Kali ini, Josh mengenakan celana jins, sweater berhoodie hitam, rambut basah, dan hanya memakai sanda rumah pada kakinya.
Sementara suhu di luar benar-benar dingin, ditambah dengan angin sejuk yang tentu menyerang tubuhnya, bercampur dengan sedikit hawa dingin sebelum musim dingin tiba.
Namun taksi itu dengan cepat menginjak pedal gas yang membuat pemandangan di kedua sisi jalan hanya terlihat selintas lalu. Kini air matanya sudah tak terbendung lagi, pandangannya mengabur, dan ia tampak berpacu dengan waktu dengan terus-menerus mendesak pengemudi untuk bergegas, lebih cepat, dan lebih cepat lagi.
Ketika angin dingin menerpanya, tubuhnya sudah seolah mati rasa. Saat ini, pikirannya hanya dipenuhi dengan tubuh pucat dan lemah di ranjang rumah sakit. Memikirkan bahwa sosok itu mungkin tidak akan pernah membuka matanya lagi, hatinya seperti dirajam dengan pisau yang begitu tajam.
Itulah satu-satunya orang yang ia kasihi di dunia.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com