webnovel

JANGAN TINGGALKAN AKU

"BRUUUKKK"

"Askaaaa!" pekik Amirah kaget, melihat putranya yang ambruk ke lantai.

Segera Amirah memangku Aska dakam pangkuannya sambil menangis terisak.

BiK Imah yang mengetahui kejadian itu pun mendatangi Aska dan Amirah dengan panik.

"Panggil Pak Damar Bik! ayooo cepat!" perintah Amirah dalam tangisnya.

Bik Imah bergegas bangun dan langsung mencari Pak Damar yang berada di luar.

"Apa yang telah aku lakukan padamu Nak? bangunlah Aska? kenapa harus seperti ini keadaanmu? apa yang terjadi padamu Nak?" Amirah menangis meraung menatap wajah Aska yang tiba-tiba pucat pada hidungnya mengeluarkan darah segar.

Amirah semakin panik dan ketakutan, di peluknya Aska dalam dekapannya, sambil menghapus darah terus mengalir.

Pak Damar datang yang tergopoh-gopoh sama Bik Imah, menjadi shock melihat keadaan Aska.

"Lekas angkat Aska Pak Damar, kita harus membawanya ke rumah sakit." ucap Amirah bergeser ke belakang.

Pak Damar mengambil alih tubuh Aska, dengan cepat diangkatnya lalu di gendongnya berlari menuju mobil.

Amirah masuk ke dalam lebih dahulu, kemudian tubuh Aska di baringkan dalam pangkuannya.

"Agak cepat Pak Damar!" ucap Amirah saat dalam perjalanan ke rumah sakit.

Pak Damar pun menuruti perintah Amirah, melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pak Damar membawa Aska ke rumah sakit di mana Aska melakukan terapi, dan Karin yang bekerja di sana.

Sesampaianya di rumah sakit, Aska di gendong Pak Damar ke UGD. Di bantu beberapa perawat dan dokter jaga, Aska di tangani dengan cepat. Pak Damar menelpon Dokter Heru menceritakan keadaan Aska. Saat Dokter Heru datang, dengan cepat mengambil alih penanganannya.

Selang beberapa jam, Aska sudah di bawa beberapa perawat ke kamar VIP.

Melihat kondisi Aska yang nampak ngedrop , Dokter Heru menanyakannya pada Pak Damar dan Amirah yang ikut berdiri di samping Pak Damar dengan wajah yang pucat.

"Maaf Pak Damar, memang apa yang terjadi dengan Aska? Dan kalau boleh tahu Ibu ini siapa ya?"

Pak Damar menatap Amirah, tidak menjawab pertanyaan Dokter Heru,

"Kenalkan Dok, saya Amirah Ibu dari Aska. Memang Aska kenapa ya Dok?" tanya Amirah cemas.

"Begini Bu, Aska menderita penyakit Leukemia stadium 4, secara medis hidup Aska di pekirakan tidak akan lama, mungkin bisa bertahan dalam beberapa bulan. Apakah Aska tidak memberitahu Ibu?" jelas Dokter Heru dan juga bertanya pada Amirah.

Bagaikan petir di siang bolong, tubuh Amirah lemas tak bertenaga, airmatanya mengalir deras mendengar cerita Dokter Heru tentang keadaan Aska.

"Kenapa ini harus terjadi Aska? kenapa kamu tidak memberitahu Mommy dan Daddy sayang?" jerit hati Amirah.

"Apa yang harus kita lakukan Dok? agar Aska bisa sembuh?" tanya Amirah dalam kesedihannya.

"Selama ini Aska sudah menjalankan kemoterapi rutin, serta menjalankan pola makan dan menjalankan hidupnya dengan baik. Saya memperkerjakan salah perawat di sini untuk menjaga kondisi Aska, yaitu Karin, Aska yang meminta saya untuk memperkerjakan Karin untuknya. Dengan Karin yang menjaganya, saya lihat keadaan Aska dalam keadaan stabil, dan melakukan kemoterapi dengan baik." cerita dokter Heru panjang lebar.

Amirah semakin terisak dalam tangisnya, perasaan bersalah semakin menghimpit hatinya.

Amirah menoleh ke Pak Damar.

"Pak Damar, tolong bisa membawa Karin kemari." ucap Amirah memohon.

Pak Damar bergegas segera mencari keberadaan Karin di rumah sakit, sudah beberapa kali Pak Damar menelponnya namun tidak ada nada panggilan, Ponsel Karin tidak Aktif.

"Baiklah, jika terjadi sesuatu pada Aska, Ibu bisa menghubungi saya. Pak Damar dan Karin mempunyai nomor telpon saya." ucap Dokter Heru.

Amirah menyalami Dokter Heru , berulang-ulang mengucapkan terimakasih. Setelah Dokter Heru pergi, Amirah menghampiri Aska yang terbaring.

"Aska, kenapa kamu menutupi semua ini sayang?" tanya Amirah menatap wajah Aska yang sangat pucat. Di belainya pipi Aska yang tirus.

"Bangunlah sayang, ini Mommy sayang. Maafkan Mom Aska, sungguh Mommy tidak tahu. Jika Mom tahu dari awal pasti Karin masih bersamamu untuk menjagamu sayang." isak Amurah merasa bersalah atas kondisi Aska.

"Tok...tok... tok"

Pintu terbuka, nampak Pak Damar datang sendiri tanpa Karin.

"Mana Karin Pak Damar?"

Pak Damar menghela nafas panjang, wajahnya nampak lelah.

"Maaf Nyonya, Karin sudah tidak bekerja di rumah sakit ini lagi Nyonya, dan saya juga beberapa kali telah menghubungi nomor telponnya tapi sudah tidak aktif." jawab Pak Damar dengan putus asa.

"Cari Karin sampai ketemu Pak Damar, suruh anak buah Aska untuk mencarinya di manapun Karin berada, bila perlu minta bantuan polisi untuk mencarinya. Pak Damar bisa minta tolong Pak Johan ,agar bisa cepat menemukan Karin." perintah Amirah. Pak Damar bergegas keluar menjalankan tugas dari Nyonya besarnya.

"Karin...Karin...Karin."

Amirah menoleh ke Aska, Aska sudah setengah sadar dan memanggil-manggil nama Karin dengan matanya yang masih terpejam.

Wajah Aska yang sangat pucat nampak.gelisah. Amirah menangis dalam hati melihat keadaan Aska yang memperhatinkan.

"Aska, bukalah matamu sayang, ini Mom." ucap Amirah dengan suara tercekat .

Berlahan Aska membuka matanya, di lihatnya Mommynya yang menangis berada di sampingnya.

Mata Aska mencari Karin yang tidak kelihatan di sampingnya.

"Mana Karin Mom? Apakah Karin sudah kembali Mom?" tanya Aska dengan wajah sedihnya.

"Pak Damar sedang mencarinya sayang. Kamu istirahat ya." lirih suara Amirah.

"Tidak Mom, Aku harus mencari Karin sekarang. Aku tidak bisa hidup tanpa Karin Mom." dengan suara lemah.

Aska bangkit dari tidurmya hendak turun mencari Karin.

Amirah menahan tubuh Aska yang masih lemas.

"Tidak Aska, kamu harus tetap di sini. Biar Pak Damar yang mencari Karin sayang." isak Amirah, hatinya terluka melihat Aska yang kehilangan pribadinya.

Tubuh Aska meringkuk di ranjangnya, nampak airmatanya mengalir berlahan. tangisannya merintih tertahan.

"Karinnnn kembalilah, aku membutuhkanmu Karin. Jangan meninggalkanku sendirian." rintih Aska dengan mata terpejam.

Amirah memeluk Aska, tangisnya pecah mendengar ucapan putranya yang terlihat hancur.

"Karin segera kembali sayang, kamu tenang ya Nak." bisik Amirah di peluknya tubuh Aska dalam pelukannya.

"Aku mencintainya Mom, sangat mencintainya. Dia telah meninggalkanku Mommy." isak Aska di ceruk leher Amirah.

"Sssttt, Karin tidak akan meninggalkanmu sayang. Tenang ya sayang." di peluknya Aska semakin erat.

"Drrrtttt...drrtttt"

Ponsel Amirah bergetar ada panggilan dari Pak Damar.

"Hallo, ya Pak Damar? bagaimana, apa sudah bisa menemukan Karin?" tanya Amirah,

Aska yang berada dalam pelukan Amirah mendongakkan wajahnya saat nama Karin di sebut Mommynya.

"Belum Nyonya, saya baru dari kontrakan lama Non Karin. Non Karin tidak ada di sini Nyonya. Sepertinya Non Karin tidak berada di kota ini Nyonya." ucap Pak Damar panik di sana.

Wajah Amirah menjadi muram, dan putus asa. di matikannya panggilan Pak damar.

Aska yang melihat wajah Mommynya gelisah membuat Aska semakin lemas.

"Apa yang terjadi Mom? Apa Karin sudah di temukan?" tanya Aska

"Belum Nak, kata Pak Damar kemungkinan Karin sudah tidak berada di kota ini sayang."

Tubuh Aska melemas, jiwanya melayang, kepala Aska tenggelam di dada Amirah,

"Aku harus mencari Karin Mom." bisik Aska, melepas pelukan Amirah.

Dengan tertatih Aska turun dari ranjangnya.

"Aska kamu belum sehat, biar Pak Damar yang mencarinya." tangis Amirah mencegah Aska yang turun dari ranjangnya, dengan menahan pergelangan tangan Aska.

"Tidak Mom, aku harus mencari Karin sekarang. Aku harus menemukannya." ucap Aska limbung melepas tangannya dari cekalan Amirah.

"Aska dengar Mommy, bagaimana kamu bisa mencari Karin? kamu membawa tubuhmu sendiri saja tidak bisa." pekik Amirah melihat keras kepalanya Aska.

Tubuh Aska bersandar di dada Amirah, sungguh tubuhnya terasa lemas, Aska terisak di dada Amirah.

Tubuhnya yang sakit tidak memungkinkan dirinya bisa berjalan apalagi menyetir mobil. Aska menangis putus ada dalam pelukan Amirah.

"Tunggu Pak Damar sebentar ya sayang, biar Mom dan Pak Damar yang mencari Karin." bujuk Amirah.

"Aku ikut Mom." sahut Aska

"Tapi kamu sakit Aska, kalau nanti ada apa-apa bagaimana?" kuatir Amirah.

"Aku tidak akan apa-apa Mom, aku janji." janji Aska pada Mommy nya.

"Baiklah, kamu istirahat sekarang, Mom akan menemui Dokter Heru sebentar." Amirah membantu membaringkan Aska ke ranjangnya.

Chapitre suivant