokter. nara dengan sangat hati hati merangkul mamanya. "Sayang, kita kembali kerumah Papa kan?" Tanya Mamanya untuk memastikan.
Seketika langkah kaki Nara terhenti. Mamanya langsung menoleh ke arah nara yang saat ini sedang menatap tajam dan tak percaya kepada sang Mama.
"Ma, udah berapa kali ara bilang, kita gak akan pernah kembali lagi ke sana. Biarpun Mama mohon - mohon ke Ara! Percuma aja, Ma. Nara gak akan pernah mau untuk kembali lagi ke sana!" Kata Nara yang mulai meninggikan suaranya.
"Tapi....Ra!" Lalu kata - kata Mamanya terhenti begitu saja karena Nara langsung memalingkan pandangan ke samping kiri. Lalu Nara masih tetap membantu Mamanya. Kini Nara hanya berjalan lurus tanpa berkata apapun lagi ke mananya. Mamanya yang sangat mengerti dengan apa yang dirasakan oleh anak semata wayangnya ini, dengan keadaan mamanya yang lemah dan lemes akhirnya menyerah dan mengikuti kemana nara membawanya saja.
Sekarang mereka telah sampai di depan rumah kecil, dengan halaman yang sempit tapi sangat indah dan asri. Nara menatap Mamanya lalu berkata, "Di sini rumah kita sekarang, Ma." Kata Nara pelan tepat di telinga Mamanya.
Mamanya hanya tersenyum lesuh, lalu Nara melanjutkan langkahnya untuk segera masuk ke dalam rumah. Begitu sampai di dalam, Nara langsung membantu Mamanya untuk beristirahat di dalam kamar, tapi sebelum beristirahat. Nara memberikan sebuah obat yang akan diberikan minum kepada Mamanya.
Tidak sampai di situ, Nara dengan pelan dan sangat hati - hati memberikan obat itu sambil membantu Mamanya, kemudian Nara membantu Mamanya untuk berbaring di tempat tidur yang sudah dipersiapkan oleh Nara.
Nara membelai pelan rambut Mamanya yang berantakan. "Istirahat ya, Ma. Kalo butuh apa - apa panggil Nara aja." ucap Nara lalu berlalu begitu saja saat melihat Mamanya telah memejamkan matanya.
****
Lalu Nara mengambil koran untuk mencari tahu tentang informasi lowongan pekerjaan. Kali - kali aja dia beruntung kan. tapi rata - rata syarat yang tertera di sana minimal D3. Sedangkan dia masih kuliah. Nara langsung diam dan lemas melihatnya. Setelah Nara berpikir keras akhirnya Nara mengambil hapenya untuk menghubungi Vino.
Panggilan tersambung lalu tidak berapa lama Vino langsung mengangkat panggilan dari Nara.
"Loe lagi dimana?" Tanya Nara langsung to the point.
"Kenapa? Lo butuh gue?!" Jawab Vino dengan malas.
"Gue gak butuh loe kesini, cuma gue sedang butuh sebuah pekerjaan," kata Nara cuek.
"Loe salah alamat kali nelepon gue kalo loe sedang butuh pekerjaan. Mana gue tau." Kata Vino dengan ketus.
"Loe mana mungkin tidak tau informasi tentang lowongan pekerjaan! Gue minta loe buat cariin gue kerja secepatnya dan gue gak bisa menerima kalo sampai loe gak dapat informasi tentang itu. Gue tunggu kabar loe sampai sore ini." Kata Nara dengan ketus dan penuh ancaman. Kemudian segera mengakhiri sambungan telepon begitu saja.
"Tapi.. mana...."
Tuuutt.. Tuuutt.. Tuuutt..
"Halo.... halo!!" Teriak Vino.
"Sialan banget nih cewek! Semena - mena terus sama gue! Dikirainnya gue ini siapa? Akh...! Udah gak tahan banget gue ngikutin semua keinginannya itu..!!" Kata Vino dengan nada yang sangat kesal.
Lalu dengan kesal bercampur emosi Vino segera mencari cari kontak hape Manager yang bekerja di perusahaan Papanya.
Lalu ketika ketemu, Vino langsung segera menghubunginya, "Halo ada apa ya Vino? Tumben ngubungi saya. Ada yang bisa saya bantu." Tanya Om hans ramah kepada Vino.
"Begini Om, teman saya ada yang sedang membutuhkan pekerjaan paruh waktu, apa di kantor ada lowongan?" jawab Vino dengan sopan.
"Hmm, dia sedang berkuliah ya, Vin? Kalo boleh tau teman kamu cewek atau cowok ya?" Tanya Om Hans lagi.
"Dia cewek Om. Kalo bisa jangan yang terlalu berat lah ya, Om. Gimana Om? Ada kan? Saya butuh jawabannya sekarang juga." Jawab Vino dengan setengah mengancam.
"Begitu ya? Hmm. sepertinya ada Vin. Teman kamu besok suruh langsung datang aja ke kantor ya." Kata Om Hans.
"Seriusan Om? Thanks ya Om! Ntar saya kasih tau teman saya ya Om. Sekali lagi Thanks ya, Om." Kata Vino dengan sangat antusias.
"Iya, sama - sama Vin." Kata Om Hans.
Lalu sambungannya segera diakhiri oleh Vino. dengan perasaan yang cukup senang, vino segera menghubungi Nara kembali.
"Hmm, ya? Ada apa loe ngubungi gue?" Tanya Nara dengan males.
"Loe pasti akan senang mendengar kabar ini dari gue! Loe mau tau gak, Nat?!" Kata Vino dengan sangat bersemangat.
"Apaan sih! Langsung aja deh, gue gak punya banyak waktu untuk mendengarkan ucapan loe." Kata Nara dengan ketus.
"Makanya dengerin dulu, besok loe datang ke kantor Papa gue! Di sana lagi dibutuhkan karyawan. Gimana loe mau gak? Kalo loe gak mau juga gapapa." Kata Vino dengan penekanan.
"Serius loe!! Gila, gue mau banget lah. Thanks ya, Vin." Kata Nara dengan penuh semangat.
"Oke sama - sama. Ntar gue kirimin alamat lengkapnya sama loe ya!" Kata Vino lalu segera mengakhiri panggilannya.
'Kalo udah gini aja baru semangat, tadinya nada bicaranya masih ketus banget sama gue! Huh, dasar cewek aneh. Emang benar kali ya kalo cewek ada maunya itu baik banget. Tapi kalo gak, aduh, ampun deh gue. Pasti bakalan ngeselin banget. Apalagi kalo lagi PMS. Mendingan gak usah dekat dekat deh. Kalo gak bisa jadi tempat pelampiasan.' Umpat Vino dalam hati dengan kesal.
Vino sedang mengetik pesan singkat yang akan dia kirimkan kepada Nara.
To Nat :
Jangan sampai telat besok! Jam 8 pagi loe harus sudah berada di sana.
Nanti kamu langsung cari Pak Hans aja, bilang kamu itu teman aku.
Fasion House alamatnya di jl cendrawasih no 101.
INGAT JANGAN SAMPAI TELAT!
Nara lalu segera melihat pesan yang telah dikirimkan oleh Vino dengan sangat cepat. "Duh, akhirnya gue bisa dapat pekerjaan. senangnyaaa." Ucap Nara sambil tersenyum kesenangan.
Lalu Nara segera membalas pesan dari Vino.
To Vino :
Iya, gue gak akan telat!
Loe tenang aja deh!
Bawel banget sih jadi cowok.
Thankyou..!!
Vino langsung melihat balasan pesan dari Nara. "Nih cewek udah dibantuin juga, masih berani - beraninya bilangin gue bawel segala. Uh! Kesel gue liatnya. Semoga saja habis ini dia gak ngubungi gue lagi. Karena kan sebenarnya gue sudah tidak ada utang lagi ke dia. Tapi tetap aja dia masih neror hidup gue yang sudah sangat tenang ini." Kata Vino .
******
Pagi ini Nara sudah sangat rapi, tapi dia sedang menatap dirinya di depan cermin. Karena menurutnya dia tidak cocok sama sekali menggunakan rok seperti ini. "Duh, kok ribet banget begini sih!" Keluhnya kepada dirinya sendiri.
"Masak iya gue harus menggunakan kemeja dan rok di atas lutut seperti ini. Kayaknya gue gak cocok sama sekali deh berpakaian seperti ini. Mendingan gue gak make up an deh. Nara hanya menggunakan liptin tipis di bibirnya. Lalu setelah selesai dia mengambil tasnya lalu berjalan keluar kamar.
Nara berjalan menuju kamar Mamanya. "Ma, Doa'in Nara ya. Nara hari ini sudah mulai bekerja. Makanan Mama sudah Nara siapin di atas meja ya, Ma. Kalo ada apa - apa Mama telepon Nara ya?" Tata Nara lalu berpamitan dan menyalam Mamanya.
"Iya sayang. Kamu hati - hati ya. Maaf ya, karena Mama seperti ini kamu harus cari kerja begini." Kata Mamanya dengan tatapan sedih.
"Gapapa kok Ma, Nara gak masalah sama sekali. Yang penting kita berdua tidak berada di sana lagi. Di rumah sederhana seperti ini juga sudah sangat bagus untuk kita. Mama jangan terlalu banyak berpikir ya. Nara pergi sekarang ya? Mama hati - hati dirumah ya. Ingat ya Ma, kalo ada apa - apa langsung hubungi Nara." Kata Nara berulang ulang kali mengingatkan Mamanya.
Mamanya hanya tersenyum melihat Nara yang sangat mengerti dirinya dan sangat dewasa seperti itu. Mama Nara tidak sadar bahwa anak kesayangannya ini sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang sudah mulai dewasa, karena Mamanya selalu berpikiran kalo Anaknya masih kecil dan tidak mengerti apa - apa.
Nara sudah tiba di perusahaan Papanya Vino. Nara berjalan cuek tidak memperhatikan semua mata yang menatapnya dengan tatapan mengejek dan tatapan tajam.
Nara menuju ke bagian resepsionis untuk bertanya. "Permisi Kak, saya temannya Vino bisa tolong sampaikan ke Pak Hans." Kata Nara dengan sopan dan ramah.
"Sebentar ya, silahkan duduk dulu." Aku pun duduk di kursi yang ditunjukkan oleh resepsionis yang bernama Siska itu.
Siska lalu segera menghubungi Pak Hans untuk memberitahukan. "Maaf Pak, ini ada temannya Vino katanya nyariin Bapak." Kata Kak Siska.
"Baik, Pak!"
"Maaf kamu siapa ya? Temannya Vino yang mana?" Tanya Siska dengan nada yang sinis.
'Nih cewek kenapa sih? Kepo banget! Biar gue tepat dari sikapnya, sepertinya nih cewek suka dan pernah jadi korban si cowok playboy itu.' umpat nara dalam hati.
"Kenapa kamu diam aja sih! Saya sedang berbicara sama kamu!" Kata Siska dengan sangat emosi.
"Perkenalkan saya ceweknya Vino kak, kalo sampai Vino tau sikap kakak seperti ini... Bisa jadi Vino akan marah dan memecat kakak! Apa kakak mau kehilangan pekerjaan?" Ancam Nara.
"Mana mungkin cewek kayak loe bisa jadi pacar Vino. Loe itu bukan tipenya sama sekali." Kata Siska sambil memperhatikan dari atas sampai ke bawah penampilan dari Nara dengan tatapan yang mengejek.
"Kakak butuh bukti? Biar saya telepon langsung Vinonya ya? Gimana?" Tantang Nara dengan tatapan mengejek.
'Sialan banget nih cewek! Awas aja loe ya, gue buat loe gak akan betah bekerja di sini.' Batin Siska dengan kesal.
"Maaf, maaf. Saya percaya kok. Ini ruangan Pak Hans. Kamu silahkan masuk. Saya tinggal dulu ya." kata siska lalu segera pergi untuk kembali lagi ke mejanya.
'Rasain loe! Makanya jangan songong! Mentang - mentang gue anak baru udah mau dibully aja. Sorry, gue gak cewek yang selemah itu. loe salah orang.' Batin Nara yang merasa telah menang.
lalu nara mengetuk pintu ruangan dari pak hans.
TOK TOK TOK!!
"Silahkan masuk." Lalu nara masuk dengan anggun. "Maaf Pak, saya temannya Vino yang sedang mencari pekerjaan. Katanya di sini lagi ada lowogan kerja ya?"
"Iya benar! Ohh, jadi kamu temannya Vino. Saya sudah mendengar tentang kamu dari Vino. Selamat bergabung di perusahaan dan semoga kamu betah bekerja di sini ya." Kata Pak Hans dengan ramah dan mengulurkan tangannya kepada Nara.
Nara hanya menerima uluran tangan dari Pak Hans dan tersenyum. "Terimakasih ya, Pak."
Ya jelas ramah lah karena Nara temannya Vino. Tidak mungkin berani dia melawan atau bahkan ketus dengan temannya Vino. Secara Pak Hans selalu mencari muka di depan keluarga Vino, ya, terutama di depan Papanya Vino.
'Akhirnya gue bisa dapat pekerjaan juga! Seneng rasanya, gue bisa usaha untuk membahagiakan Mama.' Batin Nara dengan kesenangan.
Nara lalu menelepon Vino "Vin, gue diterima bekerja di perusahaan Bokap loe! Thanks ya. Kalo gak ada loe, gue gak tau harus gimana lagi." Kata Nara dengan antusias.
"Oh ya? Bagus deh kalo begitu. Jadi gue udah gak ada urusan lagi kan dengan loe?" Kata Vino datar.
"Oke deh! Urusan kita sudah selesai, gue janji gue gak akan pernah menghubungi loe lagi, ya, kecuali kalo dalam keadaan yang mendesak." Kata Nara.
"Pokoknya mendesak gak mendesak loe gak perlu mengubungi gue lagi, ngerti! Udah y,a loe ganggu gue yang sedang pacaran. Bye!!" lalu vino segera mengakhiri panggilan teleponnya dengan cara sepihak.
"yee dasar playboy! siapa juga yang mau gangguin loe lagi, kepedean banget sih. heran gue sama cewek cewek bodoh diluaran sana, kenapa ya mau pacaran sama cowok kayak loe! Bodo amat deh itu kan bukan urusan gue juga." Ucap Nara sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
tanpa terasa hari pertamanya bekerja berlalu begitu saja, bahkan sangat terasa cepat. karena pekerjaan yang telah dilakukan oleh dirinya tanpa henti hentinya, sehinggal tidak terasa sekarang sudah menunjukkan jam 18.00 wib. nara yang kaget menatap jam tangannya, "gila gila! gue harus segera pulang nih. kasian mama pasti nungguin gue dan pasti belum makan." kemudian nara segera merapikan mejanya lalu bergegas untuk pulang.
Sebelum kembali Nara menyempatkan untuk membeli makanan untuk dirinya dan Mamanya, Nara aja tidak sadar kalo dianya ternyata sedari tadi tidak ada makan apapun juga.
"Pantesan gue lemes banget! bisa bisanya gue lupa gue belum ada makan. sebegitu semangatnya ya gue!" Ucap nara sendiri lalu tertawa.
Begitu sampai di rumah, Nara langsung buru - buru mencari Mamanya "Mama... Nara pulang nih! Liat Ma, Nara bawa apa? Nara bawain makanan kesukaan Mama..."
Tawa Nara seketika menghilang ketika melihat sosok yang sangat dikenalnya ada di dalam rumahnya saat ini..
Sampai makanan yang sedang dipegangnya terhempas begitu saja, jatuh dengan sendirinya dari tangannya.
Saat ini perasaan nara benci, marah, emosi, dendam bercampur menjadi satu.
"MAU NGAPAIN LOE KESINI!" Teriak nara.