Viona melanjutkan aktivitas nya seperti biasa, dia bangun pagi untuk bersiap kerja dan mengejar kereta pagi. Viona sengaja bangun lebih pagi karena ingin cepat keluar dari apartemennya untuk menghindari Lexi yang tinggal didepan kamarnya persis.
Dengan langkah cepat Viona menuruni anak tangga di stasiun bawah tanah untuk menunggu keretanya datang, dia memilih duduk di kursi sambil menikmati sepotong sandwich yang tadi dia buat. Beberapa orang nampak sudah mulai berdatangan untuk menaiki kereta yang sama seperti Viona.
Tak lama kemudian kereta Viona datang, dengan cepat Viona merapikan jaketnya kemudian berdiri di pintu masuk kereta bersama orang-orang lain yang sudah mengantri.
"Vio,"sapa seorang pria dibelakang Viona saat sedang berdiri di kereta.
"Andrew,"ucap Viona lembut, rupanya dia adalah anak sekolah yang kemarin bertemu dengannya.
Andrew mempersilahkan Viona duduk kembali di kursi miliknya, Andrew memilih berdiri dihadapan Viona. Bebeapa orang temannya berkenalan dengan Viona mereka bergantian menyalami tangan Viona.
"Sudah sana duduk jangan ganggu Vio," hardik Andrew kesal ketika melihat teman-temannya menggangu Viona.
"Iya iya,"jawab mereka berbarengan.
Viona tertawa melihat teman-teman barunya, Andrew akhirnya berhasil memaksa Viona untuk bertukar nomor hp dengannya. Dengan senyum manisnya Viona berpamitan pada Andrew ketika ia harus turun.
"Sampai jumpa lagi teman-teman dan terima kasih Andrew atas kursinya," ucap Viona tulus.
"It's ok Vio,"jawab Andrew singkat.
Viona turun dari kereta sedang Andrew dan teman-temannya masih harus melanjutkan perjalanan, Viona tersenyum sambil melambaikan tangannya pada teman-temannya yang sudah berlalu.
"Akh masih jam tujuh pagi laundry buka jam delapan aku masih ada waktu sebentar," ucap Viona lirih sambil melihat jam ditangan kanannya.
Viona duduk di kursi didepan stasiun sambil meneruskan sarapannya yang tertunda tadi pagi karena kereta sudah datang. Beberapa ekor burung merpati berterbangan disekitar Viona setelah ia melemparkan beberapa potong roti.
kringgg...
Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Vio kau sudah berangkat?"Terdengar suara nyonya Lauren di ujung telepon bertanya pada Viona.
"Sudah nyonya, saya sudah sampai ini masih distasiun dekat laundry"jawab Viona sopan.
"Hari ini aku libur, aku merasa tak enak badan kau tak apa-apa kan menjaga laundry sendiri?"
"Iya saya bisa nyonya, cepat sembuh nyonya jangan lupa obat diminum," ucap Viona sambil menutup telfonnya.
Viona lantas bergegas menuju laundry karena ia akan sangat sibuk hari ini tanpa kehadiran nyonya Lauren, dengan cepat Viona membuka kunci dan masuk ke toko tanpa membalik tulisan open di kaca karena memang belum jam buka toko. Dengan cepat Viona menyiapkan keperluan laundry dan keranjang-keranjang besar didekat meja kasirnya.
Setelah bekerja hampir satu jam akhirnya persiapan Viona selesai, tak begitu lama setelah Viona membalik tulisan open satu persatu pelanggan datang. Viona dengan cekatan melayani mereka dengan ramah, beberapa pelanggan sempat menanyakan keberadaan nyonya Lauren pada Viona.
"Huff akhirnya aku bisa makan sebentar,"ucap Viona lirih, jam dua siang biasanya pelanggan tak terlalu banyak sehingga Viona bisa memakai kesempatan untuk istirahat sejenak.
Viona menikmati hotdog yang sudah ia pesan di toko sebelah, karena panas Viona memakannya perlahan dan menggunakan pisau dan garpu. Saat Viona makan tanpa ia sadari ada orang yang sedang memperhatikan ia tersenyum dingin melihat Viona menikmati makan siangnya.
"Sudah selesai nona?"tanya seorang pria mengagetkan Viona.
"Uhukkk tu-tuan," pekik Viona terkejut ketika melihat sosok Fernando tengah berdiri dihadapannya.
"Maaf sudah membuat anda menunggu,"ucap Viona gugup sesaat setelah ia menyelesaikan makan siangnya.
"It's ok, aku juga baru menunggu selama sepuluh menit," sarkas Fernando menyindir Viona, Viona menyesali kesalahannya dia seharusnya tak membuat pelanggan menunggu.
"Maaf tuan,"ucap Viona lirih penuh sesal.
"Ok kali ini kumaafkan, sekarang cucikan jaket ini."Fernando menyerahkan sebuah kantung berisi jaket mahalnya.
"Baik tuan," jawab Viona cepat.
Viona langsung membawa jaket milik Fernando ke mesin cuci perlahan Viona memeriksa saku-saku jaket mahal itu, ia menemukan beberapa lembar uang dollar dengan cepat Viona menghampiri Fernando yang duduk memperhatikannya.
"Tuan maaf,"ucap Viona lembut sembari meletakkan tiga lembar uang seratus dollar dimeja.
"Oh iya aku lupa, thanks," jawab Fernando singkat, senyumnya tersungging saat melihat kejujuran Viona. Padahal ia sengaja meletakkan beberapa lembar uang didalam saku jaketnya.
Viona kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan hati-hati, nyonya Lauren sudah memberitahu pada dirinya bahwa saat sedang mencuci pakaian Fernando harus dengan hati-hati karena harga satu pakaian milik Fernando senilai dengan gajinya dua tahun.
"Ini sudah selesai tuan,"ucap Viona pelan saat sudah menyelesaikan pekerjaannya.
"Good rupanya kau cepat dan rapi juga menyelesaikan ini," jawab Fernando matanya melihat kearah leher Viona yang sudah banjir karena keringat dan nampak kelelahan.
Merasa diperhatikan membuat Viona gugup, dengan cepat ia kembali ke meja kasir. Fernando menyunggingkan bibirnya melihat tingkah Viona.
"Itu bayaranmu,"ucap Fernando datar, tak lama kemudian ia pun pergi meninggalkan laundry bersama anak buahnya.
Viona melihat uang tiga ratus dollar dimeja, dengan kesal ia mengambil uang itu lalu dimasukkan kepenyimpanan uang. Viona melanjutkan pekerjaan tanpa ia sadari ada seseorang yang tengah memperhatikannya dari luar, seorang pria itu sejak tadi memperhatikan Viona bekerja sesekali ia tersenyum tipis.
"Aku akan mendapatkanmu malam ini Vio," ucap pria misterius itu lirih .
"Akhhh akhirnya selesai juga,"pekik Viona sambil meregangkan kedua tangannya.
Pelanggan hari ini jauh lebih ramai dari hari biasanya, Viona mengunci laundry dengan cepat lalu berjalan menuju stasiun bawah tanah untuk pulang. Musim dingin sudah mulai datang di Ottawa sehingga banyak orang yang ingin segera pulang kembali kerumah, mereka terlihat terburu-buru menuju stasiun seperti Viona. Tak begitu lama setelah Viona sampai di peron dari jauh terlihat keretanya datang dengan cepat Viona masuk ke dalam gerbong bersama orang-orang yang punya tujuan sama dengan dirinya.
"Bbrrrrr dinginnya malam ini," ucap Viona dalam hati setelah keluar dari stasiun bawah tanah. Dengan sedikit berlari Viona berjalan pulang menuju apartemennya, dia ingin segera menghangatkan diri dengan segelas coklat panas di kamarnya.
"Perasaanku kenapa mendadak tak enak seperti ini," batin Viona saat melihat kondisi apartemennya yang jauh lebih sepi dari biasanya, entah mengapa ia merasa sangat tak nyaman malam ini.
Saat akan memasukkan kode pintu kamarnya tiba-tiba Viona dibekap dari belakang oleh seseorang dan menariknya ke kamar depan apartemen Viona.
"Lexi," jerit Viona kaget ketika melihat sosok Lexi lah yang sudah membekap dan menariknya masuk kedalam kamarnya.
"Apa maumu!!!!"teriak Viona panik karena melihat kondisi kamar Lexi yang sangat berantakan dan berbau minuman keras.
"Kau," jawab Lexi dengan tersenyum. "Kau harus jadi wanitaku malam ini sebelum ada lelaki lain yang mencicipi tubuh mu hahahaha," imbuh Lexi dengan menyeramkan.
Viona memundurkan langkahnya sampai ketembok karena ketakutan melihat ekspresi Lexi.
"Jangan takut sayang kemarilah, aku akan menunjukan padamu kenikmatan dunia haha," ucap Lexi dengan suara beratnya.
"Jangan kak, aku mohon,"tangis Viona pun pecah saat menyadari bahaya didepan matanya, ia berusaha menjauhkan dirinya dari pelukan Lexi.
"Aku akan mengajarimu sayang,"cicit Lexi dengan senyum menyeringai nya.
Brettt...
Kemeja yang dipakai oleh Viona sobek karena ditarik oleh Lexi.
"Kak nooo akhhh emmph.."
Viona tak sempat menyelesaikan ucapannya karena bibirnya sudah dilumat oleh Lexi dengan kasar.
Tangan Lexi juga mulai menjamah dada sintal milik Viona dengan kasar, ia menghiraukan tendangan tendangan Viona dikakinya. Dibawah kungkungan Lexi seperti itu membuat Viona tak bisa bergerak, ia hanya berusaha melepaskan diri dari Lexi. Viona berusaha menjambak rambut Lexi untuk menjauhkan wajahnya dari lehernya.
"Akhh kak sakit akkhh to tolong ber hentii akhh akhhhh..." teriak Viona panik sambil menahan sakit karena Lexi sedang menyesap kuat leher Viona untuk membuat kissmark disana, namun Lexi yang sudah dikuasai hawa nafsu tak menghiraukan tangis kesakitan Viona.
Air mata Viona sudah membahasi wajahnya, keringat dingin bercucuran disekujur tubuhnya. Lexi benar-benar sudah mahir dalam menangani wanita, dia angkat kedua tangan Viona diatas kepalanya lalu ia pegang erat-erat hanya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya mulai mengarah turun ke celana panjang yang Viona kenakan.
"Kak jangaaannn akhhh," jerit Viona kencang, ia masih tak mampu bersuara kencang karena Lexi tak melepaskan lumatannya di bibir Viona.
"Kau akan jadi wanitaku malam ini sayang," bisik Lexi pelan ditelinga Viona, Viona menggelengkan kepalanya dia sangat ketakutan mendengar ucapan Lexi. Viona kembali berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman Lexi, Viona akhirnya berhasil melepaskan tangan kanannya dengan cepat ia meraba-raba benda diatas meja.
Brakkk...
Suara lampu tidur yang beradu dengan kepala Lexi, rupanya Viona berhasil menarik lampu tidur milik Lexi dan menjatuhkannya tepat dikepala Lexi yang masih sibuk membuat tanda merah keunguan di sekitar dadanya.
"Brengsek,"pekik Lexi kesakitan, darah mengucur dari pelipisnya.
Viona pun memanfaatkan kesempatan itu, akhirnya dia berhasil membuka pintu Lexi dan berlari keluar dengan pakaian yang sudah berantakan. Tanda biru keunguan nampak berbekas di leher dan sekitar dadanya, ia berlari dengan bertelanjang kaki menjauh dari apartemennya.
"Tolong tolong tolooong sayaaa," teriak Viona pada sebuah mobil yang berhasil ia hentikan.
Sang empunya mobil nampak menurunkan kaca jendelanya dan memperlihatkan wajahnya pada Viona.
"Tuan Fernando!!!!" teriak Viona dengan keras.
"Tolong saya tuann saya mohon hiiikss,"tangis Viona dengan cukup keras sambil memohon didepan mobil.
Bersambung