webnovel

Bertemu Ristie

Setelah Bian memarkir mobilnya, keduanya segera dan memasuki mall yang luas itu. Bian menggandeng Mumut memasuki lift ke lantai yang dituju. Dia segera merangkul Mumut saat menemukan sesosok perempuan berjalan di lorong yang sama dengannya tengah berjalan dengan seorang perempuan yang umurnya terlihat lebih tua dari Ristie. Seingat Bian perempuan yang bersama Ristie adalah kakak sepupunya.

Mumut tak terlalu memperhatikan ketika Bian merangkulnya karena dia sibuk mencari pembalut yang biasa dipakainya. Mumut baru sadar kalau Bian merangkulnya ketika Bian membawa tubuhnya lebih dekat kepadanya. Mumut mendongakkan wajahnya dan melihat Bian yang tengah menatapnya sambil tersenyum, Mumut segera mengalihkan pandangannya dari muka Bian dan menjadi terkejut saat melihat Ristie berada tak jauh dari mereka. Mumut merasa jantungnya berhenti berdetak saat tahu Ristie sedang memperhatikannya dan Bian, dia takut Ristie akan mengenalinya dan mengejek Bian karena menikahinya.

"Bian?" seru Ristie saat menyadari keberadaan Bian di dekatnya.

Bian menoleh menatap Ristie seolah baru melihat keberadaan Ristie.

Bian memaksakan sebuah senyum dibibirnya, satu sisi hatinya masih berharap kepada perempuan cantik dengan dandanan berkelas yang membuat setiap orang akan tertarik padanya tapi sisi hatinya yang lain telah terpikat pada gadis imut yang berada dalam rangkulannya.

Perempuan yang berada di samping Ristie ikut menyapanya sambil tersenyum. Bian membalas sapaan Kakak sepupu Ristie dengan senyuman.

"Ristie?"

"Ini istrimu?" tanya Ristie sembari menatap Mumut dengan tatapan yang membunuh, membuat Mumut merasa gugup. Bian mempererat rangkulannya untuk membantu Mumut mengurangi kegugupannya.

Mumut mengangguk pada Ristie sambil tersenyum kecil, dia merasa sangat tidak nyaman berada di sekitar Ristie.

"Iya, ini istriku, Perkenalkan namanya Mutiara," jawab Bian dingin.

Mumut mengulurkan tangannya untuk menyalami Ristie tapi gadis itu mengacuhkannya dan membiarkan tangan Mumut mengantung di udara. Dengan canggung Mumut menurunkan tangannya,

"Hmmm... Cantik juga, sayang kelihatan kampungan!" kata Ristie to the point seakan-akan Mumut tidak berada di tempat itu.

Mumut menggigit bibir bawahnya, merasa sangat tidak nyaman sambil menatap Bian seklias. Sebenarnya walau hanya mengenakan dress panjang warna maroon yang dipadu dengan jilbab warna merah muda, Mumut cukup membuatnya terlihat mempesona. Riasan wajah Mumut yang sederhana membuatnya terlihat lebih natural tidak seperti Mumut yang meski terlihat cantik tapi terlihat seperti mengenakan topeng.

Bian hanya menatap Ristie tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Selama ini Ristie memang biasa bicara ceplas-ceplos seperti itu tanpa berfikir apakah orang yang diajaknya bicara sakit hati atau tidak dan Bian tak pernah merasa terganggu dengan hal itu. Tapi kali ini dia merasa sakit saat Ristie mengejek Mumut apalagi saat melihat wajah kekanakan Mumut terlihat muram.

Bian hanya mendesah dan menatap Ristie dengan tatapan yang begitu dingin, dia terlihat marah tapi Ristie tak menyadarinya karena dia terbiasa dengan sikap dingin Bian. Ketika mereka masih bersama beberapa waktu yang lalu Bian juga lebih sering cuek jadi dia yang lebih banyak bicara bahkan dia sering kali harus lebih aktif untuk membuat BIan lebih memperhatikannya dengan menciumnya.

Mumut merasa sangat tidak nyaman dengan situasi di depan matanya.

"Aku ke toilet dulu," kata Mumut kepada Bian, dia mencoba menghindari suasana yang begitu canggung ini.

"Ayo. Aku antar." kata Bian sambil menggegam tangan Mumut dan membimbingnya menuju toilet.

Ristie merasa marah karena diabaikan Bian , dia memanggil-memanggil Bian tapi cowok itu sama sekali tak menggubrisnya, dia bahkam meraih Mumut lebih dekat dan merangkulnya berjalan meninggalkan tempatnya berdiri.

"Sudahlah, Ris.... Biarkan saja mereka, Toh kamu sudah dapat yang lebih dari Bian," kata sepupu Ristie sambil tersenyum kecut melihat kemesraan Mumut dan Bian.

Ketika Ristie memutuskan Bian malam itu, Ristie bercerita kepada sepupunya kalau Bian nerselingkuh dengan wanita lain karena itu dia memutuskan untuk meninggalkannya makanya dari tadi dia menatap Mumut dengan tatapan tak suka. Dia mengakui istri Bian memang cantik dan mempesona meski penampilannya tidak seglamor Ristie.

***

"Pulang atau kembali ke sana?" tanya Bian di depan toilet sambil menatap Mumut,

"Pulang...tapi aku belum mendapat yang aku cari.... Bagaiman kalau nanti mampir di mini market saja?"

"Oke!" Bian menyetujui usul Mumut, dia segera menggandeng Mumut menuju lift kemudian ke tempat mereka memarkir mobil. Bian kemudian menyalakan mesin mobilnya menembus malam mencari mini market yang dekat mall yang mereka datangi tadi.

Sepanjang perjalanan Bian selalu berusaha mencuri pandang pada peremuan yang ada di sampingnya, selama ini dia sangat mencintai Ristie dan mengira tak ada perempuan lain yang akan bisa membuatnya jatuh cinta karena itu dia berusaha memanjakan Ristie dan memenuhi semua permintaannya agar gadis itu tak pernah meninggalkannya. Bian tak pernah menyangka dia akan jatuh pada seseorang yang menjadi istrinya, ada rasa bahagia yang memenuhi dadanya saat mata mereka bersitatap walau hanya sebentar karena dia berkonsentrasi pada jalan di depannya.

"Ada apa?" tanya Mumut sambil merebahkan kepalanya.

Bian hanya tersenyum, tangannya terulur mengusap-usap kepala Mumut.

(Terimakasih telah mengirim dia untukku, Tuhan,) kata Bian dalam hati. Sementara di sisi yang lain, Mumut berusaha menyembunyikan air matanya, dia tak pernah menyangka akan menjadi istri dari seorang lelaki yang tak pernah ada dalam benaknya, membayangkan saja tidak karena itu adalah satu hal yang tak mungkin. Bian adalah pimpinan di tempatnya bekerja, selain sudah menjalin hubungan Ristie banyak wanita lain di kantor yang berusaha menggodanya.

Bian menghentikan mobilnya di depan sebuah mini market, kemudian dia turun kemudian membukaksn pintu untuk Mumut.

Keduanya melangkah memasuki mini market sambil tersenyum. Dengan segera Mumut menemukan barang yang dicarinya. Dia tertawa kecil.

"Kenapa tertawa?" tanya Bian penasaran.

"Hehe, biasanya kan masuknya ke mini market jadi ketika diajak ke mall malah bingung." Mumut tak bisa menyembunyikan senyumnya.

Bian tertawa mendengar perkataan Mumut.

"Mau beli apa lagi?"

"Sudah."

"Sudah?"

"Iya."

Bian menggelengkan kepalanya. tawanya terdengar riang.

Mereka segera menunju kasir membayar barang yang mereka beli dan pulang.

Sepanjang perjalanan pulang Mumut bersandar ke sandaran kursi sambil memejamkan mata. Dia merasa sangat mengantuk dan Bian menyuruhnya untuk tidur.

Sampai di rumah, pak Arya menyambut kedatangan mereka. Melihat Mumut yang tertidur pulas, Bian menggendongnya dan membawanya ke kamar, menidurkannya kemudian menyelimutinya.

Bian menatap wajah Mumut lama sebelum akhirnya tersenyum dan mengecup keningnya.

"Selamat malam, selamat tidur, istriku." bisik Bian di telinga Mumut.

Bian kemudian berganti pakaian menggunakan piyama dan berbaring di sisi Mumut. Dia memeluk perempuan yang ada di sisinya dan mencoba untuk memejamkan matanya.

***

Selamat malam readers, semoga selalu menantikan cerita ini..

Chapitre suivant