"Kau tidak akan bisa membunuhku hanya dengan itu."
*****
Jantung Jean hampir copot jika suara itu tidak terdengar. Dominic, dia yang menarik pinggang Jean.
"Kau membuat jantungku mau copot. Untung saja kau menangkis semprotan ini, kalau tidak matamu akan memerah satu hari penuh." Jean mengelus dadanya dan membombardir dengan kekesalannya karena sudah mengejutkannya.
"Cerewet." Dominic mengecup bibir Jean cepat dan menggandeng nya, berjalan bersama menuju ke suatu ruangan di paling ujung.
Jean dan Dominic sudah sampai di depan pintu yang kotor, berdebu, banyak sarang laba-laba. Sebenernya Jean bingung kenapa Dominic mengajaknya ke tempat seperti ini. Tapi dia enggan untuk bertanya.
Dominic membuka pintu dan betapa terkejutnya Jean saat melihat pria yang pernah mencoba untuk memperkosanya dan berkomplot dengan ibu tirinya untuk menjualnya pada pemilik club yang kini sedang dalam keadaan sangat memprihatinkan. Wajah penuh luka baju tidak tahu kemana, seluruh tubuhnya basah, bahkan bagian hanya hanya menggunakan brief.
Siapa yang melakukan itu? Apa Dominic? Jean memandang Dominic yang sedang menatap kekasih gelap ibu tirinya dalam diam. Dominic menoleh karena merasa diperhatikan.
"Memohonlah." Kata Dominic kepada pria yang sedang diikat di tiang.
"Tolong." Ucap pria itu dengan suara yang sangat kecil wajahnya menunduk karena memang sudah tidak berdaya. Jean tidak menjawab apapun. Tangan nya mengepal kuat menahan diri.
"Mereka menyeretku dan mengatakan jika aku melakukan sesuatu yang buruk kepadamu. Bilang kepada mereka bahwa itu semua hanya kesalahan pahaman saja." Kekasih gelap ibu tiri Jean sama sekali tidak mengakui kesalahannya telah mencoba melakukan pemerkosaan pada Jean.
"Dan yang menyeretmu kedunia hitam adalah ibu tirimu. Aku hanya melakukan perintahnya. Lagipula kau sekarang sudah hidup mewah dengannya. Tolong minta mereka untuk melepaskanku." Dengan susah payah, pria itu meminta untuk membebaskannya. Jean sangat geram kepada pria itu. Bagaimana bisa menganggap semua adalah kesalahpahaman, jelas-jelas dia ingin memperkosa Jean berkomplot dengan ibu tirinya untuk menjual Jean agar mendapatkan uang.
Jean mendekati pria itu, dan langsung menampar wajahnya dengan keras. "Kau pantas mendapatkan ini semua." Setelah mengatakan itu Jean ke luar dengan langkah lebar. Dominic mengikuti Jean yang sudah masuk kedalam mobil.
Jean sedang menangis di dalam mobil. Dia marah, kenapa dengan seenaknya mempermainkan hidup seseorang. Hidup mewah? Memang benar Jean sekarang hidup mewah karena kekayaan yang dimiliki Dominic, tapi Jean tidak butuh kemewahan, dia butuh keluarga yang memberi kenyamanan bukan kesepian. Hidup dalam kemewahan namun kesepian dan seperti terpenjara, sama saja seperti dia hidup tapi bagaikan mati.
"Ini baru wanitaku." Dominic memuji keberanian Jean yang mengatakan itu kepada kekasih gelap ibu tirinya, bahkan menampar pria itu.
Bukan tenang, Jean malah bertambah kejer menangis nya. Dominic malah panik melihat Jean seperti itu. Apa dia melakukan kesalahan? Pikir Dominic.
"Hei.. Kau kenapa." Dominic memeluk Jean.
"Dominic bodoh, Dominic si beruang kutub." Jean memukul lengan Dominic dan memakinya tanpa takut. Jean kesal karena Dominic asal bicara. Wanitanya, ucapan itu yang membuat Jean kesal. Bukan marah, Dominic malah tersenyum tidak tahu kenapa.
"Sudah?" Tanya Dominic setelah Jean tenang. Jean mengangguk.
"Wait a second." Dominic menyuruh Jean menunggu, ada yang ingin dia selesaikan di luar.
Dominic kembali kedalam toko dan menghampiri ketiga bodyguard nya. Bodyguard itu langsung menunduk hormat kepadanya.
"Apa yang harus kita lakukan, tuan." Tanya salah satu dari bodyguard itu.
Dominic berpikir sejenak, lalu menyunggingkan satu sudut bibirnya.
"Apa kalian tidak menginginkannya?" Dominic berbicara kepada ketiga bodyguard itu yang wajahnya berubah menjadi berseri karena tawaran Dominic.
"Apa kami boleh melakukan 'itu'?" Tanya mereka memastikan.
"Bermain-main lah dengannya sepuas kalian. Setalah itu kalian boleh membuangnya." Setelah mengucapkan itu Dominic langsung keluar.
"Hari ini aku sangat baik, bukan? Seharusnya aku kuliti, kebiri, ku potong 'miliknya', atau kubunuh saja dia. Tapi pengecualian untuk hari ini, dia kubiarkan hidup dan menikmati bercinta dengan ketiga bodyguard ku yang kekar itu. Dan dia harus tahu bagaimana rasanya diperkosa." Dominic memasang wajah dinginnya kembali. Dan berjalan menghampiri mobil yang ada Jean di dalamnya. Sebelum itu, terdengar suara teriakan dari dalam ruangan tempat kekasih gelap ibu tiri Jean disekap.
"Tinggal satu lagi." Ucapnya dingin.
Dominic membuka pintu mobilnya dan duduk di kursi pengemudi. Biasanya Dominic tidak mau susah-susah mengemudi, tapi pengecualian untuk hari ini karena suasana hatinya sedang baik. Dominic menyalakan mobilnya dalam diam.
"Kita mau kemana?" Tanya Jean.
"Kencan." Jawabnya singkat.
Jean terkejut dengan jawaban Dominic yang menurutnya sangat langka.
"Kemana?" Tanya Dominic.
"Hah?" Jean bingung dengan pertanyaan Dominic.
"Kemana biasa orang-orang biasa berkencan?" Tanyanya lagi.
Jean mengedip-edipkan matanya, sungguh dia juga bingung. Pertama Jean tidak pernah berkencan, kedua, apa bedanya kencan orang biasa dengan yang tidak biasa?
"Taman." Jean menjawab asal. Setidaknya dia punya pengetahuan dari drama yang dia tonton.
"Oke." Jawaban Dominic membuatnya sangat-sangat syok, ada apa dengannya hari ini?
****
Mereka pun sudah sampai di salah satu taman. Banyak orang yang juga datang ke taman itu. Mulai dari keluarga yang membawa ada kecilnya bermain, lalu ada yang berolah raga, ada juga yang seperti Dominic dan juga Jean menikmati waktu bersama dengan pasangan.
Pasangan? Satu kata yang Jean pun masih tidak tahu, apakah dia dan Dominic adalah seorang pasangan, atau apa? Sudahlah, yang terpenting mereka sekarang menikmati waktu luangnya bersama.
Dominic menggandeng, bahkan menautkan jari jemarinya di jari-jari Jean. "Like a couple?" Ucap Dominic.
Jean menundukan kepala nya karena malu. Atau karena ini kali pertama Dominic melakukan hal seperti ini? Tapi setelah di ingat, Dominic pernah seperti ini tapi di hadapan wartawan saat pembukaan mall.
"Belikan ice cream itu." Jean menunjuk salah satu kedai ice cream.
"Kamu tunggu disini." Jean menulikan pendengaran sekitar akibat ucapan Dominic. Dia bilang ingin membelikan ice cream itu, bukan itu yang jadi permasalahannya, tapi Dominic yang pergi sendiri untuk membelikan ice cream untuk Jean. Ada apa dengannya hari ini.
Jean pun diam memperhatikan Dominic yang sedang membeli ice cream. "Apa dia tahu cara membeli di kedai itu?" Jean bergumam.
"Ice cream sudah datang untuk my queen." Dominic menyodorkan ice cream itu. Jean menerima dengan perasaan aneh.
"Kau tidak suka dengan rasa itu?" Tanya nya melihat wajah Jean yang tidak begitu bersemangat.
Jean menggelengkan kepalanya. "Ini sangat enak, lebih dari enak." Jean mengucapkan itu sambil tersenyum.
Dominic tersenyum mendengar jawaban Jean. Jantung Jean berhenti sejenak melihat betapa indahnya ciptaan Tuhan di depannya ini. Sangat tampan. Pahatan sempurna dari wajah Dominic membuat air liar Jean mau menetes.
"Jangan memperhatikan ku seperti itu disini, kalau kau tidak mau aku makan disini juga." Ucapan Dominic menyadarkan Jean yang melamun sebentar.
Hari ini Dominic selalu membuat semburat merah di wajahnya nampak. Perlakuan manisnya hari ini membuat Jean berhenti sejenak mengingat tentang betapa buruknya mereka dipertemukan. Apa mereka akan seperti ini meski mereka tidak dipertemukan seperti itu?
"Lelah?" Tanya Dominic.
Jean mengangguk pelan. Dominic pun mengerti, dia menarik Jean kesalah satu bangku.
Jean dan Dominic hanya berdiam diri, tidak ada dari satupun yang membuka suara. Banyak orang berlalu lalang dihadapan mereka, tak mengendurkan tautan tangan mereka. Masih saling menggenggam satu sama lain.
Tapi saat ada satu keluarga kecil seperti ayah, ibu dan anaknya yang diperkirakan masih berusia dua tahun dengan manjannya bergelayut dengan ayahnya lewat dihadapan Jean dan Dominic mau tidak mau membuat fokus Jean teralihkan ke arah Dominic yang memperhatikan setiap tingkah dan apapun yang keluarga itu lakukan.
Jean berpikir, apakah Dominic merindukan keluarganya? Mengingat apa yang Jean ketahui tentang hubungan Dominic dengan ayahnya begitu buruk. Jean benar-benar penasaran apa yang terjadi dengan hubungan mereka sampai seperti itu. Yang Jean ketahui dari pihak Adam, tapi jean tidak tahu apa yang Dominic rasakan.
Dominic menoleh menghadap Jean.
"Mau berkencan ala orang tidak biasa?" Ucapnya tiba-tiba. Jean hanya mengedip-edipkan matanya mendengar ucapan Dominic.
_______________________________
Cepet kan:*
Minta review nya baiknya boleh? Bersyukur banget kalian mau ngasih review buat aku:)
Terimakasih sudah menunggu cerita ini. Yang komen dari awal sampai akhir... Kalian luar byasaah :*:*:"")