Ruangan lab terlihat tidak begitu terang karena belum waktunya digunakan. Golden tengah mengotak-atik salah satu komputer yang terhubung pada beberapa mesin di sekitar tabung berukuran besar di tengah-tengah lab, memeriksa status isi tabung itu. Syukurlah, statusnya masih baik.
"Hei, Kapten Golden."
Seseorang masuk lewat pintu otomatis lab, hendak menghampiri Golden yang masih fokus pada layar monitor.
"Satu jam lagi kita harus berangkat ke Planet Dinosaur untuk mengadakan lomba pemilihan kelompok, Myo," kata Silver sambil memperlihatkan jam digital pada gelang AndroMega, "Para Kapten dan panitia sudah ada di bandar antariksa, lho."
"Sebentar lagi aku akan ke sana," ucap Golden menoleh sesaat lalu kembali ke monitor.
"Ya, sudah." Silver pun berbalik. "Aku bakal jemput Rick dan Xeno, Myo."
Tanpa disahut Golden lagi, Silver sudah keluar dari lab.
Setelah dirasa semua sudah beres, Golden mematikan komputer dan juga mesin sekitarnya. Iris keemasannya memperhatikan sosok yang berada di dalam tabung besar itu. Sosok seorang wanita bertubuh kecil tenggelam dalam cairan biru tabung, posisinya memeluk lutut membentuk sebuah janin yang siap dilahirkan, sirkuit-sirkuit biru yang ada hampir di sekujur tubuhnya berkedip-kedip tak beraturan.
Golden masih ingat sosok itu, sosok yang begitu berarti di masa lalu dan sempat mengabdi pada organisasi semasa hidupnya. Sosok yang begitu berpengaruh dalam sejarah Organisasi NEBULA dan juga Sains.
"Bersabarlah, Bibi. Sebentar lagi kau akan sadar dari mati surimu."
Ia melangkahkan kakinya keluar dari lab dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku mantel. Dari bawah tabung, terdapat tagar bertulis 'Code : Digital' yang merujuk pada sosok di dalamnya.
~*~*~*~
Rasanya sudah kesekian kali Rick menggesekan keycard untuk mengunci pintu kosnya, dan ini adalah terakhir kalinya karena Rick tidak akan tinggal di sini lagi. Setelah menerima tawaran Golden kemarin untuk bergabung sebagai Agent Organisasi NEBULA, Rick diminta untuk meninggalkan area bawah dan tinggal di asrama khusus bersama Agent-Agent lain yang telah diterima.
Selain dirinya, Xeno ikut mendaftarkan diri karena mendapat tawaran yang sama dari Silver, dia juga beruntung mendapatkan gelang AndroMega sendiri dari sang Kapten. Setelah mendapatkan AndroMega, Rick sempat membantu Xeno untuk registrasi data diri dan membuatkan program yang mudah diingat Xeno untuk senjata di dalamnya. Rick dibuat heran karena senjata milik Xeno sudah dikombinasikan dengan beberapa jenis senjata lainnya, dia yakin jika yang mengkombinasikannya adalah Silver sendiri.
Entah apa yang dipikirkan sang kapten hingga begitu memanjakan Xeno seperti ini. Mungkin Rick akan mencari tahu selama ia dipekerjakan di sana.
"Jadi, kau akan pergi, Rick?"
Beberapa tetangga kos yang selama ini menjadi teman-teman seperjuangan Rick dari kecil hingga sekarang menghampirinya. Mereka tentu merasa tidak rela untuk berpisah dari Rick yang selama ini berjuang bersama mereka, kerja serabutan bersama, suka dan duka pun juga bersama. Hidup dalam kemiskinan di area bawah bukanlah hal buruk bagi mereka jika selalu bersama.
Rick tidak akan pernah melupakan orang-orang terbaik seperti para tetangga kosnya.
Rick menyunggingkan senyum selagi melambung-lambungkan keycard di tangan. "Aku harus pergi, kawan-kawan. Ini tuntutan pekerjaan baruku."
Mereka segera memeluk Rick bersama, saling membagi kehangatan bersama sebagai sahabat dekat, walau terpisahkan tetapi mereka akan tetap dekat dalam jiwa.
"Xeno juga merindukan teman-teman, Pyo!"
"EEEEEEHHH?!!!"
Tiba-tiba Xeno langsung memeluk mereka sekaligus dengan tubuh besarnya, membuat mereka sesak dan hampir kehilangan keseimbangan. Rick jadi jengkel pada Xeno. Di momen-momen mengharukan seperti ini, bisa saja Xeno merusak suasana dengan teriakan melengking dan pelukan mautnya.
"Xeno, Rick…."
Keduanya menoleh ke arah seorang wanita paruh baya. Wajah keriput itu menyunggingkan senyum kebahagiaan kala melihat momen kebersamaan mereka.
"Bibi Eleanor…."
Rick menghampiri wanita itu, disusul bersama Xeno. Eleanor adalah wanita pemilik kos yang selama ini telah mengadopsi dan merawat Rick maupun Xeno dengan setulus hati. Rick juga tidak akan pernah melupakan segala kebaikan dan jasa-jasa Eleanor padanya.
Segera Rick memeluk tubuh ringkih itu, berusaha menahan rasa haru. Dia tidak ingin terlihat cengeng di hadapan Eleanor maupun tetangga kos lainnya. Xeno juga ikut memeluk Eleanor setelah Rick, dia sungguh berhati-hati memeluk Eleanor agar tidak menyakiti tubuh lemah wanita tua itu.
"Aku bersyukur kalian berdua telah mendapatkan pekerjaan yang lebih layak… di atas sana," kata Eleanor setelah melepas pelukannya dari Xeno, "Kuharap kalian tidak melupakan kami yang tinggal di area bawah sini."
"Kami tidak akan pernah melupakanmu dan juga kawan-kawan di sini," kata Rick sambil berusaha tersenyum senang dan menyerahkan keycard kostnya pada Eleanor, "Jika kami punya waktu luang, kami akan mengunjungi kalian."
"Berhati-hatilah di sana, Nak." Eleanor mengelus sayang puncak kepala Rick dan Xeno. "Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian."
Di balik pagar itu, mereka saling melambaikan tangan, berpamitan pada orang-orang yang telah berjasa banyak bagi Rick maupun Xeno. Setelah berpamitan, keduanya langsung berjalan kaki menuju elevator umum untuk mencapai kota atas.
….
Selama dalam elevator yang kebetulan hanya ditumpangi mereka berdua, Xeno tak henti-hentinya menangis selayaknya anak kecil. Dia sungguh tidak rela harus pergi jauh meninggalkan Eleanor dan kawan-kawan kost mereka. Tapi, Xeno sudah menerima tawaran Silver sebelumnya dan ia harus menjalankan tugas nanti sebagai Agent. Lagipula, masih ada Rick menemaninya.
"Sudahlah, Bung. Jangan nangis lagi." Rick menepuk-nepuk bahu lebar Xeno untuk menenangkannya. "Kan sebentar lagi mau jadi Agent. Enggak boleh cengeng, dong."
Dengan kasar Xeno menghapus air matanya. "Ta-tapi…. Hiks! Xeno kangen… Bibi… Kawan-kawan…. Hiks!"
"Kapan-kapan kita bakal menemui mereka, oke?"
Xeno langsung mengangguk mengiyakan ucapan Rick. Setidaknya, dengan begini Xeno bisa lebih tenang sekarang.
Pintu otomatis elevator berukuran besar itu terbuka dan mereka segera keluar dari sana. Pemandangan kota Erlan yang jarang sekali mereka lihat bisa mereka nikmati kembali. Sama seperti sebelumnya, kota ini masih terlihat dipadati banyak penduduk dan segala transfortasi yang berlalu-lalang, bahkan bangunan-bangunan futuristik dari bangunan pencakar langit sampai desain artsitekturnya yang aneh semakin bertambah saja jumlahnya.
"Hei, Rick! Xeno!"
Dari parkiran dekat elevator umum, mereka melihat sosok pria berjubah mantel perak tengah bersender di mobil mewah futuristiknya. Rick maupun Xeno terperangah kagum pada mobil keren di dekat pria itu.
"Kapten… Silver…?" Dengan gemetaran Rick menunjuk-nunjuk mobil perak tersebut.
"Itu mobil Kapten Silver, Pyo…?" Xeno juga tidak kalah kagum melihatnya.
Silver hanya menanggapinya dengan terkekeh sambil menggaruk kepala peraknya yang tidak begitu gatal. Mungkin karena mereka berdua terlalu lama di area bawah, jadi langsung kagum begitu saja ketika melihat mobil. Tapi, Silver akui mobil itu cukup mahal ia beli dari gaji hasil ia bekerja menjadi Agent dulu sebelum naik pangkat.
"Naiklah, Myo!" ajak Silver ramah. "Aku akan mengantarkan kalian ke Bandar Antariksa NEBULA."
~*~*~*~
Selama di perjalanan, Rick dan Xeno tak henti-hentinya menganggumi pemandangan kota yang begitu indah dan modern. Maklum, orang kampung dari area bawah, jadi belum begitu tahu tentang kota selain dari televisi.
Rick jadi ingat sesuatu yang ingin ia tanyakan pada Silver. Selagi bersama sang kapten, mungkin ia bisa menanyakannya sekarang.
"Hei, Kapten Silver."
Silver yang saat ini sedang mengemudi menoleh ke belakang sesaat. "Myo?"
"Ada yang ingin aku tanyakan sebentar."
"Tanyakan saja, Myo."
Sejenak Rick melihat Xeno, masih asik sendiri menyembulkan kepalanya ke luar jendela, bahkan ia sempat menjulurkan lidahnya sambil menjerit-jerit tidak jelas. Xeno benar-benar terlihat seperti anak kecil yang kegirangan diajak naik mobil bagus.
"Begini, Kapten…." Rick mulai bertanya, "Aku turut senang Xeno mendapat AndroMega-nya sendiri darimu. Tapi, bagaimana bisa kau memberikan AndroMega pada orang yang baru kau kenal? Kau tahu sendiri, bukan, kalau AndroMega bukanlah sembarang alat yang bisa kau berikan begitu saja pada orang yang tidak begitu kau tahu."
Sudah Silver duga bahwa pria berjaket merah itu akan menanyakan hal ini padanya. Silver hanya menyunggingkan senyumnya dan iris biru bergradasi ungu itu masih tetap fokus pada jalanan.
"Kau tahu, Rick? Melihat kemampuan hebat Xeno dalam menggunakan senjata AndroMega yang kuserahkan kemarin itu membuatku sempat berpikir bahwa mungkin Xeno mampu menjadi Agent hebat di organisasi, Myo," jelas Silver meyakinkan, "Lagipula, aku percaya dengan Xeno. Dari kepolosannya saja aku sudah bisa menebak kalau dia pria baik-baik, Myo."
Kalau dipikir-pikir, memang benar apa yang dikatakan Silver. Tapi, entah mengapa jawabannya masih belum membuat Rick puas. Rick hanya bisa diam sambil duduk bersandar di samping Xeno yang masih saja asik menjulurkan lidahnya di luar jendela.
"Xeno, masuk! Mentok di tiang, pecah 'palamu!"
~*~*~*~
Lagi-lagi Rick dan Xeno dibuat terperangah dengan artsitektur sekitar ketika memasuki Bandar Antariksa NEBULA. Desainnya sangat futuristik, didominasi warna biru dan putih metal. Banyak Agent yang baru diterima berkumpul di sana, beberapa petugas bandar dan robot-robot pembantu berlalu-lalang dengan sibuknya. Bahkan mereka juga sempat disambut oleh hologram berupa sosok petugas wanita.
'Selamat datang di Bandar Antariksa NEBULA. Bandar antariksa ini dikhususkan untuk para anggota khusus dari Organisasi NEBULA….'
"Hai, Nona Cantik, Pyo…."
"Itu hologram, Goblok!"
Tanpa tahu apa-apa, Xeno malah menyapa hologram tersebut. Rick langsung menarik kerah mantel putih Xeno agar menjauh dari hologram. Rasanya, malu-maluin juga jika terus-menerus bersama pria kekanak-kanakan ini. Silver yang masih bersama mereka hanya tersenyum menanggapi tingkah keduanya.
Langkah ketiganya terhenti saat mereka mendengar suara ribut-ribut tidak jauh dari posisi mereka. Di sana, mereka melihat salah satu Agent yang masih muda tengah dibanting oleh beberapa Agent pria bertubuh lebih besar darinya. Para pria itu tertawa kala melihat sang pemuda meringis kesakitan.
"Bocah sepertimu tidak pantas untuk menjadi Agent di sini!" ledek salah satu pria berbadan besar. "Masa didorong segitu saja langsung jatuh!"
"Hei, kau mendorongku terlalu keras, tahu?!" Pemuda itu marah sambil memperbaiki posisi kacamatanya. "Kau yang seharusnya tidak pantas menjadi Agent karena telah menyakiti Agent lain!"
Si pria besar menyeringai lebar padanya, "Heh! Berani juga bocah sepertimu berteriak padaku! Kau harus diberi pelajaran rupanya. Akan kutunjukan bahwa bocah lemah sepertimu tidak pantas ada di sini!"
Kepalan tangan besarnya mulai dilancarkan untuk memukul wajah sang pemuda. Buru-buru pemuda itu memejamkan kedua matanya karena takut dan tidak tahu lagi harus bagaimana.
Beberapa saat, pemuda itu tidak merasakan apa-apa, tapi dia mendengar suara hantaman keras di depan. Agak takut-takut ia memberanikan diri membuka mata hijaunya, seketika terbelalak terkejut ketika melihat wajah pria besar tadi berhasil kena lemparan sebuah koper hitam oleh seseorang. Beberapa orang yang ada di sana, termasuk sang pemuda, melihat ke arah koper tersebut berasal.
Seorang pria berperawakan bak seorang model ternama terlihat duduk santai di salah satu deretan kursi tunggu dengan kaki disilangkan. Wajahnya begitu tampan dengan rahang tegas, memiliki rambut perak panjang yang diikat tinggi menyerupai ekor kuda, dan memakai setelan pakaian rapi dengan blazer hitam tanpa lengan. Mata perak terangnya menatap begitu tajam seperti seekor elang yang tengah menyorot mangsanya.
Dengan gaya angkuh pria blazer itu mengulurkan tangan kanannya. "Kembalikan koperku," ucapnya dengan nada suara yang begitu dalam.
Para wanita langsung terpesona kala melihat sosoknya, bahkan ketika mendengar suaranya yang terdengar memabukan itu.
Kawan-kawan dari pria berbadan besar tadi menatap remeh dirinya. Tak habis pikir jika sosok berpenampilan ala pegawai kantoran bisa ada di sini. Mereka benar-benar tidak suka pria tampan yang sok berperilaku anggun seperti itu.
"Hei, memangnya kau ini siapa, huh?" tanya salah satu dari komplotan pria besar itu. "Di sini dikhususkan untuk para Agent yang bisa bertarung, bukan pegawai magang."
Komplotan pria besar itu menertawakannya saat mendengar kawan mereka melontarkan lelucon yang terkesan garing bagi orang-orang sekitar.
"Kau lihat dia?" Pria besar lainnya menunjuk ke arah si pria blazer. "Tampilannya itu, lho…. Mirip dengan model-model yang ada di banyak buku novel dewasa. Yang tentang CEO-CEO itu."
"Roman kacangan…!"
Mereka kembali menertawakannya lebih kencang ketika mendengar bisikan rekan mereka. Si pria blazer diam tak bicara dengan sebelah alis dinaikkan.
Pria berbadan besar yang sempat kena timpa koper segera bangkit dan menatapnya dengan murka. "Jadi kau yang melempar koper ini ke wajahku?!"
"Kembalikan saja koperku. Apa susahnya, coba?" ucap si pria blazer dengan tenangnya.
Sang pria besar semakin dibuat emosi saja dengan sifat sombongnya. "Kau mau kopermu kembali?! Akan kukembalikan!"
Pria besar itu segera melemparkan koper ke si pria blazer, lalu melesat hendak menyerangnya dengan pukulan tangan. Tak diduga si pria blazer segera bersalto ke belakang dengan satu tangan bertumpu pada sandaran kursi untuk menghindari lemparan koper. Setelah mendarat, ia menendang rentetan kursi tunggu yang ia duduki tadi hingga berhasil mengenai sang pria berbadan besar.
"HIIIAAAAA!!!!!"
Dua pria berbadan besar lainnya mulai menyerang si pria blazer. Ketika salah satunya melancarkan tinju, si blazer segera melompat melewati deretan kursi yang ditendang tadi, menendang dagu si besar menggunakan lututnya. Satu 'babon' lagi menyerang, si blazer menangkis serangannya, meninjunya beberapa kali, kemudian tak tanggung-tanggung si blazer meraih koper di dekatnya, memukulkan koper tersebut ke kepala si pria besar hingga jatuh menimpa lantai dengan cukup keras.
Tiga pria berbadan besar yang telah membully seorang pemuda tadi kini telah ia hajar. Namun, pria besar yang ia lempari koper segera bangkit dan langsung melesat dengan sebuah senjata AndroMega yang masih berwujud butiran hologram ke arahnya.
Belum sempat pria blazer itu menghindar, serangan senjata AndroMega dari pria berbadan besar itu berhasil ditahan oleh tangan seseorang.
Mereka semua terkejut, bahkan Rick dan Xeno yang asik menonton pertarungan tadi tidak sadar jika Silver sudah berada di sana, menahan serangan senjata AndroMega dari si pria besar. Kini sang pria besar benar-benar dalam posisi ditekan oleh sang kapten.
"Tidak boleh menggunakan AndroMega di luar misi maupun event, Myo," ucapnya dengan senyum ramah, namun dalam dirinya ia kesal pada Agent yang tidak taat peraturan.
….
Beberapa petugas keamanan segera mengamankan ketiga pria besar tadi, membawa mereka menjauh dari bandar antariksa. Mereka bertiga sudah resmi di-Blacklist dari daftar Agent yang diterima karena telah mengacau dan membully salah satu Agent, AndroMega mereka juga sudah Silver sita.
Kini keadaan bandar antariksa terlihat lebih tenang. Silver yang saat itu sedang mendata pria blazer tadi sempat dihampiri si pemuda berkacamata.
"Kapten Silver, terima kasih karena telah menolongku," katanya sambil membungkukan badannya.
"O-oh…. Soal itu, Myo…. Kau bisa berterimakasih pada di— ."
Silver bermaksud menunjuk si pria blazer, namun dia sudah pergi sambil menyeret kopernya. Pemuda itu juga bingung ingin menanggapinya seperti apa, jadi dia memutuskan untuk pamit pada Silver.
"Kalau begitu, aku permisi dulu."
Setelah Silver mengangguk, sang pemuda segera berlari pergi menjauh. Sesaat Silver membaca data yang sempat ia dapat dari si pria blazer di PDA-nya.
"Regan Graciell, Myo?" ucapnya ketika membaca nama tersebut.
"Kapten Silver!"
"Kapten Silver, Pyo!"
Rick dan Xeno buru-buru menghampiri Silver dari kejauhan. Silver hanya menyambut mereka berdua dengan senyuman setelah dirasa pendataannya selesai.
"Rick, Xeno, kalian belum siap-siap ke pesawat, Myo?" tanya Silver pada mereka.
"Kau sendiri bagaimana?"
"Aku bakal pergi bersama para kapten pembimbing lainnya, Myo."
Mendadak suara audio bandar antariksa berbunyi, memberikan pemberitahuan pada calon penumpang tertentu.
"Mohon perhatian, pesawat antariksa dengan tujuan Coritious, Planet Dinosaur, akan segera diberangkatkan lima menit lagi."
Sesaat Rick dan Xeno saling berpandangan. Tak mereka sangka jika bakal secepat ini pesawat antariksa yang mereka tumpangi akan segera berangkat. Mereka terlihat mulai panik dan buru-buru pergi meninggalkan Silver.
"Ka-kalau begitu, kami duluan dulu, Kapten Silver!" teriak Rick sambil terus berlari mengikuti rombongan Agent lainnya.
"Terima kasih atas tumpangannya, Pyo! Sampai ketemu lagi!" teriak Xeno pula, menyusul Rick.
Sang kapten yang identik dengan warna perak itu tersenyum menanggapi mereka dan hanya membalas dengan lambaian tangan. Dia merasa bahwa keduanya begitu lucu sebagai teman yang akrab satu sama lain.
"Hei, Kapten Silver."
Silver mengalihkan pandangan pada sosok Golden yang baru saja menghampirinya.
"Pesawat bakal berangkat. Kita juga cepat-cepat susul yang lainnya," usul Golden dengan santai.
"Oke, Myo," ucap Silver setuju sambil memasukan PDA-nya ke dalam saku.
Kedua kapten pembimbing itu segera melangkah pergi. Mulai hari ini, mereka akan mengawasi jalannya perlombaan penentuan kelompok bagi masing-masing Agent. Mereka penasaran, jadi seperti apa perlombaannya nanti.
~*~*~*~
Masih ada waktu sekitar tiga menit lagi sebelum keberangkatan. Rick dan Xeno baru saja menemukan tempat duduk mereka di dalam pesawat. Xeno sangat senang ketika ia akan duduk di dekat jendela, tempat duduk favorit sejuta umat di berbagai transfortasi umum.
Selama menunggu pesawat lepas landas, Rick memikirkan sesuatu. Hari ini adalah hari pertama para Agent seperti dia ikut perlombaan yang berlokasi di salah satu daerah Planet Dinosaur, planet yang dulu sempat hendak ia kunjungi bersama ayahnya. Entah ia harus senang atau malah merasa sedih setibanya di sana karena mengingatkannya akan masa lalu. Walau begitu, Rick harus tetap fokus pada perlombaan. Perlombaan ini memang tidak untuk menentukan siapa yang kalah atau menang, hanya diadakan untuk menentukan Agent mana saja yang akan satu kelompok.
Rick jadi pensaran siapa yang akan satu kelompok dengannya nanti.
"Uwaaaaa!!! Ini pasti sangat melelahkan…!"
Iseng-iseng Rick merentangkan tangannya ke samping, tapi tak disangka tangan kanannya ditangkap seseorang. Ketika Rick menoleh heran, ia mendapati tangannya dipegang oleh seorang pria berponi tebal yang tengah tersenyum genit padanya.
"Wah…. Sudah lama kita tidak bertemu lagi, Ricky," ucapnya bernada ganjen sambil mengedipkan sebelah matanya.
Seketika wajah Rick pucat dibanjiri keringat dingin. Ia kenal betul sosok di sampingnya ini, sosok yang selalu menggentayanginya di masa lalu dengan memori-memori busuk semasa remaja.
"BANGSAT!!! DASAR BENCONG!!!"
~*~*~*~
Kutipan Terbaik :
"Xeno, masuk! Mentok di tiang, pecah 'palamu!" ~Rick takut Xeno jadi aktor Happy Tree Friends