webnovel

NARA #10

Setelah Nara mulai menjauh dari Vino dan berhasil kabur dari para fansnya, Nara mencari tempat sunyi untuk bisa mendengarkan apa yang dikatakan oleh Mamanya.

"Haloo, Ma... Maaa?" hanya isakan tangis yang didengar oleh Nara, tapi Nara langsung bisa menebak apa yang sedang terjadi dirumah.

'Pasti dia mukuli mama lagi!' Dada Nara terasa sangat sesak, Nara merasa kesakitan yang sama dengan apa yang telah dirasakan oleh Mamanya saat ini.

"Mama jangan nangis ya? Nara pulang sekarang ya Ma. tunggu Nara Ma." kata Nara yang berusaha untuk menahan tangisannya. 'gue udah gak tahan lagi melihat Mama terus menerus begini, hari ini gue akan membawa mama untuk bisa keluar dari rumah itu!' batin Nara pedih.

"Nara sayang.... kamu dimana? Cepat pulang, Ra. Mama... Mama sudah tidak....' kata kata Mamanya Nara terhenti.

"Mama gak kenapa kenapa kan? Nara pulang sekarang Ma. Mama harus kuat ya ma sampai Nara datang." Kata Nara dengan suara yang semakin getir, tidak sanggup lagi untuk melanjutkan perkataannya.

"Iya... sayang...." Kata Mama Nara lalu langsung mematikan panggilan secara sepihak.

Entah kenapa hari ini ada perayaan Ulang Tahun Kota Jakarta, ulang tahun yang selalu dirayakan dengan musik, band, drumband dan lain lainnya. jalanan disore hari ini sangat mcet parah. Ditambah lagi dengan pulangnya para pekerja yang menambah kemacetan total, setiap mobil tidak bisa lewat. Nara hanya bisa pasrah menerimanya karena hari ini Nara tidak teringat kalau hari ini adalah ulang tahun kotanya yang bertepatan dengan hari sabtu. Nara yang membawa mobil sangat frustasi. Nara hanya memikirkan gimana keadaan Mamanya saat ini.

'Sialan! kalo begini terus kapan gue akan sampai ke rumah.' Nara kemudian melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 6 sore. perasaan Nara sudah tidak karuan memikirkan tentang Mamanya. Sudah 2 jam Nara terjebak macet.

Nara yang merasa sangat cemas dan khawatir tentang keadaan Mamanya, berusaha untuk menelepon Mamanya.

Panggilannya memang terhubung akan tetapi tidak di angkat oleh Mamanya.

'Apa yang sebenarnya terjadi? Mama kemana sampai tidak mengangkat telepon dariku?' Nara sangat mengkhawatirkan keadaan Mamamnya, perasaannya semakin tidak enak.

Lima menit kemudian Nara berusaha untuk menghubungi Mamanya kembali. Tetapi hasilnya sama saja, tidak diangkat juga. 'Ma angkat dong Ma, Nara khawatir banget nih. Mama jangan nakut - nakutin Nara ya, Ma. Nara gak mau terjadi sesuatu yang buruk sama Mama.' batin Nara.

Nara lagi dan lagi kembali untuk menatap jam tangannya. Begitu tau di depan sana ada minimarket kecil, Nara berhenti dan memarkirkan mobilnya disana. Nara melanjutkan perjalanannya dengan memesan Ojek Online. Karena menurut Nara, pasti dia akan lebih cepat sampai dirumahnya. Lalu Nara mengarahkan Abang Ojek itu untuk menuju jalan - jalan kecil yang sudah sangat biasa dilewati Nara untuk terhindar dari kemacetan yang luar biasa ini.

Benar saja, dengan waktu yang terbilang cukup singkat, Nara telah sampai didepan pagar berwarna biru yang tinggi dengan pekarangan rumah yang bisa di bilang cukup lebar, dengan taman yang cantik karena adanya bunga - bunga cantik di tengah - tengah taman yang ditanam dengan bervariasi yang menambah kesan cantik begitu memasuki pekarangan rumah ini. Nara tanpa berpikir panjang lagi segera membuka pagar lalu berlari memasuki dalam rumah lalu menuju ke kamar Mamanya.

Begitu sampai di depan kamar Mamanya, langkah kaki Nara terhenti lalu dengan pelan mengetuk pintu kamar Mamanya.

TOK.. TOK.. TOK..

"Ma.. Mama Nara udah di sini Ma. Tolong buka pintunya," akan tetapi tidak ada jawaban dari dalam.

"Ma.. Mama di dalam kan? Mama....!" Teriak Nara berulang kali, tapi tetap tidak ada jawaban.

'Apa Mama tidak ada didalam ya? Kenapa Mama gak mau buka pintu. Apa jangan jangan...?'

Lalu Nara mendobrak pintu kamar Mamanya. "MAAMAAAAAAAA.......!" Teriak Nara sangat histeris lalu segera menuju mendekat dengan Mamanya. air mata Nara jatuh dengan sendirinya mengalir tanpa henti.

Kondisi Mamanya saat ini sedang yang berbaring dilantai dengan mama yang tertutup dengan darah yang tanpa henti terus - menerus mengalir deras dari kepalanya.

Nara langsung membawa Mamanya untuk pergi ke Rumah Sakit terdekat. Syukurnya rumah Nara berada di pusat kota, jadinya Rumah Sakit tidak begitu jauh dari rumah Nara, hanya sekitar 15 menit menuju ke Rumah Sakit.

Nara yang terus menerus menangis sambil memegangi lututnya sedang menunggu Dokter yang sedang menangani mamanya didalam sana. Mama Nara sudah sekitar 2 jam berada di Unit Perawatan Intensif (ICU). Belum ada tanda tanda dokter dan perawat keluar dari ruangan itu. hal itu yang semakin membuat Nara selalu menyalahkan dirinya sendiri.

'Ini semua salah gue! kenapa gue bisa begitu lama untuk pulang ke rumah. ini semua karena gue.' ucap Nara tanpa henti sambil memukul - mukul dirinya sendiri. tidak bisa dipungkiri walaupun Nara yang kelihatannya sangat kuat bisa menjadi sangat lemah dan terlihat cukup rapuh.

Nara terus menatap jam tangannya," sekarang Mama sudah berada 3 jam lebih berada didalam sana. Mama harus bertahan Ma. Nara gak bisa hidup tanpa Mama. Nara takut Ma!" Ucap Nara dengan suara pelan dan terisak isak.

Nara lalu menghapus air matanya yang mengalir. "Apa yang sebenarnya terjadi? kalo sampai ada apa apa dengan Mama, gue akan balas dendam pada Papa! Gue gak perduli walaupun dia orangtua gue!" Ucap Nara dengan emosi yang sudah meluap - luap.

Nara yang tertidur lelap lalu mendengar suara pintu terbuka langsung terbangun dan berdiri. "Gimana kondisi Mama saya, Dok?" tanya Nara dengan sangat khawatir.

"Mama kamu sudah melewati masa kritisnya. tapi masih belum siuman," kata Dokter kepada Nara.

'Makasih Tuhan....!"

"Makasih banyak ya, Dok. Karena sudah menyelamatkan Mama saya," kata Nara dengan penuh syukur.

"Itu sudah menjadi tugas saya. Mari silahkan, saya tinggal dulu ya," kata Dokternya lalu berjalan meninggalkan Nara.

Nara langsung menuju ke ruang rawat Mamanya, lalu tersenyum menatap Mamanya sambil memegangi tangan Mamanya dengan lembut. 'Makasih Ma! setelah Mama sadar nanti Nara akan membawa Mama keluar dari rumah itu, Nara sudah tidak ingin lagi melihat keadaan Mama yang seperti ini. sudah cukup, Ma! ini yang terakhir kali.'

Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, Nara yang sudah merasa kelelahan akhirnya tertidur di samping Mamanya sambil terus memengangi tangan Mamanya sampai pagi. Perlahan lahan Mamanya Nara mulai sadar. sambil menggerakkan tangannya yang sedang dipegangi Nara. Lalu Nara yang merasa ada yang bergerak ditangannya langsung membuka matanya lalu menatap Mamanya.

"Akhirnya Mama sadar juga. Mama kenapa semalam Ma? Pasti mama dipukuli lagi sama dia kan?! Nara udah gak mau lagi melihat Mama seperti ini," kata Nara sambil memeluk Mamanya.

"Sayang, Mama gapapa kok. Ini semua hanya sebuah kecelakaan aja. Kamu jangan membenci Papamu ya. ini semua salah Mama," kata Mamanya masih membela Papanya Nara yang kasar itu.

"Enggak Ma! Enggak. Dia gak pernah sayang sama kita, terutama sama Mama. Dia terus - menerus kasar dan mukuli Mama. Nara udah gak kuat Ma. kita pergi aja ya, Ma." Nara berusaha membujuk Mamanya.

Lalu Mamanya menggeleng pelan "Kamu salah paham, sayang. Kita mau pergi kemana? Kita gak punya tempat tujuan, sayang," kata Mamanya pelan.

"Salah paham? Enggak Ma. Nara melihat semuanya tepat di depan mata Nara tentang semua kekasaran Papa. Mama sebenarnya bisa bisa ngelaporin Papa ke polisi. Kalo masalah tempat tinggal Mama gak usah mikirin. Nara akan usaha untuk mencarinya. Yang terpenting sekarang keadaan Mama. Nara takut banget Ma, melihat Mama tergeletak tak sadarkan diri seperti itu. Nara gak mau itu terulang lagi, sudah cukup Ma, cukup!" Gumam Nara dengan pelan karena suaranya sudah mulai bergetar.

"Tapi.... Ra...." Kata - kata Mamanya langsung di potong oleh Nara. "Tapi apa, Ma? udah Mama gak usah mikirin ini dulu. Yang terpenting sekarang tentang keadaan Mama," kata Nara lirih.

Mamanya hanya menatap Nara sedih. Entah apa yang sedang ada dipikiran Mamanya. Mamanya Nara tidak pernah jujur kenapa Papanya selalu mukulin Mamanya sampai seperti itu. Pasti ada sebabnya di balik sikap kasar Papanya itu. Tapi Nara tidak pernah ingin tau alasannya, menurutnya alasan apa pun itu tidak bisa dibenarkan kalau sudah menyangkut main tangan seperti itu.

Air mata mamanya terus mengalir. Tapi Nara yang melihatnya sangat sedih dan terpukul. Sejak kecil dia sudah terbiasa menyaksikan kekasaran Papanya. Mamanya tidak pernah merasa bahagia semenjak menikah, tetapi kenapa Mamanya masih bertahan hingga Nara kuliah seperti ini. Pasti ada alasan di balik itu semua.

Pasti ada kaitannya dengan masa lalu Mamanya yang tidak diketahui oleh Nara sampai Papanya bisa sekasar itu. tidak pernah menganggap Mamanya itu selayaknya istri.

Setelah capek menangis Mamanya kini telah tertidur lelap. Nara yang baru keluar sebentar untuk membeli makanan lalu masuk menatap Mamanya yang sudah terlelap. Nara kemudian berjalan mendekati Mamanya. "Nara sayang Mama! Mama segalanya buat Nara. Nara akan usaha untuk kehidupan kita berdua, supaya Mama gak mikirin semua hal sendirian," kata Nara lalu mencium kening Mamanya.

Tiba - tiba ponsel Nara berdering, lalu Nara mengambil ponselnya yang diletakkan Nara di saku celananya. panggilan masuk dari Boby.

Nara bahkan tidak mengingat sama sekali tentang pertandingan mobil balap liar yang akan berlangsung di lapangan Krakataw nanti malam. Nara dengan bingung lalu menjawab panggilan telepon dari Boby, nara berjalan keluar ruangan Mamanya supaya tidak membangunkan Mamanya yang sudah sangat lelap.

"Ada apa Bob? Tumben loe nelepon gue?" Tanya Nara datar.

"Loe kemana aja sih, Nat? Gue sudah meneleponin loe dari tadi, tapi loe gak angkat - angkat. Emangnya hape loe kemana sih?" Boby bertanya kembali dengan kesal karena panggilannya selalu diacukan oleh Nara.

"Gue lagi sibuk Bob. Udah ya! Lagian loe mau ngapain sih Bob?" Tanya Nara penasaran.

"Gini nih, jangan bilang loe lupa, Nat?" Kata Boby sambil penekanan pada setiap kata - katanya.

"Udah deh Bob, apaan sih? Kalo gak penting mendingan nanti aja deh. Mama gue masuk rumah sakit nih. Udah ya," kata Nara yang kesal berbicara kepada Boby.

"Nat jangan ditutup dulu! Gue udah daftarin nama loe untuk pertandingan nanti malam. Jangan lupa ya, jam 7 malam, jangan sampai telat. Kita ketemu disana," kata Boby dengan keras ketika Nara ingin mengakhiri sambungan teleponnya.

Nara lalu menepuk jidatnya. karena kejadian yang dialami oleh Mamanya, dirinya sampai melupakan tentang pertandingan balap mobil liar yang hadiahnya lumayan. Kalo menang bisa menghidupi dirinya dan Mamanya untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya Nara bisa mendapatkan pekerjaan.

"Sorry Bob. Gue lupa! Oke, oke, gue gak akan telat kok. Sampai ketemu nanti malam ya." kata Nara dengan semangat.

"Yeeee, dasar loe, Nat! Udah buat gue jantungan aja. Kalo sampai loe beneran gak datang, bisa mampus gue! Gue udah bertaruh sangat banyak loh. Gue yakin pasti loe bakalan menang," kata Boby.

"Habisnya, gue beneran lupa Bob. Ya udah loe tentang aja! Gue pasti gak akan kecewain loe!" Kata Nara meyakinkan Boby.

"Gue percaya kok, nat sama kemampuan loe!" Kata Boby.

"Ya udah kalo gitu. Bye," kata Nara lalu segera mengakhiri panggilan dari Boby secara sepihak.

Nara juga telah melupakan mobilnya yang diparkirkan secara sembarangan pada saat dia buru - buru ingin segera menemui Mamanya.

Nara lalu berjalan kembali keruangan Mamanya. Nara terus - menerus mengamati Mamanya yang sedang tertidur.

'Entah sudah berapa banyak penderitaan yang telah Mama alami. Aku janji Ma, akan membalas semuanya! Sakit hati Mama, setiap air mata Mama yang jatuh hingga kekerasan yang Mama alami.' batin Nara penuh dendam.

Nara lalu mengambil ponselnya dan menelepon Vino cowok yang telah kalah balapan dengan Nara dan sekarang Nara akan membutuhkan batuan vino untuk balapan mobilnya.

Saat ada panggilan masuk, Vino langsung mengangkat teleponnya. "Halo.. Ini siapa ya?"

"Ini gue! Nara. Hari ini gue butuh loe! Sesuai dengan kesepakatan kita. Loe gak lupa kan?" Ucap Nara tanpa basa basi.

"Loe ternyata! Iya gue gak lupa kok. Tinggal kasih tau aja kapan dan dimana. Biar gue samperin loe!" kata vino.

"Oke ntar gue kirim pesan sama loe! Jangan sampai telat ya. Sampai ketemu ntar." Kata Nara langsung mengakhiri panggilannya.

*****

"Dev loe kemana aja sih? Daritadi gue cariin," kata Vino sambil merangkul Devan.

"Mau ngapain loe nyariin gue?" Tanya Devan cuek.

Lalu ponsel Vino bergetar...

Drrtttt... Ddrrrrtttt....... Ddddrrrrrtttttttttt....

Lalu Vino membuka ponselnya dan melihat ada pesan masuk dengan nama pengirim yang tertera disana "NAT"

From NAT :

Sampai ketemu di lapangan Krakataw jam 7 malam. Jangan sampai telat.

Gue tungguin loe! Awas aja kalo loe sampai berani gak datang.

Raut wajah Vino mendadak berubah menjadi sangat kesal setelah membaca pesan itu, "Sialan nih cewek! Pake ngancam - ngancam gue segala lagi! Apes banget gue."

"Lagian loe sok - sok an jadi playboy! Modal tampang sama pamer aja sih loe! Lagian siapa sih cewek yang berani buat loe sampai sekesal ini?" Kata Devan penasaran sambil berusaha menahan tawanya.

"Loe masih ingat kan tentang cewek yang udah berhasil mempermalukan gue kemarin itu? Nah, ini dia kirim pesan ke gue, karena gue kalah gue akan nuruti semua kemauan dia selama 3 hari. Ini dia baru sms gue! Pake acara ngancam - ngamcam lagi," kata Vino emosi.

"Ingat dong! Baru kali ini kan loe dipermalukan karena kalah melawan seorang cewek? Mana mungkinlah gue lupa. Momen paling bersejarah itu. Mampus loe! Udah gue duga pasti ada taruhannya. Jangan bilang yang nyaranin taruhannya elo?" Tanya Devan seakan bisa menebak.

Vino hanya terdiam gak berani menjawab. Karena kalo dia bilang iya, pasti Devan akan mengejek dia habis - habisan. Dia sudah sangat dipermalukan karena kalah kemarin dan sekarang dia tidak ingin di ejek lagi oleh Devan.

"Mana mungkin gue, Dev! Dia yang ngajak gue taruhan begitu." Vino mengelak dari kenyataan.

'Masa iya, gue ngaku kalau gue yang mengajak taruhan? Gengsi dong!' Vino membatin.

Chapitre suivant