REVAN POV
"kita mulai semua dari awal ya Al, tidak seharusnya aku menyalahkan masalalumu. sedangkan aku juga punya masa lalu. dan hanya Allah yang berhak atas hambanya. Allah saja maha pemaaf masa mas yang hina ini g mau maafin kamu Al. mas juga punya masalalu yang buruk Al. tapi tidak sekarang mas cerita sama kamu."
Aku mencoba menenangkan istriku Almira. wanita cantik yang mampu menggetarkan hatiku sejak saat aku melihatnya di kantor waktu itu, kini terlihat pucat . aku ingin berubah menjadi lebih baik.benar bahwa laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik.begitu pula sebaliknya. aku yang brengsek ini, pun dijodohkan dengan wanita yang sholehah tapi punya kekurangan dimasa lalunya.
Kini aku akan menjadi seorang ayah, dan Aku ingin memperbaiki semuanya dari awal bersama istriku. masa bodoh dengan semua yang telah lalu. aku ingin membuka lembaran baru.
"makan dulu ya Al, mas suapin kamu ya." ku ambil kotak makan yang ku pesan dari kantin tadi. ku belikan soto untuk Almira yang beberapa saat lalu sudah dipindahkan ke rawat inap.
"iya mas," Almira mengangguk pelan , tersenyum tipis, kulihat dia masih lemas. baru tiga suapan , dia sudah tidak tahan ingin mengeluarkan kembali apa yang sudah dimakan barusan. aku membantunya ke kamar mandi. dan memijit tengkuknya.
"Udah mas.. aku mau rebahan aja" kata Almira , aku tuntun dia dengan sebelah tanganku memegang infusnya. untung masih ada asupan dari infus. tapi masih saja dia harus banyak makan dan jangan sampai kekurangan nutrisi.
Almira lalu terlelap tidur setelah malam panjang dengan tidur yang sedikit resah. mungkin banyak hal yang mengganggu tidurnya. mulai besok aku janji akan buat kamu bahagia Al.
Esok harinya.
"Al, mau mas antar ke kamar mandi?" Almira mengangguk , lalu segera kuraih tangannya dan menggandengnya ke kamar mandi. dia membersihkan diri dan mengambil air wudhu untuk sholat shubuh.
Untuk pertama kalinya aku menjadi imam buat Almira. dia sholat diatas brankar sedang aku sholat dilantai dekat brankar istriku.
Aku memang harus berubah. Aku ingin jadi suami dan ayah yang baik.
"Selamat pagi bu Almira, ini sarapan untuk ibu." seorang perawat meletakkan makan pagi untuk Almira. lalu segera minta diri keluar ruang Almira dirawat.
"Al , mau sarapan sekarang? mas suapin ya.
"iya mas, maaf merepotkan mas Revan terus"
"jangan bilang begitu Al, ini sudah jadi tanggung jawabku untuk merawatmu.apalagi sekarang ada calon anak kita dalam rahimmu. jadi aku harus menjaga kalian berdua." Almira tersenyum manis sekali mendengar ucapanku.
suapan pertama, kedua oke. tapi setelah suapan ketiga, Almira muntah2 lagi. ya Allah kasihan sekali istriku.
"mas, Al pengen makan lontong sayur boleh?" tiba-tiba Almira bilang begitu setelah mengeluarkan isi perutnya barusan.
"boleh Al, nanti aku pesenin pake ojol aja ya. biar mas bisa jagain kamu terus.mas ga mau ninggalin kamu soalnya" Aku salah tingkah didepan Almira. dia hanya tersenyum menatapku.
" mas, boleh Al tanya sesuatu sama mas?'
"kenapa mas sekarang lebih hangat sikapnya sama Al?" Aku bingung harus menjawab apa pertanyaan Almira. tapi aku harus menjawabnya.
"Mas sadar Al, setiap orang punya masa lalu, mas ga punya hak menghakimi orang. mas sadar, mas bukan orang yang sempurna. jadi mas akan belajar menjadi imam yang baik buat kamu Al"
"Al senang dengernya mas. kita mulai semua dari awal ya mas."
*******
Sore harinya Almira sudah boleh pulang karena kondisi Almira sudah stabil. hari ini aku cuti kerja dan semua jadwalku hari ini dihandle sahabatku Devan.
sekarang kami sudah berada dirumah kami. Almira tampak lebih segar daripada kemaren.
"Al, mulai sekarang mbak Tami akan kerja disini. dia yang akan bantu kita ngurus rumah Al. kamu ga usah banyak aktifitas selama hamil ya. nanti kalau perlu apa-apa tinggal minta sama mbak Tami.."
"iya mas. makasih ya mas. Tapi aku akan bosan kalau tidak punya aktifitas apa-apa di rumah."
"kamu bisa baca buku atau apapun yang tidak menguras tenaga Al, pokoknya mas ga mau kamu terlalu capek ya.inget ada dede bayi dalam perut kamu sekarang." kami tersenyum dengan Almira memelukku erat. sungguh bahagia bisa mengikhlaskan sesuatu. aku ikhlas menerima Almira. dan semoga Almira juga bisa ikhlas menerimaku.
*****
Tiga bulan berlalu setelah berdamainya kami dalam pernikahan kami, perut Almira pun sudah mulai terlihat membesar. setiap bulan aku tak pernah absen menemani istriku periksa ke dokter kandungan. betapa bahagianya ketika calon bayi kami mulai terlihat walau masih sangat kecil. dan detak jantung yang terdengar membuatku trenyuh.
"Al, mas balik ke kantor dulu ya. mas ada meeting penting hari ini".
"iya mas gak apa-apa koq. kan ada mbak tami yang nemenin di rumah"
"kamu baik-baik di rumah ya. kalau ada apa-apa segera telepon mas ya. "
"iya mas.siapp. hati-hati di jalan ya mas.
sampai kantor , aku bergegas menuju ruang meeting. dan betapa terkejutnya aku ketika melihat wanita itu. wanita yang pernah membuat aku hancur. wanita yang mematahkan hatiku.
"Revan..
*********