Pemotretan pun sudah selesai, kru, model dan yang lain diperbolehkan untuk pulang. Jean mencari keberadaan Eliot yang menghilang entah kemana sejak pemotretan nya dengan Chanyeol. Jean berpikir mungkin Eliot pergi kabur karena takut ditagih janjinya.
"Kemana manusia satu itu, aku ditinggalkan sendirian, sialan." Maki Jean. Entah kenapa semenjak Jean masuk ke lingkungan Dominic, dia menjadi suka memaki. Dan Eliot yang sering mendapat makian Jean, meski tidak langsung kepada orangnya. Kekesalan Jean benar-benar ada di ujung kepala karena menghilangnya pria bertangan lentik itu.
"Siapa yang sialan?" Tanya Chanyeol tiba-tiba. Lagi-lagi Jean dibuat jantungan oleh Chanyeol yang datang mengejutkan nya.
"Tidak ada." Jawab Jean cepat. Dia mengalihkan pandangannya, karena mengingat percakapan nya dengan Chanyeol saat pemotretan.
"Kamu tadi mau berbicara padaku, bukan?" Tanya Chanyeol mengingat pembicaraannya tadi yang sempat terpotong karena datangnya Eliot.
"Itu-" Jean menjadi ragu berbicara jujur kepada Chanyeol karena ucapan Chanyeol yang masih ingin menunggunya.
"Mau bicara dulu caffe? Agar kita bisa berbicara leluasa." Tawar Chanyeol.
"Sepertinya lain kali saja." Tolak Jean. Dia benar-benar menjadi ragu.
"Takut suamimu mencari?" Tebak Chanyeol.
"Em?? Ah.. Iya." Akhir nya Jean berbohong.
"Aku tidak akan berbuat yang tidak-tidak padamu, jadi tidak masalah bukan?" Chanyeol sedikit memaksa.
"Maaf, tapi aku tidak bisa." Sebisa mungkin Jean menghindari Chanyeol. Tapi Chanyeol tetap memaksa. Dan sekarang malah menarik tangan Jean paksa.
"Chan, tunggu. Aku bilang tidak bisa." Jean menahan tangan Chanyeol agar berhenti. Langkahnya sedikit sulit karena kaki panjang Chanyeol.
"Seperti yang aku katakan tadi, aku akan tidak berbuat lebih padamu. Just dinner, tidak lebih. Apa kamu masih menolak? Setidaknya untuk yang ini kamu tidak menolak ku. Apa begitu sulit untuk berbincang seperti dulu, Je?" Ucap Chanyeol penuh harap. Matanya menunjukan kesedihan karena penolakan Jean padanya.
Jean yang tidak enak dengan ucapan Chanyeol pun akhirnya menurut. Tapi untuk berbicara tentang pernikahannya dengan Dominic ia urungkan dulu, karena Jean yakin Chanyeol akan bertindak semaunya. Ia akan berbicara tapi tidak sekarang. Dan Jean tidak ingin Chanyeol melakukan hal gila hanya demi dirinya.
Chanyeol membawa Jean ke Italian resto. Karena dia tahu Jean menyukai pasta, dan restoran yang mereka datangi adalah restoran terbaik di kota ini. Chanyeol memesan hidangan pembuka, hidangan utama, dan juga hidangan penutup untuk Jean. Padahal Jean meminta Chanyeol untuk memesan minum saja, tapi Chanyeol kekeh ingin makan bersama, dan akhirnya Jean menurut, kembali.
"Tadi apa yang ingin kamu katakan kepadaku?" Tanya Chanyeol.
Jean memutar otak untuk memberi alasan yang pas untuk mengganti topik utamanya. "Itu.. Aku hanya ingin mengatakan jika kamu.. Menjaga daddy. Kau kan tahu jika ibu tiriku seperti itu. Aku ingin kamu lebih sering kerumah saat daddy ada dirumah." Hanya itu yang bisa Jean katakan, karena Jean tipe yang tidak bisa berbohong, dan dia takut jika Chanyeol mengetahui jika Jean sedang berbohong.
Beberapa lama Chanyeol tidak menjawab membuat Jean meneguk saliva nya. Jean seperti sedang berhadapan dengan rektor galak karena takut melakukan kesalahan.
"Tidak perlu kau katakan aku sudah melakukannya. Beliau sangat kesepian tanpa kamu. Apa kamu tidak ingin mengunjunginya?"
Ucapan Chanyeol membuat Jean sadar, sudah berapa lama dia tidak mengunjungi daddy nya. Beliau mungkin merasa kehilangan karena pernikahan tiba-tibanya.
"Aku belum sempat mengunjunginya." Jean terlihat sedih. Dia merindukan daddy nya.
"Suami kamu melarang untuk melakukan itu?" Tebak Chanyeol.
"Kenapa kamu merasa kalau dia itu buruk? Dia tak seburuk yang kau kira." Tanpa sadar Jean membela Dominic dengan suara meninggi. Namun detik kemudian Jean tersadar dan merasa bingung dengan dirinya yang dengan lancar membela suami kontraknya.
Chanyeol terkejut dengan sikap Jean yang marah karena dia sudah berbicara buruk tentang suaminya.
"Maaf, maksudku-" Jean tidak bisa melanjutkan bicaranya. Dia tahu Chanyeol pasti terkejut karena smean sudah berbicara dengan suara tinggi padanya. Tapi Jean sendiripun tidak tahu kenapa bisa berbicara seperti itu pada Chanyeol.
"Tidak apa-apa aku mengerti. Makanlah segera, sebelum menjadi dingin." Chanyeol tidak membahas itu dan menyuruh Jean untuk segera makan. Jean pun menurut dia makan dengan sesekali melirik Chanyeol yang juga sedang makan.
Mereka pun selesai makan. Tidak ada yang membuka percakapan selama mereka fokus makan. Tanpa ada bincang-bincang hangat diantara mereka, seolah ada tembolok tak kasat mata menghalangi kedekatan mereka.
"Aku antar kamu pulang." Chanyeol menawarkan diri mengantar Jean pulang.
"Tidak perlu, aku bisa naik taksi." Tolak Jean cepat. Dia benar-benar tidak ingin membuat masalah apapun. Mengingat sikap Dominic yang melarang keras untuk tidak bertemu dengan siapapun.
"Aku tidak peduli kamu menolak, aku akan tetap mengantarmu." Chanyeol benar-benar keras kepala.
"Tapi Chan-" Sebelum Jean berbicara, ponsel Chanyeol berbunyi. Dia pun langsung mengangkat panggilan itu dan izin menjauh dari Jean.
Jean membuang nafas kasar, dia tidak tahu kenapa sifat Chanyeol menjadi seperti itu. Dia benar-benar? Menolak keras padanya agar tidak menunggu dan melupakan semua rasa yang pernah ada untuknya. Jean hanya ingin Chanyeol menikmati hidupnya tanpa perlu memikirkannya. Jean tahu melupakan bukan hal yang mudah, tapi jika tidak mencobanya kira tidak akan pernah tahu. Mungkin butuh waktu lama, tapi dari pada tidak sama sekali.
Jean juga mencoba untuk melupakan perasaannya pada Chanyeol. Perasaan yang dulu pernah tumbuh untuk sahabatnya. Perasaan yang dulu sempat ia tentang karena Jean merasa tidak pantas untuk Chanyeol yang memiliki keluarga sempurna. Ciuman pertama dan terakhir adalah kenangan yang akan terus Jean simpan dan tidak akan ia buang meski orang lain memintanya. Karena Chanyeol adalah orang pertama yang masuk kedalam hatinya dan Chanyeol lah orang pertama yang menyembuhkan luka disaat dia merasa sakit akibat perlakuan ibu tirinya.
Jean melihat Chanyeol yang sedang berbicara entah dengan siapa, dapat Jean lihat jelas jika Chanyeol kesal kepada si penelepon entah kenapa, Jean tidak tahu. Chanyeol selesai berbicara dan langsung menghampiri Jean.
"Maaf sepertinya aku tidak jadi mengantar kamu. Menejerku meminta datang kepadanya karena aku ada syuting iklan malam ini." Chanyeol memberitahu jika dia tidak jadi mengantar Jean karena pekerjaannya yang tidak bisa dia tinggalkan.
"Sekarang kau sangat sibuk ya." Jean mencoba bergurau.
"Ya, aku akan terus berusaha keras agar aku terus masuk TV dan kamu dapat melihatku setiap hari saat kamu membuka TV." Jawabnya pasti.
Jean kembali diam, bukan itu maksud Jean. Dia hanya ingin bergurau agar tidak kaku. Tapi Chanyeol menanggapinya dengan serius.
"Chan, aku serius dengan ucapanku. Lupakan perasaan itu, carilah kebahagian baru, jangan menungguku karena aku sudah memiliki suami." Jean menatap Chanyeol sendu. Dia sedih karena Chanyeol terus berharap padanya.
"Apa kamu mencintai suamimu? " Tanya Chanyeol serius.
Jean sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Dia ingin menolak, tapi lidahnya tidak bisa mengucapkan itu. Dia sendiri tidak tahu apakah Jean mencintai Dominic atau tidak.
"Tentu, aku mencintai suamiku." Jawab Jean dengan lancar.
Chanyeol menyunggingkan sudut bibirnya. "Begitu ya? Tapi aku tidak peduli dengan itu. Aku akan terus menyukai bahkan mencintaimu meski kamu tidak mencintaiku." Chanyeol tersenyum, tapi Jean tahu jika senyum itu dia paksakan.
"Aku pergi dulu. Lain kali kita bertemu kembali." Ucap Chanyeol. Dia pun pergi. Namun sebelum pergi, Chanyeol mengacak-acak rambut Jean gemas, seperti dulu biasa dia lakukan saat mereka masih bersama.
Jean hanya terdiam tidak menanggapi apapun. Terlalu bingung dengan situasi yang terjadi. Jean hanya berharap Chanyeol bahagia, tidak yang lain. Mendengar dia mengatakan ingin menunggu membuatnya merasa sedih dan merasa tersakiti, karena bagaimanapun juga selama ini Chanyeol lah yang menjaganya, melindunginya. Tapi dia malah menyakitinya.
Ponsel Jean bergetar. Nomer tidak diketahui tertera sebagai pengirim pesan.
'Pergi ke xxxx, aku tunggu disana. Jangan telat dan jangan seperti siput, dasar siput.' isi pesan itu. Nomer itu tidak diketahui, tapi Jean sangat tahu siapa pengirimnya kalau buka Eliot yang selalu memanggilnya itik buruk rupa dan siput. Jean memesan taksi online. Beberapa menit kemudian pergi ke tempat yang Eliot kasih.
Dua puluh menit perjalanan untuk sampai ketempat itu. Jean bingung kenapa Eliot menyuruhnya datang ke hotel. Jean pun mau tidak mau masuk kedalam meski bingung Eliot membawanya ke tempat itu.
"Dasar siput." Eliot datang menyenggol bahu Jean sedikit keras. Jean kesal karena Eliot selalu bertindak semaunya.
"Untuk apa kamu membawaku kesini." Tanya Jean dengan wajah kesal.
"Pegang ini." Eliot memberikan Jean sebuah topeng. Jean semakin dibuat bingung. Apa Eliot mengajaknya ke pesta topeng, atau bagaimana. Tapi tetap saja Jean menurut.
"Ikuti aku dari belakang. Jangan jauh-jauh, sampai kau kehilangan arah dan terlepas dariku, aku tidak menjamin apa yang terjadi padamu disini." Katanya memberitahu. Jean hanya menganggap sebagai ancaman belaka, karena Eliot memang suka mengancam padanya.
Disepanjang jalan sebuah lorong, Jean dan juga Eliot hanya diam tidak ada yang membuka percakapan. Memang apa yang akan mereka obroli kalau setiap bertemu saja bertengkar.
Eliot menghentikan langkahnya di depan pintu besar nan mewah dengan dua penjaga di depannya. Eliot mengeluarkan kartu yang Jean tidak tahu. Eliot dengan penjaga berbicara menggunakan bahasa Spanyol yang membuat Jean mengernyit tidak mengerti. Dan akhirnya Eliot dan Jean di perbolehkan masuk.
"Pakai topengmu." Perintah Eliot.
"Tempat apa ini?" Tanya Jean melihat mereka seperti masuk kedalam ruang bawah tanah.
"Jangan cerewet, ikuti aku saja." Ketua Eliot.
Jean pun menurut. Saat sudah sampai tujuan, betapa terkejutnya Jean melihat sekeliling. Seperti sebuah lapangan dibawah tanah, sangat luas dan bahkan banyak pengunjung seperti sedang menunggu sesuatu.
Jean melihat semua pengunjung memakai topeng entah untuk apa. Rasa penasaran nya pun begitu besar.
"Kenapa kau membawaku kesini." Tanya Jean untuk kesekian kalinya.
"Menepati janjiku." Ucap Eliot.
Jean memandang tempat itu dengan kepala yang berpikir keras. Apa Eliot mengajaknya untuk menonton sesuatu disini? Tapi kenapa Eliot bilang ingin menepati janjinya? Tempat apa ini?
________________
Hayooo tempat apa??
Aku cepet kan up nya hehehhe. Aku semangat karna respon kalian luar biasa. Makasih banyak ya... Makasih banyak juga yang udah ngasih power stone nya buat aku.
Jangan bosen ngasih komen, power stone dan review nya ya... Biar aku tambah semangat nulisnya...
Luvluv buat kalian <3<3:*:*< p>