webnovel

Alat Sewa Rahim

Éditeur: Wave Literature

Lengan kanannya terasa sakit. Gu Shinian bangun dan mengerutkan kedua bibirnya dengan sedikit tersenyum, "Ditambah lagi, aku juga ingin bersembunyi darimu. Jika kau tahu aku masih menjadi dokter, kau pasti akan menyelidiki semua rumah sakit yang ada. Aku tidak ingin itu terjadi."

Gu Shinian tidak ingin menjadi dokter. Tidak ada hal lain yang bagus darinya, selain keahlian medis yang sangat luar biasa. Jika seseorang menyerah terhadap satu-satunya hal yang dapat dia banggakan, itu karena dia tidak dapat membanggakannya lagi.

"Oh, kau cukup sadar diri."

Qin Muchen mencibir. Dia mengambil satu kotak obat di sebelahnya dan melemparnya ke samping, "Minum ini."

Ketika Gu Shinian membaca nama obat tersebut, jantungnya berdegup kencang.

"Tidakkah kau ingin mendapatkan anak?"

Pil kontrasepsi apa yang ia sarankan ini?

Qin Muchen menjawab tanpa emosi, "Keputusan ada di tanganku. Kapan aku menginginkannya, semua terserah padaku."

Dengan kata lain, Gu Shinian bahkan tidak punya hak untuk berbicara.

Gu Shinian menggigit bibir bawahnya dan membalas, "Bagaimana jika kau tidak menginginkannya seumur hidupmu?"

 Bukankah Gu Shinian akan tinggal bersamanya selamanya?

Qin Muchen mendongak dengan dingin. Kata-kata Gu Shinian tampaknya mengusik ketenangan Qin Muchen dan membuatnya sedikit emosi. 

"Apakah kau pikir aku akan tinggal bersamamu selamanya?"

Atau Gu Shinian masih berpikir untuk pergi?

Pikiran itu terlintas di benaknya, dan salah satu sudut bibirnya tak sengaja menunjukkan ekspresi menghina. Ekspresi wajahnya sungguh sulit ditebak.

Qin Muchen mencubit dagu Gu Shinian. Sudut bibirnya sedikit melengkung, seolah sedang tersenyum. Namun jika dilihat lebih dekat, wajahnya terlihat begitu dingin, "Jangan anggap dirimu terlalu penting."

"Sekarang, kau tak lebih dari sebuah alat surogasi [1]1."

Sebenarnya, dari dulu Qin Munchen memang agak dingin. Tiga tahun yang lalu, ketika Gu Shinian menyusahkan Qin Muchen, Gu Shinian bukannya tidak tahu akan hal itu. Namun, dia justru mengkhianatinya. 

Gu Shinian tersenyum dan menyingkirkan semua amarahnya, "Aku tahu."

"Karena kau tahu, kau seharusnya jangan menambah masalahku."

Qin Muchen melepaskan tangannya dan bersikap acuh tak acuh, "Jangan hubungi aku lain kali."

"... Baik."

...

Gu Shinian meninggalkan kediaman Keluarga Qin dan pergi mendatangi kru film dengan setengah hati. 

Dia kebetulan melihat Lin Wange yang sedang beradu akting dengan lawan mainnya. Ketika dia terjebak di kamar mandi kemarin, dia mendengar suara Lin Wange. Gu Shinian yakin Lin Wange pasti terlibat dengan kejadian kemarin. Gu Shinian tidak akan tinggal diam ketika dipukuli atau dianiaya, baik tiga tahun lalu maupun tiga tahun kemudian.

Gu Shinian berdiri di depan pintu masuk dan melihat sebuah mobil sport.

Aha!

Muncullah sebuah ide dalam benaknya. Dia tersenyum dan berjalan menuju ke mobil sport itu.

...

Lin Wange sedang beradu akting dengan lawan mainnya, dan tiba-tiba seseorang berteriak. Lin Wange segera menengok ke belakang dan tubuhnya seketika gemetar. Sebuah mobil sport melaju dengan cepat ke arahnya. Dengan kecepatan setinggi itu, ia pasti akan tertabrak. 

"Ah, lariiii!"

"Oh tidak, apakah remnya blong?"

Semua orang berteriak dan berhamburan melarikan diri. Kaki Lin Wange terus gemetaran. Ia ingin lari, tetapi kakinya seolah dipaku dan ia tidak bisa melangkah sama sekali. 

"Jangan, jangan mendekat!"

"Jangan mendekat! Ah!"

Melihat mobil itu datang mendekat, Lin Wange berteriak hingga terjungkal ke tanah. Kebetulan, ada sebuah genangan air di dekatnya, dan pakaiannya kotor terkena cipratan lumpur dari genangan air itu.

Ia tampak sangat memalukan.

Ngiiik ... Mobil itu pun berhenti, tepat beberapa sentimeter di depannya. Lalu, mobil itu berbelok, memutar, dan berbalik arah. 

Chapitre suivant