webnovel

Kemarahan Dirles

Gue dan bibi sekarang berada di resto Ben's. Ntah apa yang mau dijumpai dan dibicarakan.  Gue cuma diajak kesini katanya ada yang mau dibilang PENTING!!

"Bi, Khristal ambil hp dulu ya ke mobil ketinggalan dijok lupa Khristal bawa, bibi sih buru-buru." kata gue merajok.

"Iya, jangan lama ya sebentar lagi  mereka mau sampai." kata bibi

"Ok bi,  7 menit cusss...!! ucap gue baru lari, pantas susah lupa ternyata gue pake high hells.

****

"Mama sama papa luan aja ya, Dirles markir mobil dulu." ucap gue

"Iya,  jangan lama ya sayang." kata mama Sharon.

Gue hanya ngangguk mantap aja ga lupa senyum termanis gue.

"Mbah,  udah lama nunggu ya?  maaf tadi kejebak macet." kata mama

"Ga kok mbah,  baru 10 menit kok, Dirles nya mana ya mbah?"

"Oh,  sebentar lagi kesini kok." kata mama

"Pak Robert,  apa Dirles udah mengetahui bahwa Khristal yang jadi istrinya? karena saya juga belum kasih tau Khristal tentang ini." kata paman dengan hati-hati.

"Belum pak Leo,  biar aja dia tau sendri. Saya juga mau tau reaksi dia gimana,  semua tenang aja. Kita tetap melnjutkan pernikahannya." tegas papa Robert.

Dirles pun tiba

"Nah,  ini dia jagoan mama udah datang,  kenalin sayang mereka walinya calon istri kamu." kata mama dengan snyum.

"Malam tan, om." kata gue dengan sopan.

"Oh iya,  calon Dirles mana mah?  kok ga da?" bukan apa-apa gue cuma penasaran aja kok.

"Nah,  tuh dia dibelakang kamu." kata papa.

"Lo.."

"Dirles.."  jadi dia calon istri gue?

"Lo ngapain disini?" dengan datarnya tapi tegas.

"Gue hanya diajak bibi sama paman kesini." jawab gue gugup.

"Jadi lo tahu kalau kita dijodohkan?  lo tahu kalau gue calon suami lo.!" bentaknya. Air mata gue mengalir.

"Dir,  gue ga tahu apa-apa, gue berani sumpah.  Gue ga tahu." masih dengan mata berkaca-kaca.

"Mama sama papa tahu,  kalau dia calon istri Dirles? Jawab..!! " emosi gue udah diujung.

"Dirles,  jaga sopan kamu sama orang tua.  Apa yang dikatakan Khristal bener. Dia ga tahu apa-apa. Ini semua rencana kami. Kamu jangan salahin Khristal. " tegas papa

Dirles kembali menoleh ke arah gue,  ntah kenapa gue ketakutan lihat amarahnya.  Tuhan segitu ga sukanya dia kalau gue jadi istrinya. batin gue menangis.

"Puas lo kan,  ini juga mau lo kan? munafik lo sok bantuin gue sama Sera. Biar gue ga nyalahin lo hah? Bentaknya.

"Gue juga udah janji sama mama nerima ini tapi ingat gue benci sama lo." katanya dengan rahang mngeras.

Dia pergi dan air mata gue tumpah sudah semua, sakit..sakit banget. Gue torehkan pandangan gue keatas masih aja air matanya mengalir deras.  Dirles,  gue mencintai lo. ucap gue dalam hati.

Chapitre suivant