Sonya merasa tidak terima dengan sikap Aska yang dengan mudahnya memutuskan dirinya, dengan alasan karena telah mencintai wanita lain. Hati Sonya sungguh terluka dan merasa terhina. Dengan mengancam Bik Imah yang saat itu sedang di luar rumah membersihkan bunga-bunga yang di luar pagar, Sonya mendapatkan info yang di inginkannya.
"Karin! wanita yang di cintai Aska, dan hampir dua bulan wanita itu tinggal bersama Aska. Pantas Aska selama dua bulan terakhir tidak mengunjunginya maupun orang tuanya." rutuk Sonya.
"Aku harus mencari cara agar wanita itu pergi jauh dari Aska." sonya memutar otaknya dengan cepat, agar bisa secepatnya mendapatkan Aska kembali.
Dengan senyuman licik, Sonya sudah mendapatkan ide yang menurutnya sangat sempurna.
Sonya mengambil ponselnya di atas meja, dengan menunjukkan wajah yang memelas serta airmata palsu, Sonya menelpon Mommy Aska memakai video call.
"Mommy, hikss...hikss." Acting Sonya menangis terisak-isak dengan wajah bersedih.
"Ada apa sayang kenapa menangis?" tanya Mommy Aska dengan kuatir.
"Aska Mommy, memutuskan Sonya sepihak. Dan Mommy tahu kenapa Aska memutuskan Sonya? karena seorang wanita miskin yang sekarang tinggal serumah dengan Aska Mommy. Sungguh wanita yang tidak punya harga diri, belum menikah sudah mau tinggal serumah." cerita Sonya masih dengan terisak-isak serta menjelekkan Karin di hadapan Mommy Aska.
Wajah Mommy Aska terlihat kaget dengan berita yang di dapatnya dari Sonya calon menantunya.
"Benarkah itu Sonya?" tanya Mommy Aska ragu, karena selama ada waktu saat menelpon Aska, Aska tidak pernah sekalipun cerita soal serumah dengan seorang wanita. Apalagi Mommy Aska tahu, selama ini Aska paling anti membawa wanita ke rumah pribadinya, bahkan Sonya sebagai tunangannya pun tidak pernah di ajaknya ke sana.
"Benar Mommy, mommy bisa tanya sama Bik Imah pembantu Aska di rumah itu. Baiknya Mommy pulang ke rumah Aska, agar bisa melihat sendiri wanita itu." ucap Sonya dengan hati yang berapi-api.
"Oke Sonya, besok pagi Mommy usahakan sudah sampai di sana. Malam ini juga Mommy akan berangkat." jawab Mommy Aska dengan hati yang penuh pertanyaan.
"Oke Mommy, Sonya tunggu. Nanti biar Sonya yang jemput Mommy ya." ucap Sonya dengan senyum kemenangan. Rencana pertamanya sudah berhasil mendatangkan Mommy Aska jauh-jauh hanya untuk segera mengusir Karin dari rumah Aska.
Senyuman menyeringai nampak di wajah Sonya setelah mematikan panggilan video call nya.
"Tunggu saja Karin!! apa yang bisa aku lakukan untuk mengusirmu dari rumah itu!"
***
Pagi-pagi Aska dan Karin sudah berada di rumah sakit untuk melanjutkan kemoterapi lanjutan.
Seperti biasa Aska menjalani pemeriksaan keseluruhan kesehatannya, semuanya masih baik, dan proses kemoterapi berjalan dengan baik.
Aska beristirahat di kamarnya setelah menjalani kemoterapinya yang kali ini sangat sakit sekali Aska rasakan.
Hanya karena Karin ada di dekatnya pasca kemo , Aska bisa menahan semua rasa sakitnya. Aska tidak ingin terlihat lemah di mata Karin.
Aska memejamkan matanya untuk menyetabilkan rasa mual yang mulai melandanya.
Berkali-kali Aska menggerakkan tubuhnya yang terasa sangat sakit semuanya. Seakan tercekik nafasnya menahan sakit di seluruh tubuhnya, dan rasa mual yang mengocok di dalam perutnya.
Aska mencari-cari Karin dengan memanggil namanya. Namun Karin tak kunjung datang. Aska sudah tidak tahan dengan rasa sakitnya dia harus minum segera obat anti nyerinya yang berdosis tinggi. Aska melihat obatnya yang berada di atas meja, dengan menahan sakit Aska meraih obat dan segelas air yang berada di meja, dengan tangan gemetaran Aska sudah memegang obatnya, namun naas obat itu terlepas dan jatuh ke lantai, karena tubuh Aska dan jemarinya yang gemetaran. Dengan keringat bercucuran, Aska menjulurkan tangannya mencoba meraih obat yang berada di lantai, Karena keseimbangan tubuhnya yang tidak cukup kuat tubuh Aska terjatuh ke lantai.
"BBBUUUGGG"
Aska meringis kesakitan.
Bersamaan Karin yang barusan datang. Karin menjerit keras memanggil nama Aska. Dengan sekuat tenaga di bantunya Aska kembali di atas ranjangnya.
Karin menangkup wajah Aska yang sangat pucat sambil meringis menahan sakitnya.
"Apa yang kamu lakukan Aska?" tanya Karin cemas.
"Obat, obat Karin...aku sudah tidak kuat menahan sakitnya." rintih Aska dengan tubuh meringkuk.
Dengan tergesa Karin mengambil obat yang terjatuh di lantai, dan segera meminumkannya pada Aska.
Karin mengangkat sedikit punggung Aska agar bisa meminum airnya sampai habis. Tubuh Aska terasa lemas dan tak bertenaga. Kulit tubuhnya terasa dingin, wajahnya begitu pucat.
Aska mulai merasakan kedinginan yang hebat. Tubuhnya menggigil. Karin mengambil selimut dan menutupi semua tubuh Aska. Namun Aska masih terlihat menggigil matanya berair karena menahan sakit. Sepertinya obatnya masih belum bereaksi. Aska memanggil nama Karin dengan suara lirih.
" Karin, dingin sekali." suara Aska tersendat. Karin menggosok keras telapak tangan Aska, namun sama sekali tidak terpengaruh.
Tubuh Aska masih menggigil.
"Dinggiinn Karinnn." mata Aska terpejam, keringat dinginnya keluar terus di sekitar keningnya.
Hati Karin tidak tega dengan rintihan Aska yang memanggilnya. Tanpa berpikir panjamg Karin menarik kepala dan punggung Aska dengan kekuatan penuh, lalu memeluknya Aska dengan sangat erat.
Di dekapnya Aska dalam pelukannya. Aska masih merintih lirih dengan mata yang terpejam.
Cukup lama Aska berada dalam dekapan Karin hingga reaksi obat sudah terlihat dengan berhentinya rintihan Aska, dan Aska mulai tertidur.
Dengan berlahan Karin membaringkan kembali punggung dan kepala Aska di ranjang, dengan menumpuk dua bantal agar Aska nyaman dalam tidurnya.
Menjelang sore Karin membawa pulang Aska dari rumah sakit, karena kondisi Aska yang terlihat masih mengantuk Karin yang menyetir mobilnya.
Aska dan Karin baru sampai di rumah sore hari. Dengan di papah Karin dan Pak Damar Aska di antar ke kamarnya. Efek obat masih berpengaruh pada Aska, Aska masih terlihat mengantuk, tidak kuat membuka matanya. Dengan setengah tidur Aska terpaksa di suapi Karin bubur, karena Aska belum ada makan dari siang. bibir Aska belepotan bubur, dengan perhatian Karin membersihkannya dengan tissu basah. Semangkuk bubur habis tanpa tersisa. Aska tertidur kembali.
Karin mengambil baskom yang berisi air hangat yang telah di siapkan Bik Imah. Dengan sangat telaten dan penuh perhatian Karin menyeka wajah dan seluruh badan Aska bagian atas serta rambut Aska yang basah karena keringat.
Kemeja Aska yang basah di gantinya dengan kaos putih yang bersih. Di sisirnya rambut Aska yang hitam basah.
Aska nampak tertidur pulas hingga tidak menyadari Karin melakukan semua hal itu sendiri.
Di selimutinya tubuh Aska dengan selimut yang hangat. Di pandanginya wajah Aska yang sedikit pucat namun tak menghilangkan ketampanannya. Di usapnya berlahan pipi Aska penuh kasih sayang.
"Kamu harus kuat, dan harus tetap bertahan demi orang-orang yang menyayangimu."