webnovel

Tidak Bisa Menjemput

Hari-hari berikutnya tak ada sesuatu yang istimewa selain menjalankan tugas shift di rumah sakit. Waktu begitu cepat berlalu dan tak terasa hari ini adalah hari terakhir kami praktek di rumah sakit Anyelir. Setelah berpamitan pada karyawan rumah sakit aku segera pulang ke tempat kos untuk berkemas setelah itu aku berpamitan pada pemilik kos yang berada tak jauh dari rumah yang aku tempati bersama Airin dan Ria.

Aku duduk di teras rumah kos menunggu jemputan Harsya. Ria telah pulang sejak tadi bersama Arbi dan Airin langsung pulang ke rumah orang tuanya berada yang tak jauh dari sini.

Aku melewatkan waktu dengan melihat-lihat status teman- temanku di media sosial, setelah bosan membaca status di media sosial, aku melihat jam tanganku ternyata aku sudah duduk di sini dan lebih dari satu jam menunggu Harsya. Aku berdiri dan merentangkan tanganku untuk mengurangi pegal di punggungngku kemudian aku melongok ke jalan berharap mobil Harsya terlihat di sana.

Sebuah HRV hitam tampak melaju ke arahku dan berhenti di halaman rumah sebelah. Tanpa sadar aku menatap ke arah mobil itu dan melihat seseorang keluar dari dalam mobil itu. Aku memandangi posturnya yang atletis terbalut dalam kaos hitam dan celana krem ,membuatnya terlihat sangat menawan.

Merasa diawasi lelaki itu menoleh dan menatapku. Wajahku segera berubah warna menjadi kemerahan, nafasku terasa sesak dan jantungku serasa mau meloncat. Ali! Ia memperlihatkan senyum manisnya yang membuat banyak perempuan di kampus tergila-gila padanya. Aku segera membuang muka dan mendengus untuk menutupi rasa gugupku. Aku tak pernah mengira Ali bisa menyetir karena kalau ke kampus dia selalu menggunakan sepeda motor.

Untunglah Arif segera keluar dari dalam rumah itu, ia segera mengikuti pandangan Ali ke arahku.

"Belum dijemput, Zie?" tanya Arif kemudian.

"Belum, mungkin Kak Harsya masih sibuk," aku tersenyum.

"Ikut kami saja!" ajak Arif, Ali tampak tertegun tapi tak berkata apa-apa.

"Aku belum bisa menghubungi Harsya, takutnya kalau aku ikut kalian nanti Harsya kecele,"

"Gimana kalau kita nungguin Zie sampai kak Harsya menjemput dia, Al?" pinta Arif pada Ali, cowok itu hanya mengangguk.

Ali dan Arif mendatangi teras dan kemudian duduk di sofa di depanku. Arif mengajakku ngobrol sementara Ali hanya memandangi kami, sesekali dia ikut nimbrung ketika Arif bertanya. Aku terpana saat tatapan kami bertemu dan melihat tatapan matanya tak sedingin biasanya.

Ponselku berdering tak lama kemudian, dari Harsya. Aku berdiri dan menjauh dari keduanya untuk menerima telepon dari Harsya.

"Halo, Sayang...Maaf, Yang, ga bisa jemput sekarang. Ini ada cito, pasien dengan perdarahan post partum, Radian yang sedianya menggantikan shiftku malah mendadak ada acara jadi aku terpaksa jaga" terdengar suara Harsya di ujung sana.

"Iya, gak papa."

"Terus kamu pulangnya bagaimana? Mau nunggu aku atau naik bis?"

"Bareng Arif, kebetulan ada yang bawa mobil, jadi nanti bisa nebeng." aku sengaja berbohong karena aku tak membuat Harsya cemas.

"Oke, Hati-hati kalau begitu." desah Harsya, ada rasa lega di dalamnya.

Aku berjalan mendekati kedua cowok yang tengah menungguku.

"Gimana?" tanya Arif setelah aku menutup panggilan teleponku.

"Harsya ada cito," jawabku sambil tersenyum untuk menutupi rasa kecewaku.

"Kalau begitu kamu ikut kita saja!" ujar Arif antusias.

"Aku akan naik bis saja," aku menatap Ali sekilas, aku tak berani berharap Ali akan mengabulkan permintaan Arif.

"Ayolah, Al! Masak kamu tega membiarkan Zie naik bis?" Arif menatap Ali dengan tatapan memohon.

"Ayo keburu malam.. " jawab Ali sambil berdiri dari duduknya.

Aku merasa lega mendengar jawaban Ali meski nada suaranya masih terdengar dingin, aku berjalan ke arah mobil bersama Arif yang membawakan barang-barangku. Ali membuka pintu bagasi dan membantu meletakkan barang-barangku di sana. Setelah itu Ali membuka pintu penumpang di bagian belakang dan menyuruhku naik dan menutup pintumya setelah aku duduk. Kemudian Ali berjalan menuju pintu di ruang kemudi dan duduk di sana sedang Arif di duduk di sebelahnya. Tak lama kemudian Ali menghidupkan mobil dan membawanya melintasi jalan yang kami lalui.

***

Chapitre suivant