Zhu Haimei merasa bahwa ucapan ibu mertuanya sangatlah konyol. Apakah youbing[1]1 bisa lezat jika dibuat tanpa minyak?
Sebenarnya, Zhu Haimei juga tidak salah karena ia tidak tahu kalau pada masa itu, tidak semua orang bisa dengan mudah menggunakan minyak dan makan daging sepuasnya, karena perekonomian yang masih belum berkembang.
Namun entah mengapa, masalah itu tak terlintas di benaknya sedikitpun. Ia tetap tidak memperdulikan ucapan ibu mertuanya, dan memasukkan semua bahan yang dibutuhkan untuk memasak hidangannya. Zhu Haimei kemudian memasukkan minyak secukupnya ke dalam lada yang sudah digiling, dan daun bawang yang sudah diiris, lalu mencampurnya dengan adonan pancake dan mengaduknya hingga merata. Setelah itu ia menggorengnya. Tak lama kemudian, rumah keluarga Shen pun dipenuhi dengan aroma harum dari masakan Zhu Haimei.
Di luar terdengar suara ayah mertuanya yang sedang menggiring ayam masuk ke kandangnya. Zhu Haimei merasa bahwa ia harus membicarakan masalah ayam dengan ayah mertuanya. Ia akan memintanya agar besok ayam-ayam itu tidak dilepaskan ke halaman rumah, karena akan membuat halaman rumah menjadi penuh dengan kotoran ayam.
Meskipun halaman rumah mereka berantakan, tetapi di dalam rumahnya masih tergolong rapi, hanya saja terlalu gelap. Di tengah ruang utama hanya ada sebuah bola lampu kecil dengan cahaya redup tergantung di langit-langit rumah. Selain itu, ada sebuah meja panjang berukuran kecil, dan sebuah meja persegi kuno yang bisa ditempati untuk delapan orang, dan masih ada dua kursi kursi kayu kuno. Zhu Haimei tidak bisa melihat benda apa saja yang diletakkan di atas meja karena cahayanya terlalu redup. Semoga saja lampunya bisa menerangi mereka saat makan.
Saat Zhu Haimei membawa setumpuk youbing yang sudah digoreng ke ruang makan, ia melihat pintu kamar mertuanya ditutup. Ia tidak tahu apa yang sedang mertuanya bicarakan di dalam sana. Ia lalu memanggil mereka untuk makan malam. Ayah mertuanya pun menjawab dengan jawaban singkat, kemudian Zhu Haimei pergi lagi ke dapur untuk membuat sup.
Sup tulang paling enak disajikan dengan cuka, daun bawang, dan daun ketumbar, tetapi ibu mertuanya tidak suka cuka. Oleh karena itu, Zhu Haimei tidak memasukkan cuka ke dalam mangkuk ibu mertuanya. Ia lalu mengambil dua potong daging dari dalam panci dan meletakkan ke dalam mangkok mertuanya, masing-masing satu potong. Sisa tulangnya, besok akan ia gunakan untuk membuat sup tulang lagi untuk ibu mertuanya.
Setelah Zhu Haimei selesai menyiapkan semuanya, kedua mertuanya pun keluar dari kamar. Begitu ibu mertuanya melihat makanan yang ia sajikan, beliau langsung melotot ke arah Zhu Haimei. "Aku sudah menyuruhmu untuk memasukkan sedikit minyak, tapi lihatlah youbing yang kamu buat itu!"
Satu keranjang kecil youbing yang ada di meja itu tampak mengkilat karena menggunakan banyak minyak. Selain marah karena Zhu Haimei memasukkan banyak minyak ke youbingnya, ibu mertuanya juga marah saat melihat ada daging di sup tulangnya. "Apa kamu sudah bosan hidup?"
Sementara itu, Shen Yousheng tampak mengetuk pipa rokoknya. "Kenapa kamu berteriak? Ia sudah menderita beberapa hari ini karenamu. Tidak bisakah kamu makan dengan tenang?" Sebelum Shen Hualian pergi, ia menyuruh ayahnya untuk menjaga Zhu Haimei, agar ibunya tidak bersikap keterlaluan pada Zhu Haimei.
Ibu mertuanya lalu meletakkan kruknya dan duduk dengan wajah yang tampak kesal. "Jangan ikut campur jika wanita sedang bicara."
Shen Yousheng pun terdiam setelah mendengar ucapan istrinya barusan. Ia kemudian meletakkan pipa rokoknya, dan mengambil sepotong youbing, lalu mengambil acar dan memakannya.
Zhu Haimei kemudian mendorong semangkuk sup ke arah ibu mertuanya. "Ibu harus makan lebih banyak sup. Dokter mengatakan bahwa sup tulang baik untuk pemulihan luka akibat patah tulang." Setelah mendengar itu, ekspresi ibu mertuanya menjadi lebih tenang.
Setelah makan malam, Zhu Haimei membereskan meja makan dan menyapa ibu mertuanya. "Bu, aku akan pulang ke rumah sebentar, dan kembali lagi ke sini nanti." Setelah mendengar bahwa Zhu Haimei hendak pulang ke rumah ibunya, ibu mertuanya yang duduk di kursi dan sedang membersihkan giginya dengan tusuk gigi itu lalu berkata, "Bawa satu kilogram gula merah itu ke sana."
Ucapan tersebut membuat Zhu Haimei menjadi terkejut. Ia tak menyangka bahwa ibu mertuanya akan menyuruhnya membawa satu kilogram gula merah untuk ibunya. Ia benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan oleh ibu mertuanya.
"Lihat apa kamu? Kalau tidak mau membawanya, lupakan saja!"
Zhu Haimei pun memperbaiki ekspresi wajahnya, lalu berkata sambil tersenyum. "Terima kasih, Bu."
"Pulanglah lebih awal. Kalau kamu pulang terlambat, aku tidak akan membukakan pintunya."
Zhu Haimei menghela nafas lagi. Saat ia baru saja ingin keluar, ada sebuah suara yang terdengar dari halaman rumah mertuanya. "Apa Paman ada di rumah?"
Ayah Shen lalu menjawab, "Ada, masuklah."
Di tengah-tengah percakapan mereka, muncul seorang laki-laki paruh baya yang berkulit gelap dan bertubuh tidak terlalu tinggi. Dibelakangnya ada seorang anak laki-laki yang juga berkulit gelap sedang menundukkan kepala. Begitu memasuki pintu, anak laki-laki itu langsung berlutut di depan ibu mertuanya.
Tindakan tersebut sampai membuat Zhu Haimei menjadi terkejut. 'Ada apa ini?' Tanyanya dalam hati.
Shen Yousheng kemudian dengan cepat berkata, "Yougao, bangunkan Jun, apa yang sedang kamu lakukan?"
Shen Yougao kemudian menjawab, "Kak, ia pantas mendapatkannya. Siapa suruh ia tidak punya mata?"
Setelah mendengar kalimat itu, Zhu Haimei menduga bahwa bocah itulah yang menabrak ibu mertuanya. Ia lalu melirik ibu mertuanya, beliau sama sekali tidak melihat ke arah anak laki-laki itu ataupun Shen Yougao. Zhu Haimei lalu mengikuti arah pandangan ibu mertuanya yang ternyata sedang melihat jaring laba-laba yang ada di pintu.
Saat Shen Yousheng melihat keponakannya sendiri sedang berlutut di tanah, sejujurnya ia juga merasa sedih. "Jun, bangunlah."
"Bibi, aku mengaku bersalah."
Tetapi ibu mertua Zhu Haimei hanya terdiam seribu bahasa.
Shen Yougao lalu menyambung ucapan anaknya. "Kakak ipar, aku tahu biaya perawatanmu menghabiskan banyak uang. Aku juga tidak datang ke sini dengan tangan kosong." Ujarnya sembari mengeluarkan uang dan meletakkannya di sebelah meja tempat ibu mertua Zhu Haimei duduk. "Ini seratus yuan. Kakak ipar tahu sendiri keadaan keluargaku bagaimana, aku benar-benar tidak bisa memberikan banyak uang untuk mengganti biaya pengobatan Kakak." Jelas Shen Yougao.
Shen Yousheng pun segera berkata, "Apa yang kamu lakukan? Keluargamu juga masih kekurangan, dan istrimu masih harus minum obat sepanjang tahun. Shen Juan dan Shen Bo juga masih harus pergi ke sekolah. Sebaiknya kamu ambil lagi uang itu. Bukankah kamu sudah mengirim seratus yuan sebelumnya?" Ayah mertua Zhu Haimei lalu mengambil uang tersebut dan mengembalikannya pada Shen Yougao.
"Kak, meskipun kita adalah saudara kandung, tapi masalah ini tidak boleh diselesaikan seperti ini." Shen Yougao bersikeras untuk tidak menerimanya. "Aku tidak bisa memberikan banyak, jadi terimalah sedikit uang ini." Ayah mertua Zhu Haimei juga membenarkan ucapan tersebut di dalam hati. Jika saudara sedang membutuhkan bantuan, apapun pasti akan diusahakan. Uang seratus yuan yang mereka berikan pada Ayah mertua Zhu Haimei, adalah uang pinjaman. Kali ini, mereka pasti juga meminjam seratus yuan lagi pada orang lain.
Ibu mertua Zhu Haimei kemudian berdehem singkat, lalu berkata, "Putra tertuaku sedang bertugas di luar. Kehidupan keluargaku juga sulit. Kali ini, biaya perawatanku menghabiskan sekitar lima atau enam ratus yuan. Putra tertuaku juga mendapatkan uang sebanyak itu dari meminjam di kantor militer." Perkataan ibu Shen seolah menunjukkan bahwa keluarganya juga sedang kekurangan uang.
Shen Yougao lalu segera membalas, "Ini memang kesalahan Jun. Aku akan menyuruh Jun datang ke sini untuk bekerja sampai kaki kakak ipar sembuh."
Akan tetapi, ibu mertua Zhu Haimei tidak mau menerima tawaran Shen Yougao. Ia lalu menceritakan kejadiannya dengan melebih-lebihkan. Waktu itu, ibu mertuanya berjalan di depan, tetapi Jun yang mengendarai traktor langsung menabraknya. Ia tidak tahu harus berlari kemana, karena traktor tersebut terus mengikutinya. Hari itu ia benar-benar sial.
Ia lalu melanjutkan, "Zhu Haimei ada di rumah, jadi Jun tidak usah datang ke sini. Hanya saja, sulit untuk mendapatkan uang lima atau enam ratus yuan setelah gagal panen. Apalagi sekarang aku juga tidak bisa bekerja di ladang, dan anak laki-laki keduaku juga masih sekolah, lantas bagaimana aku bisa membayar hutangku?"
Shen Yousheng lalu berkata dengan nada tinggi. "Mengapa kamu terus mengatakan omong kosong? Jangan bicara omong kosong di sini. Yougao, bawa Jun pulang. Selama di rumah ini masih ada aku, maka masalah ini kita anggap selesai."
Ayah mertuanya yang tiba-tiba meninggikan suaranya itu membuat Zhu Haimei terkejut.
Kemudian, ibu mertua Zhu Haimei tiba-tiba berdiri, "Apa? Dianggap selesai? Shen Yousheng, apakah kamu yang akan mengembalikan uang lima ratus yuan itu? Memangnya kamu bisa?"
"Bukankah Shen Dongyuan sudah menanggungnya? Kenapa kamu masih mempersoalkannya?" Ujar Shen Yousheng sambil menatap tajam pada istrinya.
"Bibi, aku tidak mengatakan bahwa aku menolak untuk mengembalikan uangnya. Bawakan tagihan obatnya padaku, biar aku lihat berapa banyak yang harus aku kembalikan. Begitu aku bekerja, aku akan mengembalikan semuanya."
"Jun! Jangan ikut campur." Teriak Shen Yougao yang tersulut emosi. Ia kemudian segera menoleh, dan menatap ke arah kakak iparnya sambil berkata, "Kakak ipar, Kakak juga melihat Jun tumbuh besar dengan mata kepala Kakak sendiri. Kakak ipar tahu sendiri bahwa temperamen anak ini seperti keledai yang keras kepala. Jadi, jangan anggap serius apa yang sudah ia katakan."
Shen Yousheng kemudian dengan tegas berkata, "Jun, aku adalah Paman mu. Ketika Kakekmu meninggal, ia sangat mengkhawatirkan keluarga mu. Bagus jika kamu ingin bertanggung jawab atas kesalahanmu, tapi kali ini kamu harus mendengarkan ucapan Paman, masalah ini kita anggap selesai. Pulang lah bersama Ayahmu."
Bukankah perkataan ayah mertua Zhu Haimei benar-benar sangat bijaksana?
Ibu mertua Zhu Haimei tidak pernah mau rugi. Jika ibu mertuanya itu tidak mau melepaskan Shen Jun, ayah mertuanya khawatir saat Shen Dongyuan kembali nanti, ia juga tidak mau melepaskan Shen Jun. Ayah mertuanya itu lalu keluar untuk mengantarkan adiknya dan keponakannya. "Baiklah, pulanglah, Istriku sudah tidak apa-apa."
Zhu Haimei menghela nafas lega. Ia takut ibu mertuanya akan menyuruhnya mengambil tagihan obatnya. Ia tidak meminta ibu mertuanya untuk berterima kasih padanya. Ia hanya ingin ibu mertuanya tidak mencari-cari masalah lagi.
Melihat paman kedua dan anaknya pergi, ia pun hendak pergi, tetapi tiba-tiba ibu mertuanya berteriak dengan keras. "Kembali!"
Teriakan tersebut membuat Zhu Haimei gemetar ketakutan. "Ada apa bu?"
"Katakan sejujurnya padaku, berapa biaya total tagihan rumah sakitnya?
"Lima ratus yuan." Jawab Zhu Haimei. Saat ia tiba-tiba teringat bahwa kedua mertuanya buta huruf, ia pun tak khawatir lagi.