webnovel

KEDUA KALINYA TERSAKITI

Sepulang dari pantai, Karin mengajak Aska untuk mampir ke tempat praktek dokter Heru sekedar memeriksa kesehatan Aska. Perasaan Karin lega saat Dokter Heru mengatakan kalau kondisi Aska tidak ada penurunan. Namun untuk terapi rutin tetap harus di lakukan jika kondisi Aska tidak ingin drop. Pada pasca terapi terakhir biasanya kondisi pasien akan mengalami drop yang luar biasa, hingga bisa mengakibatkan kematian. Jika pasien tidak kuat, itu akan membuat pasien mengalami penurunan yang sangat dratis.

Aska yang ikut mendengar bergidik ngeri. Ketakutannya sangat tampak di wajahnya. Karin menyentuh ujung pundak Aska.

"Kamu pasti bisa melewatinya, jangan takut aku akan menemanimu sampai kamu sembuh."

"Janji?" tanya Aska bak anak yang masih polos

Karin meninju ringan pundak Aska gemas.

"Aku tidak perlu berjanji, hanya saja aku pasti akan mengingat semua perkataanku." Karin menatap Aska.

Karin dan Aska mengucapkan terimakasih dan sekaligus pamit pada Dokter Heru. Saat itu juga Karin dan Aska pulang.

Dalam perjalanan pulang, pikiran Aska tidak merasa tenang hatinya merasa gelisah , di pikirannya masih terngiang-ngiang penjelasan Dokter Heru.

Dengan pikiran yang gelisah dan badan yang sudah lelah, akhirnya Aska tertidur. Karin yang sedari tadi mengamati kegelisahan Aska ikut prihatin.

Hati kecil Karin sebenarnya sedih, kenapa Aska yang begitu tampan dan punya hati yang baik mendapat cobaan seperti itu.

Karin menghentikan mobilnya ke pinggir jalan secara berlahan. Di lepasnya seatbeltnya dan mengambil jaket yang di belakang kursi.

Di amatinya wajah Aska yang kini selalu terlihat pucat sejak penyakit leukemia menyerangnya.

Dengan helaan nafas yang berat, di selimutinya tubuh atas Aska dengan jaket yang di ambilnya.

Agar tubuh Aska merasa hangat dan tidak kedinginan karena hari telah malam.

Karin melihat jam tangannya sudah jam sembilan malam. Tanpa melihat Aska lagi, Karin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar sampai di rumah secepatnya.

Sampai di rumah, Karin langsung memasukkan mobiknya ke garasi rumah. Sambil melepas seatbeltnya Karin memijat pundak lehernya yang sedikit pegal.

Di lihatnya Aska masih tertidur pulas. Berlahan Karin mendekat ke tubuh Aska yang tidak bergerak, dan bermaksud melepas seatbelt Aska yang masih terpasang.

Tubuh Karin bergerak sedikit menyentuh bagian depan Aska, yang membuat Aska terusik dari tidurnya.

Karin menghentikan gerakannya menunggu Aska terlelap kembali.

Selang beberapa detik, Karin berhasil melepas seatbelt Aska. Dengan melepas nafasnya yang baru saja terhenti, Karin berniat membangunkan Aska dari tidurnya, tapi tidak tega saat melihat Aska yang sudah tertidur lelap karena kecapekan.

Pikiran Karin bercabang antara membangunkan Aska untuk tidur di kamarnya, atau membiarkan Aska tidur di dalam mobil dengan posisi duduk pasti akan membuat punggung Aska sakit nanti.

Karin kembali menatap wajah Aska, dengan sedikit keberanian dan memakai kekuatan tangan Karin menurunkan sandaran kursi Aska agar sedikit sejajar dengan kursinya. Karena terlalu kuatnya hingga sandaran kursi turunnya begitu cepat, yang menyebabkan tubuh dan kepala Aska sedikit terjerembab di sandaran kursi yang jatuh ke bawah.

Aska terlonjak kaget, hingga membuat Karin juga terkejut dan jatuh menimpa tubuh Aska. Spontan tangan Aska memeluk pinggang Karin, agar tidak terlalu sakit menimpanya. Wajah Aska dan Karin begitu sangat dekat. Dengan mata yang masih ngantuk dan tubuh yang masih lelah, Aska memejamkan matanya kembali dengan masih memeluk pinggang Karin.

Karin merasa jengah.

"Aska baru saja terbuka matanya saat terjerembab tadi, kenapa sekarang bisa tidur lagi? Aska tidur beneran atau hanya berpura-pura?" Karin melambaikan tangannya ke mata Aska, meyakinkan dirinya Aska benar tertidur lagi atau hanya berpura-pura.

Mata Aska tidak berkedip juga tidak bergerak, tubuhnya juga samasekali tidak bergerak, namun tetap dalam posisi memeluknya.

Karin menahan tubuhnya dengan kedua siku tangannya agar tidak terlalu menimpa tubuh Aska.

Tubuh Karin yang juga sudah sangat capek dan matanya yang memang sudah mengantuk karena dia yang menyetir, membuatnya sedikit lemas, dan tidak bisa menahan tubuhnya dari kantuknya.

Tanpa terasa Karin pun tertidur dalam pelukan Aska. Beberapa menit setelah Karin tertidur mata Aska yang terpejam berlahan terbuka dengan senyum bahagianya Aska mengecup puncak rambut Karin yang begitu harum di hidungnya.

"I love you." bisik Aska lirih, kemudian Aska kembali melanjutkan tidurnya dengan memeluk pinggang Karin semakin erat.

Esok paginya Karin terpaksa terbangun karena mendengar suara teriakan dari seorang wanita yang memanggil nama Aska berkali-kali di halaman rumah .

Dengan sedikit terkejut Karin mendapati dirinya masih di atas tubuh Aska yang masih tertidur.

Bergegas Karin menjauh dari tubuh Aska dan sedikit kesusahan saat Karin mau keluar dari pintu mobil. Aska yang merasakan ada pergerakan di atas tubuhnya menjadi ikut terbangun.

"Kamu mau ke mana?" suara serak Aska terdengar seksi saat bangun dari tidur.

"Ya bangunlah, ini sudah siang. Kamu dengar tidak ada suara wanita yang memanggilmu." jelas Karin.

Aska memasang telinganya dengan baik agar bisa mendengar wanita yang sedang memanggilnya.

"DEG"

"Sonya!" Spontan nama Sonya keluar dari mulut Aska setelah mengenali suara teriakanny.

Wajah Aska seketika terlihat sangat kesal. Karin menatap Aska dengan heran.

"Siapa memang sonya Ka?" tanya Karin menatap Aska tajam.

"Kamu jangan berbohong padaku!"

Aska menelan air ludahnya, dia tidak ingin berbohong pada Karin. tapi jika jujur Karin pasti akan sangat marah, Aska pusing harus menjawab apa. Bohong atau jujur.

"Sonya adalah tunanganku." jawab Aska jujur karena dia tidak ingin membohongi Karin, wanita pertama yang di cintainya yang mengenalkannya pada perasaan rindu dan cinta.

"PLAKK"

Karin menampar pipi Aska dengan kerasnya, hingga pipi Aska yang putih pucat terlihat memerah.

Aska memegang pipinya yang sakit, tapi lebih sakit dengan hatinya. Karin telah menamparnya pasti Karin akan meninggalkannya dan sangat membencinya.

Karin menatap mata Aska dengan pandangan yang rumit, dua kali hatinya tersakiti dan merasa di bohongi, pertama Edo laki-laki yang sangat dia cintai, dan yang kedua Aska laki-laki yang dia berjanji akan dia jaga. "Persetan dengan semua laki-laki!" teriak batin Karin. Karin membuka knop pintu mobil, namun tangan Aska mencekal pergelangan tangan Karin yang satunya.

Karin menoleh ke wajah Aska dengan wajah yang terlihat marah. Dan itu sangat menyakitkan hati Aska.

"Lepaskan tanganmu!" desis suara Karin menahan marah. Aska semakin mempererat cekalannya.

"Jangan pergi dulu, aku mohon..please." ratap Aska.

"Aku akan menjelaskannya padamu." Aska memohon dengan suaranya yang semakin parau.

"Penjelasan apalagi? bukannya kamu sudah mengakuinya jika kamu sudah bertunangan dengannya?"

"Aku tidak mencintainya Rin, ini bukan kemauanku." kata Aska dengan sedihnya.

Karin tertawa sumbang.

"Tidak mencintainya! bukan kemauanmu? terus kenapa kamu bertunangan?" sinis suara Karin.

"Sudah cukup! dengan kebohonganmu! saat ini juga aku akan pergi!" Karin membuka knop mobil dan menurunkan kakinya untuk segera keluar.

"Jika kamu keluar dari pintu mobil, aku berjanji akan mati saat ini juga di hadapanmu!" teriak Aska, yang membuat Karin menahan kakinya yang hampir menapak lantai.

Karin menghela nafasnya, sungguh hati Karin sangat sakit, lebih sakit saat Edo yang menghianatinya.

Dengan perasaan yang terluka, Karin menepis rasa iba nya.

"Aku tidak perduli!" jawab Karin dengan datar, padahal di sudut hatinya ada rasa yang tidak dia mengerti. Perasaan yang takut kehilangan.

"Aku tahu, kamu tidak akan perduli karena memang kamu tidak mencintaiku. Tapi kamu perlu tahu aku sangat mencintaimu! jika kamu pergi, aku akan mengakhiri hidupku sekarang. Toh aku tidak lama lagi juga akan mati!" Aska menarik lengan Karin dengan kuat, hingga tubuh Karin kembali terjatuh duduk di kursi.

Dengan cepat Aska mencabut kunci mobil dan mengunci semua pintu. Karin mendorong dada Aska dengan keras, hingga punggung Aska membentur kaca pintu mobil.

"Aku memang tidak mencintaimu, kamu sudah tahu itu dari awal! dan kenapa aku harus perduli padamu! kamu sudah membohongiku! menghancurkan kepercayaanku! Apakah itu cara kamu mencintaiku?" teriak Karin dengan amarah yang meluap.

"Baiklah, jika kamu memang tidak perduli padaku dan tidak mau mendengar penjelasanku, dan juga tidak percaya dengan perasaanku. Akan aku buktikan sekarang! sesuai janjiku!" suara Aska begitu berat dan putus asa.

Aska membuka laci mobil yang berada di depannya, di ambilnya sebuah pistol yang memang sudah lama tersimpan di sana untuk berjaga-jaga. Karena memang Aska mempunyai latar belakang seorang CEO dengan banyak perusahaan yang berada di mana-mana, dan kehidupannya yang selalu bergelimang harta, serta penjelajah wanita dan sering berhadapan dengan beberapa musuh pesaingnya yang menginginkan kematiannya.

Chapitre suivant