webnovel

Filosofi malam dan nama yang terucap

Di bulan berikutnya ku coba lagi berdiri di antara barisan penilai yang selama ini membuat ku gagal, kembali dengan tenang ku sampaikan semua yang mereka inginkan. Tidak seperti hari pertama, tatapan mereka tidak begitu tajam, ibarat tersesat aku mulai menemukan jalan pulang dari gurun yang terasa bingar. Tidak semua suka dengan apa yang ku sampaikan tapi minimal mereka bisa menerima atas apa yang aku kerjakan. Ku rasa memang benar kita tidak akan bisa membuat semua orang suka dengan apa yang kita lakukan, karena akan selalu ada pro dan kontra atas apa yang kita perbuat. Senang rasanya apa yang kita buat bisa diterima namun tidak begitu berkesan bagiku saat ini karena hanya "ya" yang berbisik di telinga.

Projek pertama ku selesai, namun itu belum usai masih ada beberapa projek lagi yang harus ku persiapkan. Saat itu penat ku mulai menumpuk di ujung rambut dan di persimpangan ku lihat senja mulai tiba. Ku nikmati ujungnya ; kurasakan sejuknya namun malang senja perlahan hilang seiring dengan mendung datang. Hai senja mengapa kau tak setia kau tak menemani saat sepi dan pergi begitu saja dan oh senja keindahan mu itu hanyalah semu, hanya langit yang menguning yang kau tampilkan dan saat hujan datang mentari pun hilang apa kau takut tetesannya melunturkan keindahan. Senja pun pergi saat hujan turun, kemudian tetesannya membasahi sebagian bumi dan ku mulai berlari menepi mencari tempat berteduh.

Diam.

Aku terdiam untuk waktu yang cukup lama, kemudian sepi datang menjelma di temani sang hujan, ku ambil telepon genggam ku buka social media. Lamunan ku menggeser jemari menuju foto yang tampak sederhana, dengan baju merah muda yang dikenakan dan balutan kerudung hitam membuat ku terpana. Ku perbesar gambarnya, dia terlihat normal dengan tatapan malas yang menggemaskan seperti kucing dia nampak manja dan bercahaya, entahlah di mataku sederhananya sangat istimewa. Tidak ada rasa lebih saat itu aku hanya ingin menyapa, sampaikan kesan kagum karena tidak ada gambar senyum namun aku bisa terpesona olehnya.

Hebat.

Seperti malam dia datang secara terstruktur dan teratur, tak pernah pergi selalu tepati janji. Meski hujan datang malam tetap menemani dengan selimuti sepi bersama dinginnya dan mungkin itu yang dinamakan setia. Malam tidak pernah takut basah meski bumi terus menangis. Malam selalu jujur bahkan saat bulan datang dia selalu mengajak ku menerawang andai dia menjadi "...." Dan saat bintang datang malam selalu membawa ku bermimpi andai dia pelengkap "....." terlalu malu untuk ku katakan saat ini dan terlalu naif jika tak ku sampaikan mimpi ini, entah esok atau lusa semoga ada kekuatan untuk mengungkapkan isi hati. Malam, bulan dan bintang tolong jaga dia karena dia adalah satu satunya nama yang ku sebut "Nana."

Chapitre suivant