webnovel

Kejadian Aneh Di Pelatihan Militer 4

Éditeur: Wave Literature

Aku pura-pura tidak mengetahuinya. Aku mengangguk pelan, dan membuka brankas saat mereka memerintahkannya.

Setelah hanya menonton cukup lama, mereka akhirnya menemukan senjata mereka.

Ini tipe senjata semi-otomatis, tidak seterang dan sebersih senjata baru lainnya, tetapi menunjukkan jejak tahun. Mungkin karena pemiliknya telah mati, mereka ditempatkan di sudut-sudut yang berdebu.

Begitu hantu-hantu itu melihatku memegang pistol, mereka mulai bersemangat. Namun, karena kunci emas masih ada pada gagang pistol, mereka tidak berani mendekati atau menyentuhnya.

"Buka kunci itu." Salah satu hantu memberikan perintah dengan nada dingin.

Dengan hati-hari aku menarik salah satu kunci emas dari pistol itu. Saat aku menyentuh gagang pistol yang dingin, tiba-tiba ada semacam kegelisahan yang menyergap. 

Seolah-olah di lubuk hatiku, aku telah membuka memori yang berdebu, tetapi aku tidak dapat mengingat apa.

Itu sebabnya aku tidak berani berpartisipasi dalam latihan penembakan langsung selama pelatihan militer.

Bukannya aku takut senjata, tetapi ada perasaan janggal itu tidak dapat dijelaskan.

Aku menggosok laras senapan yang dingin. Dalam kegelapan, ada senyum yang tak terlihat, dan itu tersembunyi di bawah bayangan. 

"Sudah belum? Ini hanya sebuah kunci. Kenapa sangat lambat sekali!" Para hantu mendesak dengan tidak sabar. 

Aku berbalik dan menyerahkan pistol yang kuncinya sudah terlepas. 

Mereka segera mengambil pistol itu seperti perampok yang baru menyentuh senjata hebat. Mereka begitu bersemangat sehingga mereka menyeringai yang membuat wajahnya menjadi lebih mengerikan dan terlihat ganas.

Aku mencibir dalam hati. Mereka bukanlah tentara yang terlatih dengan senjata.

Dari mana asal para hantu itu? Mengapa mereka berpura-pura menjadi prajurit tentara?! 

Aku berdiri di bawah bayang-bayang dan memicingkan mata ke arah mereka tanpa suara. 

Setelah puas dengan kegirangannya, tampaknya mereka menyadari aku masih berdiri di sini. Salah satu hantu berkata kepadaku dengan suara dingin, "Kamu bisa kembali sekarang. Jika kamu berani membicarakannya kepada siapapun, kami akan membunuhmu!"

"Tidak!" Hantu lain tiba-tiba menghentikan temannya dan membentak, "Kamu tidak bisa membiarkannya kembali seperti ini." 

Setelah itu, hantu itu mengangkat laras gelap otomatis di tangannya dan mengarahkannya ke keningku. 

"Sekarang serahkan dirimu dan katakan kamu mencuri pistol dari gudang senjata, atau aku akan menembakmu!"

"Kamu yang mencuri pistol. Kenapa aku yang harus menyerahkan diri?"

Hantu itu mencibir, "Hantu mencuri pistol? Jika kamu mengatakannya dan ada orang yang percaya, aku akan menulis namaku secara terbalik!"

"Aku ingin melihat siapa yang akan orang-orang percaya."

"Menyerah sajalah!" 

Hantu itu jelas marah padaku. Jadi ia mencoba menarik pelatuk senjatanya dan bersiap untuk menembakku. 

Tetapi, setelah menarik untuk waktu yang lama, pelatuk itu tidak bergerak sama sekali. 

Dalam hati aku menyeriangai. Aku tahu ia tidak bisa menggunakan pistol itu. 

"Kenapa ini?" Ia masih terus berusaha menariknya sampai benar-benar kesal tapi pelatuk itu tetap tidak mau bergerak. 

Sebenarnya dalam hati aku merasa sangat gundah. Aku takut jika tiba-tiba mereka bisa menarik pelatuknya dan pistol itu bekerja dengan baik. Meskipun pistol semi-otomatis tidak mudah digunakan, tetapi ini juga salah satu senjata yang ampuh dan langka. 

Setelah melihat kegagalan temannya, para hantu lain tidak bisa menahan diri untuk tidak menarik pelatuk senjata mereka masing-masing, tetapi usaha mereka tetap nihil. 

"Pelatuknya rusak?" 

"Tidak mungkin!" 

"Pasti dia! Dia yang melakukannya!" 

Salah satu hantu tampaknya mencari tahu apa yang salah. Ia menggelengkan kepalanya ke arahku.

"Dia pasti telah melakukan sesuatu pada pelatuknya karena dia telah memegang pistol begitu lama!"

"Bagaimana mungkin? Dia hanya seorang gadis, tidak mungkin dia mengerti tentang senjata."

Salah satu hantu yang pemarah langsung melangkah maju dan meraih pundakku. Tampaknya ia akan menyiksaku dan memaksaku untuk memberikan pengakuan. 

Saat itu, aku melihat momen yang tepat. Aku segera meraih pergelangan tangannya dan di saat yang bersamaan, aku memukul perutnya dengan keras menggunakan sikuku. 

Sepertinya mereka tidak menyangka aku memiliki kemampuan bela diri. Saat mereka masih nampak kebingungan, aku bergegas mengambil pistol dari tangannya. 

Aku memutar pistolku dengan gesit, mengarahkannya ke dada para hantu, dan berkata dengan suara dingin, "Aku ingin melihat apakah senjata biasa bisa membuatmu takut."

"Jangan coba-coba menakuti kami!" 

"Itu hanya gertakan." Aku tersenyum mengejek.

Dalam pandangan mereka yang tertegun, perlahan-lahan aku menarik keluar baut pengaman yang tidak bisa mereka lintir dengan susah payah dan jari telunjukku dengan lembut menggerakkan pelatuknya.

Senjata semi-otomatis ini masih bekerja dengan baik seperti sebelumnya. 

"Hati-hati! Dia, dia benar-benar tahu senjata!"

Para hantu itu buru-buru menghindari moncong pistol yang mengarah pada mereka dan berusaha untuk mencoba mengambil alih pistol yang ada di tanganku, tetapi usaha mereka sia-sia. 

Aku menatap mereka dan bertanya, "Kalian para hantu liar, mengapa berpura-pura menjadi prajurit tentara di sini?"

Mereka semua tertegun dan nampaknya tidak mengharapkan aku mengetahui sandiwara yang mereka lakukan. 

Dengan segera, wajah-wajah ganas itu menunjukkan ekspresi para pembunuh jahat. 

Tampaknya mereka benar-benar menemukan jalan buntu. Tanpa menunggu waktu lama, mereka berbalik dan berlari dengan senjata di lengan mereka. 

Tetapi aku berpikir itu akan berakibat fatal jika mereka membawa pergi senjata-senjata itu. Aku tidak bisa memaafkannya. 

Meskipun aku sudah membuat mereka tidak bisa membuka baut pengaman pistol itu dengan cara apapun, tetapi aku khawatir senjata berbahaya itu akan jatuh ke tangan roh-roh jahat lainnya. 

Aku mengejar mereka tapi tidak berani menembak, karena aku takut suara tembakan itu akan menarik perhatian semua orang yang ada di sini. Akhirnya aku hanya bisa menggertak untuk menakuti mereka. 

Aku tidak sebodoh itu untuk menghancurkan diriku sendiri. 

Tiba-tiba aku mendengar jeritan hantu-hantu itu dalam kegelapan. 

Ketika aku berlari menghampiri mereka, aku melihat mereka sudah jatuh ke tanah dan meratap tanpa henti. 

Tanpa diduga, di sebelahku sudah berdiri sosok yang sudah sangat aku kenal, posturnya tinggi tegap, mata elangnya dingin dan tajam. Saat ia menoleh ke arahku, keganasan yang ada di matanya berubah lembut seketika. 

"Bei Mingyan!" Aku memandang ia seperti penyelamat yang turun dari dari langit dan bergegas melompat ke pelukannya dengan gembira. 

Ia tertegun sejenak, sepertinya ia tidak menyangka aku akan seantusias ini. Ia tidak bisa menahan senyumnya, "Sangat merindukanku?" 

Aku mendongak dan melihat ada wajah dingin dan acuh tak acuh di belakang Bei Mingyan. Tampaknya yang mengalahkan hantu-hantu itu adalah Han Su.

Mengapa Bei Mingyan tidak melakukannya sendiri?

Melihat Han Su juga ada di sini, aku buru-buru mendorong Bei Mingyan menjauh dan mengubah topik pembicaraan, "Cepat bawa hantu-hantu ini pergi." 

"Baik." 

Han Su menundukkan kepalanya dengan hormat dan menempatkan mereka semua ke dalam sebuah labu. Aku bisa mendengar suara hantu-hantu itu memohon belas kasihan, tetapi Han Su tidak memedulikannya lalu melompat dan menghilang dalam kegelapan.

Bei Mingyan juga segera membawaku keluar dari gudang senjata. 

Berdiri dalam kegelapan, aku berjuang untuk lepas dari pelukan Bei Mingyan. Pikiranku masih tertuju pada senjata yang masih berserakan di tanah. 

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan hal sepele macam itu. Han Su akan menanganinya." 

Aku menertawakan kekhawatiranku sendiri. Suamiku memiliki banyak kekuatan dan ia sudah ada di sini sekarang, untuk apa aku masih perlu merasa cemas.

Aku benar-benar merasa lega, "Apa yang akan dilakukan hantu-hantu itu? Mengapa mereka berpura-pura menjadi prajurit tentara?" 

"Sebelum mereka mati, mereka adalah pemburu liar di desa-desa terdekat. Mereka menyelinap ke gudang senjata di bawah ruang penyimpanan untuk mencuri senjata, tetapi secara tidak sengaja mereka membakar ruang penyimpanan itu. Beberapa tentara tewas untuk memadamkan api dan para pemburu gelap itu juga ikut terbakar. Sangat disayangkan mereka masih tidak bertobat setelah kematian mereka dan mencoba untuk terus mencuri senjata dan berburu. Untungnya, kamu tidak tertipu oleh mereka."

"Jadi, begitu." aku berdecak dengan perasaan marah yang meluap-luap, "Kejahatan yang tidak termaafkan karena membunuh tentara yang tidak bersalah."

"Mereka ditakdirkan terlahap oleh api dan api neraka sedang menunggu mereka saat ini."

Aku sedikit lega. Biarkan orang jahat yang tidak bisa dihakimi oleh dunia manusia, pergi ke neraka dan mendapatkan hukuman yang setimpal.

Bei Mingyan tiba-tiba membeku sejenak dan dengan senyum di bibirnya berkata, "Xiaoqi, kamu sepertinya sangat terbiasa dengan senjata. Apakah ada hal lain yang kamu sembunyikan dari suamimu?"

Chapitre suivant