Arumi merasa gelisah, Bukannya dia GR dengan apa yang diucapkan Keenan tadi. Tapi sepertinya dia tahu maksud kedatangan Keenan ke rumah Bu Fatma untuk apa. Mau tidak mau dia harus memikirkan hal itu. Kalau memang benar Keenan mempunyai perasaan yang lebih terhadapnya, apa yang akan dia jawab nanti? sedangkan dirinya masih belum yakin dengan perasaannya sendiri.
Arumi berusaha untuk mengalihkan pikirannya tentang Keenan dengan pekerjaannya saat ini. Dia harus tetap profesional dalam bekerja, dan berusaha untuk melupakan masalah Keenan.
Jam sudah menunjukkan waktu pulang kerja. Arumi segera membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas. Hari ini dia akan pulang sendirian tanpa Lilis. Intan dan Mita rumahnya berbeda arah dengan Arumi. Oleh sebab itu mereka tidak bisa pulang bersama.
Walaupun setiap hari dirinya pulang menggunakan angkot, Tetapi dia belum pernah naik angkot sendirian. Selama ini ada Lilis yang menemani. Sebagai seorang janda, terkadang ada saja orang yang iseng menggodanya. Dia hanya risih dengan hal itu. Saat Arumi menunggu angkot di halte dekat pabrik, ada seseorang yang memperhatikannya dari kejauhan. Orang itu tampak melihat sebuah foto lalu melihat ke arah Arumi lagi. Seperti mencocokkan sesuatu.
" Halo Bos, gue kayaknya lihat orang mirip banget sama yang ada di foto. "
"Yang benar lo? lo nggak salah lihat kan? " ucap Dani kepada anak buahnya.
" Ntar gue fotoin orangnya, tunggu ya Bos gue kirim fotonya. "
Ponsel Dani berbunyi tanda ada pesan yang masuk ternyata foto seorang wanita berjilbab yang berdiri di dekat halte. Dani mencocokkan foto yang dikirim oleh Jack dengan yang ada di foto yang diberikan oleh Rayyan. Dan yakin bahwa mereka berdua adalah orang yang sama. Karena 90% mirip sekali.
" Halo Jack, tolong lo terus amatin cewek itu ya. Jangan sampai kehilangan jejak. Kalau perlu ikutin kemana dia pergi. "
" Oke bos, gue bakalan ikutin tu cewek. Udah dulu ya Bos, kayaknya dia mau naik angkot. Gue musti kejar tu angkot. "
" Cepetan Jack jangan sampai kehilangan jejak! "
Dani segera menghubungi Rayyan yang ada di Jakarta, Bosnya itu harus segera tahu tentang berita ini. Dia telah menyebar anak buahnya ke beberapa titik di kota Garut. Dan benar saja ada anak buahnya di salah satu titik yang melihat mantan istri bosnya itu.
"Halo dan, ada berita apa hari ini? "
"Bos, saya udah tahu di mana mantan istri bos berada saat ini. Anak buah saya tadi ketemu ibu Arumi di dekat halte di Jalan Pattimura. Ini anak buah saya sedang mengikuti jejak Ibu Arumi bos. Dan saya sudah menyuruh anak buah saya jangan sampai kehilangan jejak. Saat ini dia lagi mengikuti Ibu Arumi.
"Dan, tolong pastiin kalau itu benar-benar Arumi."
"Saya kirim fotonya Bos. Sebentar ya."
Dani mengirimkan foto kepada Rayyan, saat Rayyan membukanya benar saja itu memang Arumi. Hanya saja badannya terlihat lebih gemuk dari yang dulu.
" Iya Dan itu Arumi. 100% Aku yakin itu Arumi. Tolong jangan sampai kamu kehilangan jejaknya ya. Setelah ini aku akan berangkat ke Garut.
Dani hanya bisa mengiyakan perintah dari bosnya itu. Dalam hati dia merasakan betapa Bosnya itu sangat mencintai mantan istrinya. Dani tidak tahu apa yang menyebabkan Bosnya itu sampai bercerai dengan Arumi. Karena memang itu bukan urusannya.
Rayyan segera mengambil kunci mobilnya yang terletak di atas nakas. Segera diambil jaketnya, dan pergi menggunakan mobilnya. Kali ini dia akan sungguh-sungguh untuk mencari Arumi. Apapun yang akan dikatakan Arumi nanti, dia akan siap untuk menerimanya. Dia hanya ingin bisa kembali bersama Arumi dan juga anak mereka.
Sepanjang Jalan Rayyan merasa gelisah, di satu sisi dia merasa bahagia karena akhirnya sebentar lagi dia akan bertemu dengan Arumi. Tapi di sisi lain dia juga takut kalau Arumi tidak mau menerimanya dan malah justru menjauhinya lagi. Berbagai macam pikiran berkecamuk di dalam otak namun diusahakannya dia tetap fokus pada jalanan. Dia Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Perjalanan Jakarta-Garut membutuhkan waktu selama 4 jam. Mungkin dia akan sampai di Garut pukul 9 malam Itupun kalau tidak macet.
****
Selepas sholat Isya', Keenan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Bu Fatma. Dia dan Mamanya sudah bersiap setelah Shalat maghrib tadi. Bu Ema dari tadi selalu tersenyum bahagia. Karena sebentar lagi keinginannya untuk mendapatkan menantu seperti Arumi akan terlaksana. Keenan Justru malah terlihat tegang karena ini adalah pertama kalinya dia akan mengutarakan perasaannya kepada seorang wanita.
Keenan mengungkapkan perasaannya bukan untuk hubungan yang main-main melainkan ingin langsung ke jenjang pernikahan. Keenan sudah memikirkan secara matang sejak dia sakit kemarin. Awalnya dia merasa bimbang dengan perasaannya, tetapi setelah beberapa hari dia dirawat oleh Arumi, ia merasa bahwa perasaannya memang cinta. Keenan siap dengan kemeja lengan panjang berwarna putih dengan celana abu-abu. Yang membuat Keenan terlihat semakin tampan. Bu Ema memakai gamis berwarna biru muda dan jilbab dengan warna yang senada. Tak lupa dia juga membawa sedikit oleh-oleh untuk keluarga Arumi.
Keenan segera melajukan mobilnya setelah Bu Ema sudah duduk manis di sebelahnya. Mamanya ini akan menjadi saksi bersejarah percintaannya.
***********
Arumi sudah mengatakan kepada bu Fatma kalau Keenan dan Mamanya akan datang malam ini. Ketika Bu Fatma menanyakan ada apa, Arumi tidak bisa menjawab karena Keenan tidak mengatakan tujuan dia datang untuk apa. Arumi akhirnya membeli beberapa kue di toko yang tidak jauh dari rumahnya. Bu Fatma pun memasak seadanya. Bu Fatma tahu betul selera Bu Ema karena mereka juga sering makan bersama di rumah Bu Fatma.
Tepat pukul delapan malam, Keenan dan Bu Ema tiba di rumah Bu Fatma. Keenan tampak terpukau melihat Arumi yang memakai gamis berwarna abu-abu dengan jilbab yang lebar sampai ke perut. Dia seperti melihat seorang bidadari yang sedang berdiri di hadapannya. Entah kenapa semakin hari dia melihat Arumi semakin cantik saja. Mungkin karena dia sudah mulai menyadari perasaannya kepada Arumi.
"Ayo Mas Keenan, Bu Ema silahkan masuk." Arumi mempersilahkan mereka untuk duduk.
"Bu Ema, Mas Keenan dicicipin hidangannya. Maaf ya kami hanya menyediakan seadanya. Karena Mas Keenan juga memberitahunya mendadak jadi kami tidak sempat berbelanja apa apa." Ucap Bu Fatma
" Tidak usah repot-repot Bu Fatma, justru kami yang meminta maaf karena kedatangan kami malah justru merepotkan kalian. "
"Ah tidak merepotkan kok Bu. ngomong Mas Keenan dan Bu Ema ke sini Ada perlu apa ya? Sepertinya ada hal Serius yang akan kalian bicarakan ya? "
" Begini bu Fatma biar Keenan saja yang memulai pembicaraan ini. "
Baru saja kenalan mau menyampaikan niatnya, terdengar suara ribut-ribut di luar.
"Tolong Tolong kebakaran- kebakaran!!!!!!"
Beberapa warga berhamburan keluar rumah. Arumi dan Keenan pun akhirnya keluar untuk melihat apa yang terjadi. Benar saja di jalan depan rumahnya ada api yang membesar di tengah jalan. Keenan memperhatikan dengan cermat ternyata itu adalah ban yang sengaja dibakar di tengah jalan. Entah siapa yang melakukannya. Keenan pun akhirnya melipat lengan kemeja nya dan juga celananya dia mengambil air dengan ember dari keran yang terdapat di depan rumahnya Bu Fatma dibantu oleh beberapa warga yang lain untuk memadamkan api, karena apinya semakin besar, Keenan dan para warga menjadi kewalahan. Tapi mereka terus untuk memadamkannya.
Dikejauhan nampak seorang laki-laki yang tersenyum bahagia. Dia puas karena telah membuat keributan.
******
Sebenarnya ceritanya masih panjang. Karena takut kepanjangan. Saya cut disini dulu ya. Saya mau ngetik lagi. tapi koq ngantuk banget. padahal masih ada keseruan setelah ini.