webnovel

Ngedate

     Selo masih serius dengan laptopnya. Keningnya mengerut ketika mendapatkan pesan dari seseorang yang ada di tempat yang jauh sana.

     Selo terus chating dan akhirnya dia vidio call. Namun Selo hanya menatap layar laptopnya dengan senyuman manisnya tanpa sedikitpun berbicara. Tatapan Selo begitu intence. Lalu Selo mengecup layar laptopnya dan segera menutup vidio callnya.

     Entah siapa yang sedang chating denganya. Atau mungkin Selo hanya sedang menonton sebuah vidio di youtube. Selo lalu membaringkan tubuhnya dan menatap layar ponselnya.

     Terlihat jelas poto Jessi yang begitu cantik tersenyum padanya.

     "Sika kamu lagi apa? ... Aku ko jadi rindu kamu lagi," ucap Selo sambil mengelus layar ponselnya, dan hendak menelepon Jessi.

     Benar saja Selo langsung menelpon Jessi.

Suara dering ponsel milik Jessi membuyarkan mimpi Jessi dan Sean.

     "Emmhh...," leguh Jessi sambil membuka matanya perlahan.

     Di ambinya ponsel dan langsung menjawab telepon tanpa melihat siapa yang menelepon.

     "Halo," seru Jessi sangat malas, karena kantuknya.

     Sean melihat Jessi mengangkat teleponnya dan mempererat pelukannya di perut Jessi.

     "Emhhm, Kak," leguh Jessi merasa sesak karena Sean memperat pelukanya.

     "Sika, Sayang masih tidur ya?" ucap Selo di balik telepon.

     "Emhh Sel, Aku masih mengantuk."

     "Sayangku pemalas banget ya, bangun terus mandi dan sebentar lagi aku jemput!" kata Selo dengan senyumannya.

      "What, ngapain?"

      "Ko kaget gitu sih, kita ngedate oke, mumpung minggu, Sayang," ucap Selo.

      "Iya, iya deh, aku bangun nih, dah aku mandi dulu," jawab Jessi menutup teleponnya.

      "Sean, eh Kak Sean."

      "Apa hmm?" tanya Sean masih membenamkan Wajahnya di dada Jessi.

      "Bangun ayo anterin aku pulang, Kak." Ajak Jessi.

      "Tidak mau ah, aku kan masih kangen," ucap Sean.

      "Sean, Ayo, ayo Kak Sean cepet bangun, Sebentar lagi Selo mau jemput aku di rumah.

      "Selo lagi, mau ngapain dia?" tukas Sean kesal.

      "Kak, kamu eror, ya? Dia itu tunangan aku, aku mau pergi sama dia."

     "Jess, Jangan pergi ya!" ratap Sean.

     "Tidak, aku harus pergi, Selo bilang rindu padaku," ucap Jessi sambil menyisir rambutnya.

     "Jess, Kamu anggap aku apa?" bentak Sean.

     "Eh kamu kenapa Kak, aku ini tunanganya Selo, Kakak suka atau tidak," ucap Jessi sambil pergi keluar kamar.

     Lalu Sean bergegas mengejar Jessi dan memeluknya dari belakang. Sambil berkata "Aku cemburu," ucap Sean sambil mengecup bahu Jessi.

     "Maap Kak, aku tidak mau menyakitimu, kalo begini kita akhiri saja semuanya," tukas Jessi.

     "Sayang, kenapa berkata seperti itu. Baiklah aku akan mengantarmu pulang." Sean berkata dengan lesu.

     Lalu mereka pun segera naik mobil dan Sean mengantar Jessi sampai ke rumahnya.

Jesi bergegas keluar mobil tanpa pamit dengan Sean. Dan itu membuat Sean semakin kecewa.

     "Sepenting itukah Selo di banding aku?" Sean berkata dalam hatinya sambil terus menatap Jessi dengan tatapan sendu.

     Jesi bergegas masuk ke dalam kamar. Dia langsung ke kamar mandi dan membasuh dirinya dengan air dan busa sabun. Selesai membersihkan diri Jessika langsung memilih baju yang pas untuk dia jalan bersama Selo.

     "Aduh baju yang mana nih?"

     Jesi terlihat bingung memilih pakaian yang akan dia kenakan. Dia mengobrak-abrik lemari pakaiannya untuk mencari baju yang menurutnya cocok.

      Setiap kali mau keluar, Jessi dituntut harus berpenampilan sempurna. Sebagai seorang model Jessi harus selalu tampil cantik.

      Karena dia menyandang nama besar sang Ayah dan namanya sendiri. Karena itu dia harus berhati-hati dalam setiap langkah.

     Selo sudah menunggu di ruang tamu. Dan akhirnya Jessi sudah turun. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan setelan casualnya.

     Sebuah rok pendek dan kaos ketat. Tidak lupa mengenakan stoking selutut dan sepatu kets membuat Jessi terlihat sangat cantik.

     Jessi memang selalu di tuntut untuk cantik setiap saat karena dia adalah brand ambassador perusahaan Ayahnya.

      Mata mereka bertemu dan senyum pun terukir manis. Lalu Selo menggengam tangan Jessi erat dan mereka masuk ke mobil. Kini sampai lah mereka di sebuah mall. Dan mereka hendak menonton.

     Mereka akhirnya menghabiskan waktu dua jam nonton xxi.

     Perut Jessi mulai mengamuk dan mereka memutuskan untuk makan siang. Dengan lahap Jessi memakan hidangannya. Dan Selo hanya tersenyum saja melihat kelucuan sang tunanganya ketika kelaparan.

     Tidak ada yang lebih tau dari Selo. Mereka adalah sahabat sedari bayi. Mereka selalu bersama cuma pas sekolah menengah atas ini mereka berpisah karena Selo mengambil jurusan Sekolah Menengah penerbangan di Ausi. Yap ... Selo memang ingin menjadi seorang pilot.

     "Kamu seorang model, tapi makan kamu banyak sekali, emh Sayang," seru Selo dengan senyuman.

      "Semenjak bertunangan kamu selalu memanggilku Sayang ya, aku suka," kata Jessi sambil menyedot jus jeruknya.

     "Iya Sayang, Sayang, Sayang," ucap Selo mencubit pipi Jessi dengan gemas.

     "Aw ... sakit banget, tunanganku," seru Jessi manja.

     "Mulai sekarang panggil aku Sayang juga dong!"

     "Oke Sayang, Sayangku," ucap Jessi dengan senyumanya.

     "Sayang, tadi aku vidio call denganya," kata Selo dengan pelan.

     Tiba-tiba senyum Jessi hilang dan berubah menjadi wajah yang sendu.

     "Ah ... terus?" tanya Jessi pelan.

     "Dia terlihat lemah, dan aku menciumnya," seru Selo dengan wajah layu.

     "Maaf, gara-gara aku!"

     "Tidak ko ini sudah Takdir," kata Selo sambil menggenggam tangan Jessi, lalu mengecup tangan Jessi lembut.

     Jessi pun tersenyum dengan manis. Menatap Selo yang mengecup tanganya. Jessi benar selalu merasa aman dan nyaman jika bersama Selo.

      "Kau selalu seperti ini, aku bahkan tidak bisa hidup tanpamu, kamu menemaniku di saat aku terpuruk. Tapi Sel kalau seandainya aku sudah bukan perawan apa kamu masih seperti ini padaku?" tanya Jessi dengan serius.

     "What? Siapa yang melakukanya, dan kapan. Apa kau senakal itu, Sayang?" tanya Selo terkejut.

     Dan kini Jessi hanya terdiam.

     "Jess aku tau kamu ko, kita sudah berusaha yang terbaik. Jika memang kamu bukan Perawan lagi aku hanya kecewa saja, kenapa bukan aku yang pertama?" ucap Selo dengan senyumanya.

     "Maaf Sel ... dia memaksaku."

     "Dia, kekasih seminggumu itu kah?"

Dan Jessi mengangguk.

     "Sekarang tidak boleh lagi ketemu dia ya, aku bisa cemburu," tukas Selo.

     "Mana bisa kamu cemburu padaku. Sedangkan yang kamu cintai bukan aku," ungkap Jessi dengan mulut manyunya.

     "Belum saja Sayang. Nanti aku yakin perasaan kita akan berubah. Aku akan bisa mencintai kamu dan kamu juga akan mencintaiku," lirih Selo sambil berpindah duduk di samping Jessi dan memeluk Jessi lembut. Lalu mengecup kening Jessi halus.

      "Aku sayang kamu Sel, kamu segalanya buat aku," kata Jessi.

     "Aku juga sayang banget sama kamu.

Mungkin besok kita akan jatuh cinta dan saling mencintai," kata Selo mengeratkan pelukanya.

     "Tapi aku merasa bersalah padamu. Gara-gara aku kamu."

     "Cukup Sayang. Itu hanya sebuah kecelakaan saja," ucap Selo pelan.

     Jessi menyandarkan kepalanya di dada Selo sambil bermain games berdua. Mereka begitu mesra. Membuat semua orang di kafe iri akan kemesraan mereka.

     Banyak sekali yang mengenali mereka. Secara Jessi adalah seorang model terkenal dan berita pertunangan mereka sudah masuk televisi.

Bersambung.

Chapitre suivant