webnovel

Panggilan

Dari tempat duduknya, Taeil melirik sebuah meja yang sudah empat hari dengan sekarang kosong. Rasanya aneh tidak melihat Yunsoul di meja itu. Seperti ada yang kurang, pikir Taeil. Menjagai nenek yang berada di luar kota, alasan itu ganjil menurut Taeil.

Dia ingin menemui Yunsoul, tapi tidak tahu persis alamatnya karena Youngjoo tidak memberitahu. Taeil khawatir bagaimana keadaan Yunsoul di sana. Menghela nafas sebentar, Taeil mengembalikan pandangannya ke depan. Ia merasakan sesuatu.

"Mungkin ini yang namanya rindu?" ucap Taeil dalam hati.

Di kelas itu juga, Youngjoo merasa tidak nyaman duduk. Sepasang mata menyorotnya tajam. Youngjoo membalasnya dengan tatapan yang biasa. Sojin, teman kelasnya itu tidak dekat dengannya dan selama ini Youngjoo tidak pernah berbicara dengan Sojin. Ia tidak menyangka kalau teman kelasnya itu melakukan sesuatu yang bahkan tidak pernah terpikirkan Youngjoo. Dan itu dilakukannya dengan seorang guru. Youngjoo kembali mengingat kejadian kemarin.

Kemudia ia melirik meja di sebelahnya yang kosong. Seharusnya tempat itu diisi oleh Yunsoul, teman dekatnya. Namun, beberapa hari ini meja tersebut tidak di tempati. Youngjoo agak sedih. Ia jadi merasa sendiri. Biasanya selalu ada yang berbicara atau bercanda padanya. Youngjoo juga berpikir hal-hal tidak baik terjadi padanya sejak Yunsoul pergi.

***

Bel istirahat berbunyi. Para murid berhamburan keluar kelas. Mereka senang karena bisa mengisi perut yang lapar atau juga lepas dari pelajaran yang membosankan. Youngjoo pun keluar kelas. Namun, bukan ke kantin. Semenjak Yunsoul tidak masuk, Youngjoo jadi jarang makan di sana. Ia tidak suka makan sendirian. Mark juga seringnya bersama teman-temannya.

Youngjoo melangkahkan kaki menuju tempat lain. Ketika itu, sebuah panggilan terdengar.

"Kang Youngjoo!"

Youngjoo menoleh dan mendapati Jaehyun menghampirinya. Youngjoo melihat Jaehyun dengan wajah heran dan bertanya-tanya.

"Ayo bicara!" Jaehyun langsung menarik tangan Youngjoo. Membawanya menaiki anak tangga.

Tangan Youngjoo berusaha lepas dari gengaman Jaehyun, tapi tidak berhasil. Perasaan Youngjoo tidak enak. Sebenarnya apa yang ingin Jaehyun bicarakan, kenapa mesti menghindari orang-orang. Jaehyun membawa Youngjoo ke lantai lima dan melepaskan tangan Youngjoo ketika sudah menemukan tempat yang dirasa tepat untuk bicara.

Kedua mata Youngjoo menoleh ke kanan, kiri, dan sekitar. Memang tidak ada siapapun dan tempat ini adalah tempat di mana dia melihat kejadian kemarin. Youngjoo berpikiran negatif, apa Jaehyun akan seperti Guru Cha melakukan 'itu'.

"Apa yang ingin dibicarakan?" tanya Youngjoo. "Cepatlah katakan," imbuhnya. Ia ingin segera pergi dari tempat ini.

"Kau menyembunyikan sesuatu. Kau pikir aku tidak akan tahu."

"Apa?" Youngjoo tidak paham. Dia berpikir lagi. "Apa Jaehyun tahu kejadian kemarin?" ucapnya dalam hati dan menatap kaget pada Jaehyun.

"Selagi aku membiarkanmu selamat maka kau harus memberitahuku. Di mana U–"

Kalimat Jaehyun hampir selesai saat sebuah panggilan memotongnya. Jaehyun dan Youngjoo menoleh ke asal suara. Youngjoo tampak kaget mengetahui siapa yang memanggilnya.

"Kang Youngjoo!" seru Guru Cha lagi.

Jaehyun tampak tidak senang dengan kedatangan guru tersebut. Mengganggu, pikir Jaehyun.

"Sedang apa kalian di sini?" Guru Cha bertanya setelah sampai di dekat mereka.

"Bukan apa-apa," jawab Jaehyun agak ketus.

Guru Cha melirik Jaehyun. "Hmm... kalau begitu. Bisakah Guru bicara dengan Youngjoo? Ada hal yang perlu ditanyakan."

"Terserah." Jaehyun menjawab singkat dan berniat pergi.

Youngjoo menahan lengan Jaehyun. Berharap pemuda itu tidak meninggalkannya sekarang. Jaehyun melirik tangan Youngjoo pada lengan seragamnya kemudian melihat Youngjoo dengan tatapan datar. Lantas, ia melepaskan kasar tangan Youngjoo.

Jaehyun pun pergi. Youngjoo ingin memanggilnya, tapi tidak jadi.

"Akhirnya kita bisa bicara berdua, Youngjoo." Guru Cha terlihat senang.

Satu langkah, Youngjoo mundur. Dia tidak menyahuti perkataan Guru Cha dan malah menundukkan pandangannya.

Sementara itu, Jaehyun menuruni anak tangga. Tampak jelas raut kesal dari wajahnya. Kedua tangan Jaehyun disembunyikan di balik saku celana seragamnya. Ia terus menggerakkan kakinya sampai berpapasan dengan seorang murid laki-laki, Doyoung. Keduanya saling bertatapan tajam, tapi hanya sebentar. Jaehyun kembali meneruskan langkahnya.

Doyoung melihat Jaehyun pergi. Apa yang sudah dilakukan, Jaehyun? Pikirnya. Doyoung melihat saat Jaehyun menarik Youngjoo dan membawanya menaiki tangga sebelumnya.

Ia melangkahkan kaki menaiki tangga. Sampai di lantai lima, Doyoung mencari Youngjoo dan menemukannya di sudut dinding bersama seorang guru. Terlihat Youngjoo ketakutan dan tidak berani menatap orang yang ada di depannya.

"Youngjoo!" seru Doyoung sambil menghampiri.

Guru Cha menoleh. Ia melihat Doyoung dengan ekspresi dingin. Sedangkan Youngjoo bernafas lega karena seseorang 'menyelamatkannya'.

"Maaf, Guru Cha. Aku harus membawa Youngjoo," tutur Doyoung sembari memegang lengan Youngjoo, kemudian menariknya pergi dari tempat itu. Guru Cha tidak bisa mencegah dan hanya melihat kesal pada Doyoung. Kalau bukan karena satu kaum, ungkap Guru Cha dalam benaknya.

Doyoung membawa Youngjoo. Gadis itu pasrah saja Doyoung menariknya menuruni tangga. Kini mereka sampai keluar gedung sekolah.

"Terima kasih."

Doyoung diam. Dia masih memperhatikan wajah Youngjoo. Kemudian setelah itu, Doyoung bertanya. "Apa yang terjadi?"

"Itu..." Youngjoo ragu menjawabnya. "Sebenarnya..." Namun, Youngjoo pikir ia perlu memberitahu Doyoung. Ia pun menceritakan kejadian kemarin tentang apa dan siapa yang dia lihat.

"Karena itulah Guru Cha mencariku." Youngjoo menunduk, seperti putus asa. "Aku harus bagaimana?"

Doyoung sedang berpikir untuk memberikan saran apa sambil memperhatikan youngjoo sekarang.

Dari jarak yang tidak jauh, Yuta berdiri melihat Youngjoo yang tampak dekat dengan Doyoung. Ia tidak akan melewatkan lagi. Lalu ia pun memutuskan untuk menghampiri keduanya.

"Youngjoo!"

Seruan namanya lagi. Youngjoo merasa kalau hari ini banyak yang memanggil namanya. Youngjoo menoleh ke kiri, Yuta berjalan ke arahnya. "Ada apa?" tanyanya begitu Yuta sudah sampai di dekatnya.

Sebelum menjawab, Yuta menatap Doyoung dengan tatapan yang dingin, lalu beralih melihat pada Youngjoo dengan lembut. "Harusnya aku bertanya. Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu seperti itu?"

"Wajahku memang seperti ini," jawab Youngjoo seolah tidak memahami pertanyaan Yuta.

Menghembuskan nafas kesal, Yuta kemudian menarik lengan Youngjoo. "Ayo."

Doyoung menahan lengan Yuta yang berniat pergi. "Sungguh tidak sopan. Aku sedang bicara padanya."

Yuta sama-sama kesal. "Aku tidak mengerti. Apa yang kau lakukan sampai Youngjoo seperti ini?"

"Apa yang kau pikirkan? Memangnya aku menyakitinya. Yang patut dicurigakan itu dirimu," ungkap Doyoung kesal.

Youngjoo tampak kebingungan dan melihat lengannya kanannya yang ditarik Yuta, sementara lengan Yuta yang menariknya ditahan oleh tangan kanan Doyoung. Youngjoo berpikir seperti dalam drama.

Untung bel tanda masuk pelajaran lagi berbunyi. Itu menghentikan Yuta yang akan menyahuti Doyoung dengan ungkapan kekesalannya.

"Aku akan pergi ke kelas," ucap Youngjoo sembari melepas genggaman Yuta. Kemudian, ia meninggalkan Yuta dan Doyoung. "Ah kenapa hidupku begini sejak Yunsoul pergi?" Youngjoo bergumam pelan.

***

Hansol memenuhi permintaan Seunghee yang ingin bertemu dengannya. Memang sudah lama sejak ia bertemu dengan Seunghee. Hansol menyeruput minuman yang disediakan oleh pelayan di rumah ini sambil menunggu Seunghee yang sebentar lagi datang.

Tidak berapa lama perempuan itu datang. Ia duduk berhadapan dengan Hansol.

"Maaf memintamu datang, Detektif. Aku ingin bicara tentang kasus kematian kakakku. Apakah ada perkembangan?"

"Hmm... tentang itu, aku belum bisa memberitahu. Aku masih menyelidikinya."

"Begitu ya. Tapi benar, kan dugaanku. Kalau kakakku mati karena dibunuh oleh vampir?"

Hansol menghela nafas. "Mengungkap kasus ini tidak mudah. Meskipun aku mengetahui siapa pelakunya, tapi belum ada bukti yang bisa ditemukan."

***

Chapitre suivant