"Adik ipar, jangan masukkan ke dalam hati, temperamen ibu memang seperti itu, nanti temperamennya pasti akan membaik." Ujar Shen Hualian yang merasa sangat bersalah.
Zhu Haimei pun tersenyum. "Aku tahu, aku tidak akan memasukkannya ke dalam hati." Sebetulnya, kakak ipar Zhu Haimei adalah orang yang jujur, sama seperti ayah mertuanya. Kakak iparnya memiliki hati yang sangat baik, dan sudah beberapa kali membela Zhu Haimei di hadapan ibunya.
Begitu mereka selesai membayar tagihan rumah sakit, Shen Hualian pun tertegun karena tagihan rumah sakit ibunya sebanyak delapan ratus yuan. "Mengapa tagihannya begitu mahal?" Tanya Shen Hualian dengan nada panik.
"Pelat baja yang digunakan pada kaki pasien adalah pelat baja terbaik, tentu saja biayanya mahal." Jawab perawat muda tersebut.
"Dari awal kami tidak pernah mengatakan untuk menggunakan pelat baja terbaik."
Zhu Haimei lalu menghentikan kakak iparnya dan berkata, "Kakak ipar, aku yang meminta untuk menggunakan pelat baja terbaik, tolong jangan beritahu siapapun. Jika mereka bertanya, katakan saja kalau biayanya kurang dari enam ratus yuan."
Shen Hualian benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa adik iparnya akan berubah menjadi orang yang baik. Meskipun adik iparnya telah membuat banyak kesalahan di masa lalu, tetapi sekarang ia sudah tidak bisa membencinya lagi. Ia lalu meraih tangan Zhu Haimei. "Adik ipar, aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa." Dari total biaya sebesar delapan ratus yuan, selain uang dua ratus yuan yang diserahkan pertama kali untuk membayar deposit, sisanya adalah uang Zhu Haimei. Setelah melihat kertas tagihan rumah sakit itu satu per satu, Shen Hualian pun merasa tidak enak hati kepada adik iparnya.
Gaji bulanan adik laki-lakinya tidaklah seberapa, apalagi setiap bulan Shen Dongyuan selalu mengirimkan uang ke rumah. Akan tetapi, ibunya berkata bahwa uang yang digunakan Zhu Haimei adalah uang Shen Dongyuan. Bagaimana ibunya bisa berkata seperti itu? Shen Dongyuan tidak mungkin memiliki uang sebanyak itu, uang itu pasti adalah uang yang dihasilkan oleh Zhu Haimei sendiri. Dengan watak ibunya yang keras kepala, Shen Hualian khawatir kalau ibunya akan terus mencari-cari kesalahan Zhu Haimei, meskipun Zhu Haimei sudah berbuat baik. Ibunya tidak akan berhenti mencari-cari kesalahan Zhu Haimei, kecuali kalau ia sudah menyukai adik iparnya itu dengan tulus.
Uang yang diperoleh Zhu Haimei dengan susah payah, telah berkurang setengah dalam sekejap. Ia tidak bisa berbohong dengan mengatakan bahwa ia tidak sakit hati setelah menghabiskan begitu banyak uang, tetapi ia juga tidak bisa berbuat apapun.
Ketika Shen Dongyuan mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi negara, maka Zhu Haimei harus rela menghabiskan sejumlah uang untuk keluarganya. Pengorbanan Zhu Haimei masih tidak sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan oleh suaminya. Oleh karena itu, meskipun harus menghabiskan separuh uangnya, atau bahkan seluruh uangnya, Zhu Haimei tetap tidak boleh menunjukkan kesedihannya.
Zhu Haimei lalu menjelaskan pada kakak iparnya. "Pelat baja ini bisa digunakan untuk waktu yang lama, sedangkan pelat baja biasa hanya bisa digunakan selama lima belas tahun saja. Pelat baja yang berkualitas baik bisa digunakan selama tiga puluh tahun. Coba Kakak pikirkan, tahun ini usia Ibu baru menginjak lima puluh tahun, dan tiga puluh tahun lagi, Ibu baru akan menginjak usia delapan puluh tahun, pelat baja ini pasti awet. Tapi saat kembali nanti, katakan saja bahwa biaya pengobatannya hanya menghabiskan biaya sekitar lima ratus yuan."
Shen Hualian pun menghela nafas dan hanya bisa menuruti permintaan Zhu Haimei. Mereka berdua kemudian kembali ke kamar pasien ibunya. Dan begitu ibu Shen mendengar bahwa biaya tagihan rumah sakitnya hanya menghabiskan sekitar lima ratus yuan, ia pun merasa tenang.
Tak lama kemudian, Chunlai datang dengan mengendarai traktor yang masih kotor. Box traktornya juga hanya disapu biasa dan ditutupi dengan jerami. Mereka bahkan bisa mencium bau kotoran tanpa harus naik ke atasnya.
Hal tersebut membuat Zhu Haimei merasa jijik.
Setelah Chunlai menggendong ibu mertuanya di punggungnya dan menaikkannya ke traktor, ia pun menyalakan traktornya. Shen Hualian yang sudah duduk di atas traktor dan melihat Zhu Haimei masih berdiri di bawah lalu berkata, "Kenapa? Ayo cepat naik."
Tetapi Zhu Haimei hanya diam dan sama sekali tidak bergerak.
Ibu Shen lalu mendengus. "Jangan mempedulikannya. Jika ia tidak mau naik, kita langsung pulang saja. Benar-benar menyebalkan. Baru beberapa hari menjadi orang kota, sudah jijik dengan hal seperti ini."
Zhu Haimei mengertakkan giginya lalu naik ke traktor. Ketika tiba di desa, ia langsung memuntahkan semua makanan yang ada di dalam perutnya. Begitu turun dari traktor, ia pun hampir tergeletak di tanah.
Sementara itu, ibu Shen hanya mendengus kesal, lalu masuk ke dalam rumah dengan jalan yang memincang. Ketika yang lainnya sibuk memindahkan barang, hanya Shen Hualian yang datang menghampiri Zhu Haimei. "Apa kamu baik-baik saja?"
Zhu Haimei menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja." Apanya yang baik-baik saja? Rasanya ia mau pingsan. Selama perjalanan pulang, traktor yang mereka tumpangi berjalan dengan tidak stabil, dan membuat mereka bergoyang bahkan nyaris terpental. Siapa yang tidak mual setelah naik kendaraan seperti itu?
Ketika ibu Shen sudah hampir sampai di pintu, ia tiba-tiba menoleh dan berteriak, "Jangan pedulikan dia, dasar lemah."
Zhu Haimei baru berdiri setelah agak baikkan. Setelah memasuki halaman rumah, ia pun membatin, 'Ya Tuhan, apakah aku memasuki sebuah kebun binatang?' Halaman rumah Shen Dongyuan sangatlah besar, dan di tembok bagian selatan ada sebuah kandang babi. Di belakang kandang babi tersebut ada empat atau lima ekor domba. Selain itu, di belakang kandang domba masih ada kandang ayam. Kandang ayamnya terbuka, tetapi tidak ada satu ekor ayam pun di dalamnya.
Halaman rumah tersebut dipenuhi dengan ayam dan kotoran ayam. Zhu Haimei bahkan harus berjalan jinjit karena tidak berani meletakkan telapak kakinya ke tanah. Jika ia meletakkan kakinya di atas tanah, ia bisa menginjak ranjau-ranjau itu. Rasanya ia hampir gila. Sampai kapan ia bisa bertahan?
Lalu, tiba-tiba terdengar suara gedebuk. Ada sebuah benda yang dilemparkan ke bawah kakinya, dan membuat semua ayam mengepungnya dari segala arah. Ayam-ayam itu mulai mengepakkan sayapnya menuju kaki Zhu Haimei.
Di dekat pintu utama, ada ibu Shen yang membawa sendok sayur, dan menggenggam sesuatu di tangannya. Sangat jelas bahwa benda yang barusan dilemparkan ke arah Zhu Haimei adalah ulahnya.
'Kekuatan hewan ini untuk merebut makanan tidak bisa diremehkan,' pikir Zhu Haimei. Ia hampir jatuh saat mereka mengepakkan sayapnya. Begitu Shen Hualian keluar dan melihat adik iparnya berdiri di tengah-tengah sekelompok ayam, ia pun tidak bisa menahan tawanya. Ia lalu segera mengambil tongkat dan mengusir ayam-ayam itu dari sekeliling Zhu Haimei.
"Hualian!" Ibu Shen berteriak di belakangnya. "Pulanglah, keluargamu sudah menunggu. Lagi pula di sini sudah ada Adik iparmu. Bereskan barang-barangmu dan pergilah. Bawa lah satu kilogram gula merah dan berikan kepada Ibu mertuamu. Simpanlah di dalam rumah, agar tidak dipatuk ayam."
Zhu Haimei mengira bahwa ia akan mampu mengatasi semua ini, dan ia pasti bisa mengambil hati ibu mertuanya, tetapi ibu mertuanya malah tidak menghargai kebaikannya, dan bahkan tidak mengucapkan terima kasih padanya. Sekarang, ibu mertuanya justru menyalahkannya. Hal tersebut membuat Zhu Haimei menjadi marah, bahkan amarahnya mungkin dapat membakar seluruh alam semesta.
Sementara itu, ibu mertua Zhu Haimei tampak memandang menantunya sambil menyeringai. Ia ingin melihat, sampai kapan Zhu Haimei bisa berpura-pura. Jika Zhu Haimei kembali berubah menjadi seperti sebelumnya, ia akan meminta putranya untuk menceraikan Zhu Haimei. Keluarga Shen tidak membutuhkan perusak keluarga seperti Zhu Haimei.
Saat ini Zhu Haimei benar-benar sangat marah, hingga ia hampir melontarkan kata-kata kotor. Namun ia berhasil menahannya dan menoleh ke arah Shen Hualian. "Kak, cepatlah pulang. Kalau ada waktu luang, bawalah anak-anakmu untuk main ke sini."
Shen Hualian lalu menepuk pundak Zhu Haimei sambil berkata, "Ibu belum sembuh total. Aku akan kembali lagi besok."
Zhu Haimei pun tersenyum padanya. "Tidak apa-apa. Jangan khawatir, aku bisa menghadapinya."
Begitu Shen Hualian pergi, Zhu Haimei juga mulai sibuk. Karena hari sudah malam, berarti ia harus membuat makan malam. Ia sama sekali tidak tahu mengenai ibu mertuanya, sementara Shen Dongyuan saat ini sedang bertugas untuk mempertahankan negaranya. Sekarang, Zhu Haimei harus membantu Shen Dongyuan memikul tanggung jawab keluarga di belakangnya. Untungnya, ada tungku kayu bakar di rumah, jadi ia bisa menggunakannya untuk memasak. Saat masih berjualan di kota Jiang, ia setiap hari menggunakan tungku untuk menanak nasi dan merebus sesuatu.
Ibu mertuanya merasa sangat terkejut saat melihat Zhu Haimei memasak. 'Boleh juga. Ia sudah bisa melakukan pekerjaan rumah setelah beberapa bulan kabur. Sekarang ia bisa merebus air dan memasak dengan baik,' batin ibu Shen. Wanita itu lalu memandangi Zhu Haimei dengan tatapan dingin. Ia masih ingin melihat sampai kapan Zhu Haimei bisa bertahan.
Sebelum pulang, Zhu Haimei sempat membeli dua tulang besar dari kedai daging. Pertama, ia mencuci tulangnya dulu sampai bersih, lalu meletakkan rempah-rempah di atasnya, kemudian merebusnya. Karena di rumah tidak ada mantou (roti kukus khas tiongkok), maka ia membuat pancake untuk dimakan.
Lalu, ibu mertuanya yang berjalan dengan bantuan kruk pun datang menghampirinya. Ia berdiri di depan Zhu Haimei tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan membuat Zhu Haimei hampir pingsan.
Ibu mertuanya lalu berdiri tegak dan berkata dengan nada sinis. "Apa boleh makan malam dengan pancake goreng?"
Ibu mertuanya kemudian mengetukkan tongkat kruknya dua kali. "Jangan terlalu banyak memasukkan minyak, jika kamu ingin hidup lebih lama." Setelah mengatakan itu, ia lalu berbalik dan pergi keluar dari dapur.