Sejujurnya aku tidak bisa menebak apa alasan perubahan hati Bei Mingyan yang tiba-tiba.
Hanya karena mendengar namaku, tiba-tiba ia memiliki sikap yang lebih baik terhadapku. Bahkan yang lebih aneh lagi, ia memberiku dompet itu dan mengikatkannya ke pinggangku.
Bei Mingyan menatap tanganku dan tatapan matanya terhenti.
Mau tak mau aku ikut menunduk dan mendapati bahwa ia sedang menatap darah di jariku.
Saat ini, ujung jariku masih berdarah. Itu hanya ditusuk oleh jarum peraknya tetapi sampai sekarang masih terasa seperti terbakar.
Aku buru-buru mengangkat tangan karena tidak ingin terus dipandanginya. Namun, tanpa aba-aba Bei Mingyan justru meraih tanganku.
Aku pikir ia akan membalutku. Tanpa diduga, ia hanya memasukkan seikat kain kasa ke telapak tanganku.
"Perban sendiri." Suaranya dingin, sepertinya ia telah kembali menjadi pangeran yang sombong dan dingin.
"Oh." aku menundukkan pandanganku dengan kecewa.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com