"Tidak akan!" Lan Qianyu menjawab tanpa ragu, "Aku tidak perlu pertanggungjawaban yang dilakukan tanpa perasaan seperti itu. Aku akan bertanggung jawab terhadap masalahku sendiri."
"Kalau begitu, apa rencanamu terhadap anak ini?" Leng Ruobing menatapnya sambil mengerutkan kening.
Lan Qianyu menggerak-gerakkan bibirnya, dia tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Perubahan besar pada keluarganya yang dialaminya sejak kecil telah membuat Lan Qianyu selalu merasa haus akan kasih sayang. Ditambah lagi dengan kepergian Leng Ruobing dulu, Lan Qianyu pun semakin membenci orang tua yang tidak bertanggung jawab semacam itu. Oleh karena itu, meskipun mulutnya mengatakan kalau dia akan menggugurkan bayinya, tetapi sebenarnya hatinya tidak tega untuk melakukannya.
"Pikirkanlah dulu baik-baik, lalu beritahukan kepadaku keputusanmu." Leng Ruobing menghela nafas dan hendak pergi.
"Jangan khawatir, aku tidak akan berebut dengan Ningruo." Tiba-tiba Lan Qianyu berkata.
Langkah kaki Leng Ruobing terhenti, dia lalu menoleh dan memandangnya, "Kamu dan Ningruo sama-sama putriku, aku berharap kalian berdua bahagia. Sekarang bukan berarti yang menikah dengan Ye Yan yang akan bahagia, nasib ada di dalam genggaman tangan kita sendiri! Kamu harus memikirkan dengan baik, apa kamu benar-benar bisa bertanggung jawab terhadap anak itu. Kamu harus mengambil keputusan dengan tegas. Mengenai hal lainnya, kamu tidak perlu memikirkannya."
Setelah selesai mengatakannya, dia pun berjalan pergi.
Sorot mata Lan Qianyu tampak bingung. Dia telah membenci Leng Ruobing selama bertahun-tahun dan selama ini tidak pernah menganggap penting apapun yang dikatakan ibunya itu. Namun perkataannya tadi membuat Lan Qianyu kembali memeriksa hatinya sendiri, apa dia benar-benar dapat mengambil keputusan untuk menggugurkan bayi ini? Kalau dia sanggup melakukannya, keluarga Ye yang sangat kaya dan kuat itu juga tidak akan bisa memaksanya untuk melahirkan anak itu. Namun kalau dia tidak tega untuk menggugurkannya, keluarga Ye juga tidak akan membiarkan anak itu terekspos, dan dia pun benar-benar akan terjerat dengan keluarga Ye…
**
Ye Yan merasa sangat muak melihat Shen Ningruo yang terus menangis. Dia mengingat peristiwa malam itu saat Lan Qianyu tidak meninggalkannya ketika dia sedang dalam bahaya maut, hatinya pun dialiri oleh perasaan hangat. Dulu waktu tidur dia hanya akan memikirkan Gong Yuyao seorang, namun sekarang bertambah lagi seorang yang ada dalam pikirannya, Lan Qianyu.
"Yan, makanlah sedikit bubur." Shen Ningruo hendak menyuapkan bubur ke mulut Ye Yan.
Namun Ye Yan mengalihkan wajahnya dengan kening berkerut, "Kamu… keluar saja."
"Aku mau tinggal di sini untuk menjagamu." Shen Ningruo mengusap air matanya dan berkata pelan, "Aku tidak bisa membiarkan terjadi sesuatu lagi kepadamu. Aku baru akan merasa tenang kalau bisa menjagamu sendiri."
"Lukanya parah juga ya." Terdengar suara yang akrab namun dingin.
Ye Yan mendongak dan melihat Tuan Besar Ye, ujung bibirnya pun terangkat membentuk senyuman, "Aku sudah tahu… Kakek akan… datang lebih awal."
"Kakek!" Shen Ningruo bergegas bangkit dan menyapanya dengan penuh hormat, "Kapan Kakek datang? Silakan duduk."
"Terima kasih." Tuan Besar Ye melihatnya sekilas lalu berbicara kepada Ye Yan, "Awalnya aku berencana datang lebih awal untuk mengawasi persiapan pernikahanmu. Tetapi rencana tinggallah rencana, kamu memang selalu saja bisa memberiku 'kejutan'!" Kata 'kejutan' itu diucapkannya dengan penuh penekanan, nada bicaranya mengandung sedikit cemoohan.
"Hah!" Ye Yan tidak marah dan juga tidak membantahnya. Dia malah tertawa.
"Melihat wajahmu yang santai itu membuatku jadi kesal." Tuan Besar Ye memukul dahi cucunya itu dengan telapak tangannya.
"Ah, sakit!" Ye Yan mengaduh, "Kakek macam apa ini? Kejam sekali!"
"Bocah busuk, sudah kehilangan begitu banyak darah tapi mulutmu masih tetap saja hebat." Meskipun Tuan Besar Ye sedang mengomel, tetapi dia juga menertawainya, "Coba katakan, selama ini begitu banyak pembunuh yang mengejar dan ingin membunuhmu tapi kamu baik-baik saja, bagaimana bisa kali ini kamu malah mengalami kecelakaan?"
"Musibah dan berkat... ada saatnya masing-masing." Ye Yan tertawa pelan.
"Kamu harus lebih berhati-hati. Keluarga Ye hanya memilikimu sebagai satu-satunya cucu dan penerus tunggal."
"Sudahlah, tahun depan… aku akan memberimu… setumpuk cicit, tidak akan ada lagi… penerus tunggal." Ye Yan tertawa sedikit keras sehingga luka di lehernya terasa sakit. Tawanya pun segera berhenti, dia tidak berani lagi banyak bergerak.
Tuan Besar Ye menatapnya dalam-dalam, kemudian mengalihkan pandangannya kepada Shen Ningruo dan berkata, "Ningruo, kamu sudah ikut susah. Pulanglah dulu dengan Daddy-mu dan beristirahatlah."