webnovel

Konflik Kecil

Éditeur: Wave Literature

Setelah mengenakan pakaiannya, Zhu Haimei kemudian berdiri di depan jendela kamarnya dan melihat para prajurit berseragam sedang berlatih. Ia lalu memejamkan matanya dan menikmati udara pagi yang begitu menyejukkan. Ia merasa segar saat hembusan angin pagi menerpa wajahnya. Selain itu, telinganya juga dapat mendengar suara para prajurit yang sedang berlatih. Suasana ini benar-benar menenangkan hatinya. 

Zhu Haimei lalu menghela nafas pelan. Ia tidak tahu berapa lama dirinya bisa hidup bersama Shen Dongyuan, tetapi apapun yang terjadi di masa depan ia tetap harus hidup bersamanya. Hal itu harus ia lakukan agar bisa menempati tubuh pemilik asli dan memenuhi kewajiban sang pemilik tubuh asli. 

Ia kemudian tertawa pahit saat mendengar bunyi perutnya yang keroncongan. Dulu tidak masalah jika ia tidak sarapan, tetapi sekarang ia menjadi lebih mudah kelaparan. Ia lalu membuka pintu dan keluar dari kamar. Pintu kamar tidur Shen Dongyuan masih tertutup dan ruang tamu masih terlihat rapi seperti semalam, tidak ada perubahan yang berarti. Zhu Haimei lantas bersiap membuat sarapan setelah selesai mandi dan ganti baju. 

Kemarin masih ada beberapa sayuran di rumah, tetapi sekarang sudah tidak ada. Zhu Haimei hanya bisa membuat mie tanpa sayur lalu membersihkan peralatan makannya setelah selesai sarapan. Ia kemudian mencari beberapa peralatan untuk bercocok tanam, tetapi ia tidak menemukan satupun. Di dalam ingatan sang pemilik tubuh asli, keluarga kak Huang lah yang memiliki peralatan tersebut. Zhu Haimei hanya perlu memasang muka tebal dan pergi ke lantai atas untuk meminjamnya. Ia pun naik ke lantai atas selangkah demi selangkah dengan perasaan gelisah. Sejak terakhir kali ia merebut biskuit anaknya, kak Huang memarahinya dan bersumpah tidak akan pernah mau berurusan lagi dengannya. Akan tetapi Zhu Haimei tidak punya pilihan lain dan harus menahan rasa malunya. 

Dalam perjalanannya menuju ke tempat kak Huang, Zhu Haimei melihat seorang wanita muda dengan rambut panjang berombak yang mengenakan gaun panjang bermotif bunga berwarna biru, serta sepatu kulit hak tinggi berwarna putih. Zhu Haimei pun tanpa sadar minggir ke satu sisi, tetapi wanita itu tetap saja berkata, "Aduh, jalan ini terhalang dan menjadi benar-benar sempit." 

Suaranya tidak terlalu keras, namun Zhu Haimei masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Ia tidak pernah diejek seperti ini sebelumnya. Memangnya kenapa kalau gemuk? Apakah orang gemuk harus dibully? Ia tiba-tiba menjadi tersulut emosinya setelah mendengar ucapan barusan, tetapi ia harus menahan amarahnya. Ia lalu mengambil nafas dalam-dalam dan berbalik, kemudian naik ke atas. 

Wanita yang barusan mengejeknya adalah Zhong Yan. Ia adalah seorang guru yang berparas cantik dan pintar berbicara. Semua orang sangat menyukainya dan ia sendiri merasa kalau dirinya memang hebat. Zhong Yan berasal dari keluarga dengan jabatan yang tinggi, begitu juga dengan keluarga ibu mertuanya. Wanita itu sebenarnya memiliki rumah di kota, tetapi karena suaminya masuk militer, ia harus pindah dan tinggal di sini. Di rumah susun prajurit seperti ini, tidak banyak orang-orang dengan latar belakang sepertinya, sehingga wajar kalau ia merasa lebih unggul daripada yang lainnya. 

Zhu Haimei sebenarnya tidak peduli mengenai latar belakang seseorang, baginya semua orang sama saja dan tidak berhak memandang rendah orang lain hanya karena merasa dirinya lebih unggul. Akan tetapi sang pemilik tubuh asli memiliki pemikiran yang berbeda. Ia merasa bahwa Zhong Yan lebih unggul daripada orang lain dan ia tidak pernah berani memprovokasinya. 

Zhong Yan memandang punggung Zhu Haimei yang gemuk dan lebar itu seraya menyeringai. "Sudah kuduga, kamu tidak akan berani melawanku." Ujarnya. 

Ketika Zhu Haimei mendengar kalimat barusan, ia tanpa sadar berhenti dan menatap Zhong Yan dengan tatapan dingin. Di dalam hatinya ia berkata, "Dari dulu pemilik tubuh asli tidak pernah bertengkar denganmu karena ia merasa tidak akan bisa melawan mu. Sekarang, ia mengabaikanmu karena ia tidak sudi bertengkar dengan orang sepertimu." 

Zhong Yan terkejut saat melihat Zhu Haimei berani menatapnya dengan tatapan mata yang dingin dan menghina. Tatapan mata Zhu Haimei membuatnya tertengun dan bertanya-tanya, tetapi ia tidak ambil pusing lalu kembali melanjutkan langkahnya menuruni tangga. Ia kemudian melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya sembari berkata, "Aduh." Ia pun mempercepat langkahnya karena ia akan terlambat jika tidak bergegas pergi. 

Pertemuan dengan Zhong Yan barusan membangkitkan tekad Zhu Haimei untuk terus memperbaiki dirinya agar orang lain memperlakukannya dengan lebih terhormat. 

Zhu Haimei lalu mengumpulkan keberaniannya dan mengetuk pintu rumah kak Huang. 

Tak lama kemudian, ada seorang anak kecil yang membukakan pintu sembari bertanya, "Siapa ya?" Ketika melihat bahwa orang yang datang adalah Zhu Haimei, anak kecil itu pun menangis dan berteriak. "Bu, wanita jahat itu datang lagi!" 

Kak Huang hendak menjawab ucapan anaknya, tetapi ia merasa terkejut saat melihat sosok Zhu Haimei yang sedang berdiri dengan canggung di luar pintu. Zhu Haimei memakai pakaian bersih dan rambutnya tersisir rapi, bahkan sepatu yang dikenakannya pun terlihat bersih. Eh? Dua hari tidak bertemu, bagaimana bisa Zhu Haimei berubah menjadi seperti ini? Pikir kak Huang yang belum pernah melihatnya berpenampilan rapi seperti ini. Akan tetapi, raut wajah kak Huang berubah saat teringat bahwa Zhu Haimei pernah merebut makanan anaknya. "Mau apa kamu datang keamari?" 

Zhu Haimei tersenyum kecil dan berkata, "Kak Huang, maafkan aku. Aku mengaku salah, jadi tolong jangan marah lagi padaku." 

Wajah Qiang Qiang muncul dari belakang kak Huang seraya menangis dan berkata, "Jangan biarkan ia datang ke rumah kita lagi, Bu." 

Kak Huang awalnya bersikap baik kepada Zhu Haimei karena ia adalah istri seorang komandan kompi, sedangkan suami kak Huang hanya seorang komandan peleton. Kak Huang kemudian berkata, "Tidak masalah jika kamu tidak minta maaf. Kamu boleh pulang karena aku masih harus mengurus anakku." Zhu Haimei pun hanya bisa menghela nafas dan menahan rasa malunya lalu berkata, "Kak Huang, aku hanya ingin meminjam sekop untuk menghilangkan rumput yang tumbuh di ladang sayurku." 

Kak Huang terdiam sebentar lalu menarik Qiang Qiang ke dalam rumah dan mempersilahkan Zhu Haimei untuk masuk. "Masuklah." 

Zhu Haimei pun masuk dengan perasaan canggung. Kondisi rumah Kak Huang dan rumahnya terlihat sama-sama tidak begitu baik. Mereka sama-sama tidak mempunyai sofa dan hanya memiliki meja makan kecil yang dikelilingi oleh beberapa kursi lipat, dua lemari kecil di sudut ruangan dan sebuah vas bunga berisi bunga liar di atas kabinet, serta sebuah foto keluarga yang tergantung di dinding. Rumah kak Huang terlihat bersih dan nyaman. 

Kak Huang lalu memasuki sebuah ruangan yang ada di dalam rumahnya untuk mengambil sekop, sementara Qiang Qiang mengamati sosok Zhu Haimei yang terus melihat ke meja makannya. Anak itu kemudian menghampirinya dan mendorongnya. "Kamu tidak boleh makan makanan kami. Kamu sudah membuat keluarga kami jatuh miskin." 

Tindakan anak kecil itu membuat Zhu Haimei menjadi malu terhadap dirinya sendiri. Hanya dalam waktu sepuluh menit, ia sudah dipandang rendah oleh dua orang, apalagi salah satunya adalah seorang anak kecil. 

Qiang Qiang hanyalah seorang anak kecil berusia empat tahun, sedangkan Zhu Haimei adalah seorang wanita gemuk dengan berat sekitar 80-85 kilogram. Jadi, mana mungkin Qiang Qiang kuat mendorongnya? Karena anak itu tak bisa mendorongnya, Qiang Qiang pun terus menendangnya. Zhu Haimei berusaha keras mengendalikan dirinya agar tidak membalas perbuatan anak kecil itu. Tak lama kemudian, kak Huang datang dengan membawa sekop dan dengan cepat menarik Qiang Qiang. "Apa yang kamu lakukan?" 

Qiang Qiang lalu menjawab dengan suara keras, "Ia terus memandangi meja makan kita, jangan biarkan ia makan di rumah kita." 

Kak Huang memberikan sekop itu pada Zhu Haimei seraya berkata, "Bagaimana kalau kamu pergi dulu?" Zhu Haimei tidak punya pilihan lain selain pergi dari kediaman kak Huang. Apa yang Qiang Qiang katakan adalah sebuah kebenaran. Dulu, Zhu Haimei selalu datang untuk makan dan minum di rumahnya. Apalagi Zhu Haimei memiliki nafsu makan yang besar, ia pasti telah mempersulit keadaan ekonomi keluarga kak Huang. 

Zhu Haimei lalu mengambil sekop tersebut dan menundukkan kepalanya sambil berkata, "Terima kasih." Ketika ia berjalan keluar, Zhu Haimei menyempatkan diri untuk menoleh. "Aku minta maaf." Imbuhnya. 

Zhu Haimei mewakili sang pemilik tubuh asli untuk meminta maaf kepada Qiang Qiang. Anak kecil adalah pribadi yang paling jujur di dunia. Ia sama sekali tidak akan menutupi siapa yang baik dan siapa yang jahat. Pemilik tubuh asli ini mungkin adalah seseorang yang sangat jahat, sehingga Tuhan harus menghukumnya seperti ini. Setelah meminjam sekop tersebut, Zhu Haimei pun turun ke lantai bawah. 

Kemarin sore hujan turun dengan sangat deras dan membuat udara terasa sejuk. Namun sekarang cuaca terasa begitu panas padahal hari belum terlalu siang. Zhu Haimei saat ini sudah berada di ladangnya, ia berjongkok dan membuang rerumputan kecil yang tumbuh di sana. Karena ia bertubuh gemuk, maka punggung dan kakinya terasa sakit saat terlalu lama berjongkok. Ia harus sering berdiri dan meregangkan tubuhnya setelah beberapa saat berjongkok. Sebenarnya, ia ingin menyudahi aktivitasnya ini, tetapi ia harus bertahan. Karena memperbaiki diri memang tidak semudah saat mengatakannya. 

Chapitre suivant