webnovel

Hanya Papa

Papa datang dengan wajah yang cemas. Langsung masuk ke dalam kamar putri bungsunya. Jessi terlihat sedang tidur dengan lelap.

"Sika." Ucap Papa dengan kecemasanya. Papa Damian datang dari luar negri. Beliau langsung terbang dan pulang dengan pesawat pertama. Setelah mendengar kabar bahwa putrinya telah sakit. Kecemasan terlihat di wajah pria paruh baya itu. Papa Damian sudah tau. Bahwa ketika Jessi sakit tidak akan ada yang datang untuk menemani putri kecilnya itu. Selo sendiri dia sekolah di luar negri. Jadi tidak bisa selalu menemani Jessi.

"Sakit apa sayang?" Ucap Papa sambil duduk di kursi di Samping sang putri. Jessi membuka matanya ketika tangan sang Papa mulai mengelus rambutnya.

"Papa." Rengek Jessi dengan mata yang berkaca-kaca. Papa menorehkan senyuman manisnya. Menatap putri bungsunya yang hanya bisa manja padanya saja.

"Iya ini Papa pulang nak."

"Papa, Sika kangen Papa." Ucap Sika terbangun dan langsung memeluk tubuh kekar sang Papa yang sangat dia rindukan.

"Papa juga kangen sama putri Papa yang cantik ini, bagaimana bisa sakit?" Tanya Papa.

"Sika tidak apa-apa Pa, Sika hanya datang bulan saja." Ucap Jessi dengan senyuman manisnya.

"Kamu memang seperti itu nak, setiap datang bulan memang selalu membuat Papa cemas, apa perlu Papa membawa kamu ke Singapura untuk berobat, Papa takut ada sesuatu di Perut kamu nak!" Ucap sang Papa dengan kecemasanya.

"Jangan Pa, Sika malah takut, Sika takut ada penyakit lain." Jessi terlihat menundukan wajahnya dengan mimik wajah yang sedih. Sang Papa lalu memeluk erat buah hati kesayanganya.

"Papa hanya khawatir saja. Papa takut ada sesuatu hal, dan jika memang ada sesuatu kan bisa secepatnya di obati." Papa mengelus lembut rambut sang buah hati.

"Jangan khawatir Pa, sSika tidak apa-apa, Sika hanya butuh Papa, cuma Papa saja, karena Papa adalah obat terbaik di dunia ini yang bisa langsung menyembuhkan sakitku!"

"Dasar anak manja." Papa mencubit hidung dang putri kesayangannya.

"Cuma sama Papa saja, cuma bisa sama Papa saja, dan cuma Papa saja yang Sika miliki, apa Sika tidak boleh bermanja-manja sama Papa?"

Ucapan Jessika menbuat sang Papa Terenyuh. Tuan Damian tahu persis cuma dirinya yang Sika miliki. Dia tahu jelas sang istri sangat acuh kepada anaknya ini. Itu semua adalah kesalahannya karena memiliki dua istri sehingga membuat anaknya tersiksa seperti ini.

"Kamu adalah kesayangan Papa , kamu berhak untuk bermanja-manja kepada Papa nak!" Ucap Papa mengecup kening sang buah hati dengan penuh rasa cinta. Jessi tersenyum bahagia. Jessi makin mengeratkan pelukanya terhadap sang Papa.

"Apa Sika sudah makan, ayo kita makan, Papa lapar sekali!"

Ucap Tuan damian mengajak putrinya makan. Sika tersenyum. Jessi sebenarnya sangat kenyang karena sudah sarapan bersama Sean tadi. Akan tetapi Jessi tidak mau mengecewakan sang Papa. Jessi pun mengangguk dan tersenyum dengan manis.

Jessi bergelayut manja di tangan sang Papa. Berjalan menuju ke lantai bawah untuk menemani sang Papa sarapan. Mereka kini sudah duduk di meja makan dan Papa Damian mulai menyantap sarapan paginya. Jessi hanya menakan beberapa potong buah saja.

"Papa hari ini mau kemana?"

Tanya Jessi.

"Papa mau kembali ke Ausi, pekerjaan papa belum selesai di sana nak!" Ucap Papa sambil mengunyah makanya dan menguk air dalam gelasnya.

"Kenapa? Tanya Papa.

"Tidak apa-apa, sika hanya Bertanya."

Ucap Jessi sambil memperhatikan sang Papa yang sedang memakan sarapanya dengan sangat lahap.

"Kamu mau ikut?" Tanya Papa.

Jessi tersenyum senang, dia mengangguk dan matanya bersinar penuh kebahagiaan. "Iya, Sika mau ikut Pa, bolehkah Sika ikut?"

"Tentu saja boleh, kebetulan besok kan hari sabtu kamu libur sekolah kan? Ucap Papa.

"Iya sika libur sekolah Pa, dan sika juga sudah ijin sakit dan tidak ikut syuting."

"Baguslah kalau begitu, setelah makan kita bersiap ya!" Ujar Papa dengan senyumannya.

"Wah, Papa Sika senang sekali, makasi Papa!" Jessi memeluk sang Papa dari belakang. Papa Damian yang sedang duduk dan makan santai merasa begitu kerepotan karena pelukan sang buah hatinya. Tetapi Tuan Damian begitu senang melihat tawa manis sang putri bungsung itu.

"Iya sayang, nanti selesai Papa meeting disana kita jalan-jalan ya!"

"Whoa... Papa keren, makasi Papa, Sika sayang Papa!" Jessika makin mengeratkan pelukan. Di begitu senang karena bisa ikut dengan sang Papa ke luar negri. Sika hanya bisa bermaja Dengan sang Papa saja. Dia sama sekali hanya punya Papa yang menyayanginya. Walau jadang Jessi ingin merasakan sebuah kasih sayang dari seorang ibu. Namun semua itu hanya mimpi belaka untuknya. Dari kecil sampai sekarang Jessi tak bisa merasakan sentuhan kasih sayang seorang ibu.

Walau pada usia yang masih balita, Jessi kadang menangis ingin di peluk dan di gendong oleh Nyonya Damian, namun sama sekali Nyonya Damian tidak pernah memeluk Jessi sama sekali. Jessi hanya bisa di peluk oleh sang bibi pengasuhnya saja dan sesekali kalo Papa sedang tidak sibuk Jessi di pangku dan di peluk oleh Papanya.

Jessi semenjak kecil hanya anak maid saja. SD dan SMP bahkan sekarang sudah SMA. Jessi belum merasakan apa itu yang namanya kasih sayang seorang ibu. Tetapi setiap dia bersedih dan sakit hati, karena perlakuan sang Mama yang selalu menganggapnya tidak ada, di sana Selo selalu ada dan menemani jessi dalam setiap harinya. Mama Selo Nyonya Radian bahkan memberikan perhatian lebih kepada Jessika. Dan Jessi merasa sangat di sayangi oleh Nyonya Radian dan Selo. Karena itulah Jessi tak bisa berpisah dengan Selo. Karena Selo adalah sebagian dari hidupnya.

Walau Jessi tidak mencintai Selo tetapi rasa sayang Jessi terhadap Selo begitu besar dari apapun. Begitupula sebaliknya. Semenjak kecil Selo lah yang selalu menamani Jessi dalam segala hal rasa. Baik itu rasa sedih ataupun rasa bahagia. Kasih sayang seorang Ibu bagi Jessi hanya mimpi belaka. Dia tidak boleh bermimpi terlalu jauh. Tetapi untungnya dia memiliki seorang Papa yang selalu memberikanya semu kasih sayang dan cinta. Walau memang papa sangat sibuk dan jarang ada di rumah.

Jessi mengerti keadaan papa nya. Jessi bersyukur dia memiliki papa yang sangat baik dan penyayang. Bahkan sika sendiri menyadari papa lebih memperhatikan dirinya dari pada Malika. Namun Papa selalu besrusaha adil ketika Malika dan Jessika bersama. Namun di belakang Malika. Papa akan sangat memanjakan putri keduanya itu.

Papa sudah selesai sarapan. Mereka duduk sebentar di sofa. Lalu beberapa menit kemudian Papa menyuruh Jessi untuk bersiap-siap. Dan Jessi segera menyiapkan segala kebutuhanya.

Bersambung

Chapitre suivant